Prinsipku, membenci anak yang tidak berdosa adalah perbuatan laknat. Bagaimanapun ayahnya, dia tetap adikku yang menyandang status tiri.
~Carramel~
HAPPY READING
*
*
*
~ Annyeong.. Makasih banget loh kalian yang udah bertahan baca sampe sini~Brakkk
Carra membuka pintu dengan keras. Jery yang ada disamping nya pun sampai terkejut bukan maen.
Dengan refleks dan tanpa sadar Jery mengucapkan salam ketika melangkah masuk, "Assalamu'alaikum tante," ucapnya dengan logat batak.
"Lihat tuh, lo lupa Tuhan kita beda." bisik Carra.
Gadis itu menyuruh Jery menunggu dibawah. Alih-alih menunggu Carra turun, seseorang dengan style jas dan rok diatas lutut menghampiri Jery. Bisa ia tebak dia adalah Ibunya Carra.
"Hallo tante," sapanya.
"Duduk aja nggak papa."
Silvi sedikit melirik ke atas, disana sudah ada asisten yang berdiri di depan kamar Carra. Dengan isyarat kibasan tangan yang Silvi gerakan dari bawah, asisten itu langsung mengunci kamar Carra dengan cepat.
"Kamu lumayan ganteng juga yah," puji Silvi diakhiri senyuman.
Wanita separuh umur itu mendudukan bokongnya di sofa. Menyilangkan satu kaki kanannya keatas. "Jarang banget loh Carra bisa bawa temen ke rumah, kecuali Ezra." ucapnya sambil melirik keluar. Menunjukkan rumah Ezra yang berhadapan.
Silvi memajukan wajahnya kearah Jery. Laki-laki batak dengan rambut gondrong itu menunduk malu. "Sebelum lebih jauh, jangan berharap sama anak saya. Ingat satu hal, hubungan itu diawali dengan sebuah kepercayaan dasar, satu kepercayaan."
Ucapan Silvi langsung menohok Jery sampai tenggorokan terasa kering. Senyuman di bibir itu berubah menjadi ekspresi canggung.
Diatas, Carra berusaha memutar kenop kebawah beberapa kali. Tapi nihil. Dengan modal lubang kecil di sela sela samping pintu, Gadis tomboy itu mengintip.
"Ah, sial!!" Carra mengumpat.
Topi hitam yang berada di kepalanya ia banting. Carra sebal, kenapa ibunya harus menggunakan cara kuno seperti ini?.
Brugh brugh brugh
Carra terus menggedor pintu kamarnya. Tak ada jawaban sekalipun. Asisten yang berdiri didepan kamar Carra pun sedikit ketakutan. Pasalnya, umur mereka tidak beda jauh. Dan bisa saja dengan kemampuan bela dirinya tulang-tulang asisten itu bisa Carra patahkan dengan mudah.
"Bu!! Bukain pintunya Carra mau keluar, nggak usah marah yah kalo pintu ini rusak lagi dan lagi." teriak Carra sambil menggedor pintu.
Silvi berancang-ancang, wanita paruh itu juga berteriak mengisi ruangan. Sekarang Jery paham, bakat suara Carra yang sering ia katakan seperti toa masjid ternyata turunan dari ibunya.
"Iya nggak papa nak, pulang aja! Maennya lain kali Carra juga harus jemput adiknya di sekolah. Tante sama Om mau ada meeting dikantor, maaf yaa.. "
KAMU SEDANG MEMBACA
O7X
Mystery / Thriller"KELUAR!!"teriak Ezra memasuki toilet perempuan. "Semuanya KELUAR bangsat!!" Satu persatu bilik kamar mandi ia dobrak. Memastikan tidak ada orang yang tersisa. Perempuan berkacamata itu berjalan mundur, mendapati mimik wajah Ezra yang begitu emos...