(39)

1.3K 179 10
                                    

Dan aku menyadari, Ada yang berbeda darimu.

~Adhisa Leola Indradjati~

HAPPY READING
*
*
*
~harus selalu bersyukur~

"Arcell, Arcell mana? Gak ada yang liat dia sama sekali?" Ezra gusar, berjalan sekitar tenda yang masih berdiri.

"Gila!! Gak salah nanya gitu sama kita yang cewe, semalem kan kalian bertiga tidur diluar," Nasya menohok pertanyaan Ezra.

Ezra berhenti, dia melihat kearah Galen yang sibuk melepas pasak tenda. "Len, lo beneran gak liat si monyet itu?"

"Arcell? Nggak tuh gue gak liat dia." Galen kembali melanjutkan aktivitasnya.

"Cemen banget sih jadi laki, kemarin aja bilangnya iya mau lanjut lagi. Sekarang apa? Kabur? Lemah!!"

Carra menghentakkan kakinya kesal, "udah belum sih asu ngebacotnya, perut gue udah keroncongan dari semalem nih."

"Lah ngamuk!! cari makan aja sendiri bangsat, dapet tempat tidur enak aja nggak di beresin, emang gue babu lo?"

"Gak usah banyak ngebacot!! Lo juga nggak bantuin apa apa kok," skakmat Galen. Setelah mengubah tenda menjadi lipatan kecil, laki-laki menghela nafas panjang. "Let's Go!!"

"Nggak mungkin Arcell pergi gitu aja tanpa ngomong ke salah satu diantara kita,"  Adhisa melihat satu persatu temannya. "Pasti ada yang berbohong."

"Dhisa!! Ayo," ajak Ezra.

Menyadari tangan Ezra berada di pundaknya, Adhisa langsung menepis tangan laki-laki yang pernah jadi kekasihnya. "Aku bisa sendiri."

"Hemm." dari jauh, Galen melengkungkan bibirnya meledek.

Lima orang yang tersisa, dua orang laki-laki sebagai penjaga memang agak susah jika dipikirkan. Untung saja ketiga perempuan itu jago bela diri. Kemampuan Carra tentu tidak perlu diragukan lagi. Sedang Nasya jauh jauh sebelum ini juga sering berlatih. Hem, Adhisa? Ingat Carra pernah memergoki orang yang mirip dengan Adhisa di padepokan ayahnya? Yah, Carra tak salah. Gadis itu benar-benar Adhisa.

"Eh berhenti bentar dong, gue kebelet banget nih." Galen meletakkan tas yang dia gendong ke tanah.

"Gue ikut!!" teriak Carra.

"Dasar mesum," cibir Nasya.

"Bangsat!! Kalo ada yang hilang lagi kita bakal kalah telak anjirr." seteleh berkata, Carra berlari mengejar Galen. Menepis omongan Nasya yang memang agak menyakitkan.

"Lo disitu aja, nggak usah liat." teriak Galen dari balik semak-semak.

"Gue paham anjir, gak sudi juga liat punya lo."

Cukup lama Carra berdiri, sebenarnya alasan dia ikut dengan Galen karena malas harus berhadapan dengan Nasya dan Ezra. Ya, tidak bisa dipungkiri memang mereka tidak salah, hanya saja agak menyebalkan.

"Jangan lupa pasang ke mereka berdua."  Carra mengerutkan dahinya.

"Hah? Gue gak salah denger kan? Galen ngomong sama siapa?"

O7X Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang