(12)

1.9K 265 10
                                    

Aku pamit, sekian dan terimakasih

~Zidane Amroellah Malik~

HAPPY READING

*
*
*
~Jangan lupa bersyukur,
udah senyum buat hari ini? ~


"Ini hari senin loh tan, tante tumben mau nganter Dhisa?"

Sambil menguncir setengah rambut milik Dhisa, Zanna menjawab, "Mamah mau aja, kebetulan juga dikantor lagi jadwal siang jadi bisa nganterin anak mamah yang cantik deh," ucapnya.

"Dhisa cantik tan? Jangan bohong deh." Adhisa mengerucutkan bibir tipisnya.

"Iya dong anak mamah masa nggak cantik, mau coba liat?" Zanna memberikan kaca kecil yang ada dimeja, namun dengan cepat Adhisa menolaknya.

"Dhisa belum siap tan, cukup tante aja yang jadi kaca Dhisa setiap pagi."

Kedua pundak Adhisa ditekan pelan oleh Zanna. "Kamu masih nggak bisa liat diri kamu, Nak? Alismu itu lebih bagus loh dari mamah, sekali kamu liat wajahmu dicermin pasti senyummu akan lebih lebar, mau?"

Dhisa mengalihkan pembicaraan Zanna, matanya ia arahkan ke arloji yang terpasang ditangan kirinya. "Tan udah jam enam lebih lima belas," ujarnya singkat.

Sebelum keluar dari kamar, Zanna menyadari ada sesuatu yang hilang dari Adhisa, "Sayang, tunggu kalung kamu mana?" tanya Zanna.

Adhisa diam sejenak, "Oh itu tan, Dhisa taroh di kotak aksesoris."

Dengan cepat Dhisa sudah menduduki kursi mobil milik Zanna. Kali ini dia tidak perlu menutup mata disini, semua perabotan rumah tangga dari segi kecil apapun sudah Zanna atur untuk menghilangkan warna hitam. Memang butuh pengorbanan yang ektra untuk ini, tapi jika dibalik kerja keras orang tua ada anak yang bahagia bukankah hal itu tidak sia-sia?.

Sekitar jam tujuh kurang lima belas Adhisa sampai. Di depan gerbang gadis dengan kunciran berbandul biola itu bingung kepalang. Bagaimana ia bisa sampai ke kelas kalau harus menutup mata dan jalan sendirian?.

"Tante tunggu dulu sebentar, temenin Dhisa nunggu Zidane."

"Sayang Zidane nggak berangkat, makannya mamah bisa anter kamu, Oh iya mamah udah suruh Ezra anter kamu ke kelas kok. Dia bakal jagain kamu kaya pangeran jaga tuan putri."

Sambil terus tersenyum dan membelai rambut Adhisa, Zanna menujuk kearah depan. Seorang laki-laki jangkung dengan seragam yang sama datang dengan senyum sopan.

"Hai tante Zanna," sapa Ezra sopan.

Kejadian jumat lalu sudahkah laki-laki itu lupa? Setelah weekend tak ada kabar, tanpa pertemuan dan kiriman pesan, bagaimana sikapnya bisa seolah-olah biasa saja?. Sekarang apa? Menyapa Adhisa didepan semua siswa? Sudah siapkah Ezra dengan ketakutan yang baginya akan berdampak besar?.

"Sayang, kok pagi-pagi udah ngelamun sih? sapa dong pangerannya," ledek Zanna.

Adhisa masih diam seribu bahasa. Pandangnya menunduk, tangan mungilnya siap mengikatkan kain hitam dimatanya.

"Nitip Adhisa ya sayang, tante kerja dulu," pamit Zanna pada Ezra.

Laki-laki itu tersenyum sendu. Tangannya mengambil kain yang akan Adhisa ikatkan, "Ada Ezra, tuan putri nggak usah takut yah, mulai sekarang latihan nggak usah pake ini," bisik Ezra lembut.

O7X Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang