(1)

23.9K 1.9K 119
                                    

Akan ku cari laki-laki penyeret pedang yang menancapkan tikamanya tanpa ampun pada keluargaku.
~Adhisa Leola Indradjati~

-HAPPY READING-

*
*
*
~pengumuman buat yang baru datang ke lapak ini,yuk komen setiap paragraf nya atuhh jangan diem diem bae.Author nggak galak kok ciuss oke Cah?? ~

"Pokoknya aku gak boleh tidur."

"Jangan tidur."

"Gak boleh, gak boleh."

"Dhisa jangan tidur, kalo tidur semuanya bakal mati!"

"Jangan tidur."

"Gak boleh."

"Semuanya mati!!"

Inti dari pikiran Adhisa adalah melarang dirinya untuk "tidur". Pantas saja, jam sudah menunjukan pukul 22:40. Gadis itu harus tidur sebelum jam 10 malam, dan inilah akibatnya. Pikiran negatif akan terus berkeliaran dikepala Adhisa.

Setelah bergulat dengan pikirannya, gadis itu terlelap. Walaupun bisa memejamkan mata sesuatu pasti terjadi dalam bayangan mimpinya. Bisa dilihat dari mimik wajahnya yang begitu ketakutan.

5 Mei 2011
Jam 22:00

Segerombolan orang bertopeng hitam masuk kerumah Guan Li dengan paksa. Imelda dan Jianying yang ada di ruang depan langsung ditahan oleh dua orang diantara mereka.

"Aaaaa!" Imelda menjerit.

Pisau itu menancap diperut Imelda.

"Bunda!" jerit  Jianying yang melihat langsung  pisau itu menembus perut sang Bunda beberapa kali.

Guan Li yang berbeda ruangan terdiam seketika. tangannya menggengam erat Berna kecil.

"Lari sayang! Selamatkan anak-anak."  ucap Imelda sebisa mungkin.

Tubuh Imelda Ambruk. Darah segar bercucuran dari perutnya. Pandangnya masih mengarah ketempat Guan Li dan Berna berada. Berharap suaminya bisa kabur dari orang-orang kejam ini.

Salah satu dari mereka mendekati tubuh Imelda yang sudah terkapar. Bisa dipastikan ia adalah ketua dari gerombolan itu. Ia mengangkat topengnya sampai hidung.

Dengan ganas, ketua perampok itu menciumi bibir Imelda. Disaksikan kurang lebih Enam orang dengan tawa yang puas.

Ukiran senyum kecut terbentuk diwajah laki-laki itu. Dengan kasar ia menarik kalung emas yang menghiasi leher Imelda. Kalung dengan bandul biola, simbol  keturunan musisi di keluarganya.

Hati Guan Li runtuh. Ingin sekali rasanya ia berteriak atau melawan mereka. Siapa yang harus ia tolong? Imelda yang sudah terkapar? Atau Berna yang masih bugar?.

Matanya melirik Berna yang sesegukan. Meski mata kecil Berna sudah tertutup oleh tangan besar Guan Li, gadis itu tetap saja merasakan nyawa sang Bunda sedang diambang kematian.

"Kamu kuat nak, setidaknya harus ada yang selamat diantara kita!" putus Guan Li kemudian.

Laki-laki keturunan Tionghoa itu membawa putri bungsunya ke kamar. Meminta Berna kecil tetap bersembunyi apapun yang terjadi padanya.

O7X Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang