(6)

3.6K 430 12
                                    

Apa pengorbanan harus se menyakitkan ini?

~Adhisa Leola Indradjati~

HAPPY READING

*
*
*
~Vote, Share and komen! Gak maksa tapi wajib~

Ezra menahan tangan Zidane. Membisikan kata kepada laki-laki itu. Tak lama setelahnya Zidane agak menjauh dari Ezra dan Adhisa.

"Jangan macem-macem, ini sekolah dan kamu nggak bisa seenaknya." pesan Zidane sebelum menjauh.

Ezra membuang tusuk gigi yang ada dimulut nya. Adhisa yang sudah tau keberadaan Ezra dari bau parfum musk milik laki-laki itu pura-pura terdiam. Kekecewaannya semalam masih membekas. Kenapa orang yang ia harapkan tidak datang disaat yang tepat?.

"Ikut Ezra bentar Yuk," ajaknya menarik Adhisa masuk ke ruang rapat guru.

Perlahan Ezra membukakan penutup mata yang Adhisa gunakan. Melihat mata hazek itu dirinya merasa bersalah. Pelukan erat langsung ia hujani sambil mengucapkan permintaan maaf.

"Maaf yah kemarin nggak sempet dateng kerumah, sekarang gimana keadaan tuan putri?" tanyanya lembut.

Ah sial. Kenapa hati perempuan begitu gampang percaya dengan ucapan buaya?. Adhisa yang punya niatan marahpun hanya menggeleng-geleng sambil berkata semuanya baik-baik saja.

"Lain kali jangan gitu lagi, Dhisa hampir mati kemaren," cicitnya.

Diluar, Zidane terus celingukan kekanan dan kiri. Melihat arloji di pergelangan tangan kirinya dengan gusar.

"Dhisa!"

"Dhisa!"

Zidane terus memanggil Adhisa sambil mengetuk pintu itu. Keduanya keluar, dengan keadaan Adhisa yang agak sesegukan.

"Kamu nggak papa kan?" tanya Zidane pada Adhisa, "Kamu apain dia?" kali ini pertanyaannya Ia lontarkan pada Ezra.

"Nggak ada jawaban!" jawab Ezra ketus.

"Awas lo kalo sampe nyakitin dia," Ezra berbisik.

Laki-laki itu melenggang pergi. Memastikan tidak ada orang yang melihat gerak-geriknya ini. Tangannya merogoh saku celana di samping kanan. Mengambil tusuk gigi lalu mengigitnya.

Sampai di kelas, sambutan ondel-ondel betawi sudah menantinya.

"Minggir!" ucap Ezra masih santai.

Arcellio yang duduk bersebelahan dengan Ezla memberikan saran agar gadis itu bergeser.

"Minggir atau hitungan tiga gue tebas kepala lo!" kali ini nada bicara Ezra terdengar lebih garang.

Ezra geram. Ia sudah sangat bosan dengan tingkah murahan Elza.

"Minggir bangsat!!"

Ezra membenturkan kepala Ezla kemeja. Teman-teman sekelasnya hanya terdiam. Tidak ada yang berani melawan atau mencegah apa yang Ezra lakukan.

"Kebetulan banget gue emang lagi pengen makan orang, gue pengen baku hantam dan lo siap jadi mangsa gue!"

"Makanya kalo gue bilang minggir ya minggir asu, lo kira gue sudi liat muka lo? Najis!!" Ezra melepaskan tangganya yang menekan kepala Elza.

O7X Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang