(33)

1.4K 211 27
                                    

Musuh dari musuh kita adalah sekutu.

~Carra~

HAPPY READING
*
*
*
~Bisa komen gak buat ramein cerita?? Ngomongin orang juga hobi kokk, Xixixixi canda Cah"


"Adhisa??" Panggil Ezra. Laki-laki melepas helm dan turun untuk memastikan kebenarannya.

"Adhisa." panggilnya sambil mendekat.

Adhisa tampak membuang muka pada Ezra. Entah kebencian yang sudah dia tanam dari dulu atau malu karena kondisi mereka tidak seperti pasangan lagi.

"Kaki sama tangan lo lecet," Ezra menyentuh luka Adhisa. Membuat gadis itu agak terkejut dibuatnya.

"Minggir ini nggak ada urusannya sama kamu!" jawab Adhisa ketus. Perempuan berambut campur pirang gold dan brwon yang memiliki mata hazel itu bangkit. Dia berusaha berjalan sebisa mungkin. Sayangnya, Adhisa tetap tidak berjalan dengan benar.

"Sial, kenapa pake jatuh pula sih depan dia." umpat nya sambil duduk kembali.

"Kan gue bilang apa, kaki lo sakit nggak usah pura-pura sok bisa. Minta bantuan orang yang ada nggak buat harga diri lo turun kok." Ezra berjalan mendekat.

Suasana hati yang tadinya panas kini agak mencair, mendapati semua kebenaran yang Adhisa katakan di gedung tua kala itu membuat Ezra luluh lagi. Seakan otaknya sudah mengklik tombol cancel didalam sana.

"Pergi!! Aku nggak butuh bantuan dari orang kaya kamu!!"

Adhisa sempat mengelak. Tapi  cekalan lengan Ezra yang lebih besar dan tenaga laki-laki itu lebih kuat membuat Adhisa kewalahan.

Posisi keduanya sekarang saling berhadapan. Tatapan keduanya berbeda, dengan sorot tajam penuh kebencian Adhisa memandangi wajah laki-laki yang sempat jadi kekasihnya. Tapi manik cokelat itu tetap sendu, kalem dan berkesan penuh dengan kerinduan.

"Lo sakit! Lo harus diobati."

"Anggap aja kita nggak pernah kenal, dan aku takut orang asing. Jadi pergi sekalipun niat kamu mau membantu!" ucap Adhisa masih sambil meronta.

"Kita udah putus!! Paham gak sih kata PUTUS!! End, Dead, berakhir, bubar, pisah taukan artinya apa??" Adhisa berteriak tepat di depan Ezra.

Tak disangka, bukannya membalas ucapan Adhisa laki-laki itu malah memeluk erat tubuh gadis yang ada di depannya. Tak lupa, cengkraman tangannya tidak ia lepaskan.

"Gue nggak pernah setuju tentang itu!" Ezra berbisik.

Rontaan yang Adhisa keluarkan berhenti. Sejenak gadis itu terdiam tenang. Bulu kuduk yang ada di lehernya ia rasa sedang berdiri. Merinding sekaligus rindu mendengar suara serak tapi lembut yang terdengar langsung secara dekat.

"Lo masih milik gue!! Adhisa Leola Indradjati masih menempati posisi putri di hidup gue, sampai sini paham baby!!" Ezra kembali berbisik

Melihat Adhisa yang lengah, Ezra tentu tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Laki-laki dengan jaket hitam yang melekat di tubuhnya menggendong Adhisa dengan begitu gampangnya. Membuat jeritan di mulut gadis itu kembali keluar.

O7X Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang