(41)

1.9K 180 16
                                    

Aku, akar terujung dari ranting-ranting yang patah.

~Adhisa Leola Indradjati~

HAPPY READING
*
*
*
~Setia tanpa ikatan adalah hal yang bodoh tapi penuh ketulusan, (aku yang lagi galau🤣)~


"Za!! Ezra!!"

"Galen!! Kalian dimana? Ayo dong bukan waktunya becanda kaya gini tauu." Adhisa terus berteriak menyebut kedua nama itu.

"Galen!! Ezra!! Kalian bohongan kan? Becandanya nggak lucu tau, awas aja kalo hitungan tiga kalian nggak muncul. Aku bakal marah sama kalian!! Kalian nggak lupa kan sama janji kalian? Katanya sayang sama aku, bakal jagain aku, sekarang? Mana?? Hah??" Adhisa terus berteriak yang hanya mendapat respon dari gema suaranya sendiri.

Dengan sisa kekuatan yang Adhisa punya, dia benar-benar menghitung mundur dari angka tiga.

"Satu, kalian nggak muncul aku beneran marah!!" ucapnya dengan suara yang mulai serak dan gemetar.

Kaki Adhisa bergerak pelan kedepan. Kepalanya celingak-celinguk, memastikan ada respon gerakan dari mereka.

Adhisa takut, tak ada respon dari sekian detik Adhisa menunggu.

"Dua, aku nggak mau ngomong sama kalian kalo kalian masih becanda kaya gini!!"

Sepi.

Adhisa semakin takut. Kekuatan yang sebelumnya membara tiba-tiba saja ciut. Bisakah Adhisa menyelamatkan teman-temannya?.

Menyebut angka tiga, bibir bawah dan atasnya bergetar saling bersentuhan.

"Tiga!! Oke, aku bakal milih salah satu dari kalian yang dateng ke aku!!" teriaknya bersamaan dengan air mata yang jatuh.

Adhisa mengepalkan kedua tangannya erat. Beberapa gerak dia dengar dari berbagai arah. Senyum itu sudah mengembang menyambut siapa sosok yang akan mendatanginya. Hatinya juga pasrah siapa yang nantinya akan dia pilih. Jujur saja, mereka memiliki tempat masing-masing dihati gadis itu.

"Keluar kamu!! Jangan jadi pengecut kaya gini yang bisanya ngirim anak buah buat bertindak, BAJINGAN!! aku nggak takut sama tua bangka nggak punya otak kaya kamu!!" Adhisa berteriak di depan banyak orang-orang berbaju hitam yang keluar dari semak-semak dan sekarang sedang mengelilinginya.

Siapa yang tidak takut jika di hadapkan dengan posisi sepeti ini?. Apalagi Adhisa, gadis mungil seorang diri. Meski begitu, dia tidak mau memperlihatkan ketakutannya di hadapan musuh.

Tanpa perkataan apa-apa, laki-laki di depan Adhisa langsung memberikan isyarat tangan yang di turunkan. Dalam sekejap, beberapa orang lainya langsung menyerang Adhisa.

Adhisa berkelahi. Kemampuan bela diri yang dipelajari di padepokan ayah Carra lumayan dia kuasai. Hanya saja karena kalah jumlah membuat Adhisa kewalahan.

"Awww," Adhisa memekik cukup keras. Badan mungilnya tersungkur di bawah sepatu pantofel hitam mengkilat.

Dia, pemilik sepatu itu berjongkok. Sedikit menyatakan tubuhnya dengan tubuh Adhisa.

"Ini? Anak bau kencur yang berani merubah robot milikku?" dengan keras Nando mendongakkan wajah Adhisa agar menghadap kearahnya.

O7X Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang