(13)

1.7K 231 5
                                    

Seberapa buruknya sosok orang tua dimata orang lain, tetaplah seorang pahlawan bagi anaknya. Keluarlah! Akan ku tebas lehermu tanpa hitungan sekalipun.

~Ezra Aderald Hernandez~

HAPPY READING

*
*
*

~tau cerita ini lewat apa? ~

Dhisa mengerutkan dahinya lucu, matanya ia kejap-kejapkan dua kali. "Kenapa sekolah?" tanya Adhisa menyaksikan gerbang masuk OLIVIER'S dimalam hari dengan mata telanjang.

Malam ini penampilannya sangat memukau dimata Ezra. Gadis kecil di sampingnya itu memakai dress selutut berwarna putih. Adhisa memadukannya dengan rompi polkadot berwarna dasar putih dengan bulat-bulat kecil berwarna ungu tua.

"Kenapa?" tanya gadis itu sekali lagi.

Ezra tersenyum kearahnya, sambil menggandeng tangan mungil itu dia berkata, "Nggak ada jawaban!" Ah, laki-laki ini selalu saja mengeluarkan kata-kata menjengkelkan itu.

Pandangnya lurus, setelahnya ia berkata tanpa memandang gadis di sebelahnya. "Kayaknya nggak adil deh, kita satu sekolah tapi jarang banget bisa ngobrol berduaan kaya gini, makannya Za nggak milih restoran atau semacamnya, Karena pacar Za yang cantik ini dilarang dilihat orang," kekehnya.

Ezra membawa Adhisa duduk ditempat duduk lapangan bola. Satu-satunya lapangan yang mempunyai atap alami, langit.

"Makasih ya udah hadir dihidup Za, nggak tau mungkin kalo Dhisa nggak hadir Za masih brengsek kaya dulu, ya.. Meski sekarang juga kadang masih sih,"

Adhisa setia mendengarkan isi hati kekasihnya. Ezra membawa kepala Adhisa agar bersender di pundaknya. "Satu OLIVIER'S tau gimana kelakuan Ezra dulu, meski Za udah berusaha berubah baik, mereka masih nggak berani sama Za."

Tiba-tiba Ezra memandangi wajah Adhisa lekat. "Gimana hari pertama jadi pacar resmi Za di OLIVIER'S? Ada yang jahatin Dhisa? Ngomong aja biar Za langsung tebas lehernya." tanyanya Antusias.

Adhisa menggeleng sambil tersenyum manis. Rambutnya yang setengah dikuncir itu bergoyang kekanan dan kiri. "Hemmm pagi ada kak Elza datang ke kelas-"

"Dasar dedemit itu."

"Untung ada Nasya yang skakmat omongan dia, cara Nasya ngusir kak Elza hebat banget loh, elegan dan berkelas. Kayaknya lebih pantes Nasya yang dapat juara satu daripada Dhisa."

Ezra berlari ke lapangan. Tepat dilingkaran putih dirinya mendongak ke langit, dengan lantang laki-laki itu berteriak, "ADHISA LEOLA INDRADJATI I LOVE YOU!" suara gema menyusul setelah suara asli dikumandangkan.

Dengan cepat pula, Adhisa menyusul kebawah. Larinya tidak secepat Ezra memang, tapi akhirnya gadis itu sampai juga. Disambut pelukan hangat oleh laki-laki tampan yang diberi jukukan primadona olivier's.

Dengan tawa riang, Ezra mengangkat tubuh mungil Adhisa. Membawanya berputar sambil melihat bintang yang bersinar.

"Udah, Dhisa cape Za."

Dirumput lembut yang hijau ini, keduanya berbaring berlawanan arah. Sambil mengatur nafas yang masih ngos-ngosan keduanya saling pandang sambil tersenyum.

"Makasih buat malam ini," ucap Ezra.

"Za boleh tanya?" ucapnya tanpa melihat Adhisa.

Pandangan keduanya fokus keatas, melihat bintang dengan nafas yang sudah mulai mereda.

O7X Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang