(37)

1.3K 189 4
                                    

Kami bahkan tak bisa kalian sentuh.

~CP~

HAPPY READING
*
*
*
~Vote yahh!! ~

"Satu berjalan lancar, kondisi aman?"
Kurios tersenyum melihat CCTV yang ada di depannya. CCTV yang terhubung langsung dengan tempat mereka memindahkan organ-organ yang akan dimasukkan kembali ketubuh penerima donor.

"2 orang berhasil ditahan, kondisi semuanya aman. Tinggal menunggu intruksi dari Kurios selanjutnya."

Mendengar laporan dari Nando, membuat bibir merah merona itu melengkung sinis.

"Target selanjutnya, akun kirim gambar sepuluh detik dari sekarang." Telepon terputus.

Dari gedung Caelum Pontem, Nando mengawasi sekitar.

"Hey!! Sini." teriak Nando memanggilnya anak buahnya.

"Ya, big bos."

Benda pipih yang tadi digunakan Nando untuk berbicara dengan Kurios dia tunjukkin ke hadapan dua orang berbaju serba hitam didepannya. "Target selanjutnya!" ucapnya.

"Lima menit dari sekarang, beraksi!!"

"Siap," ucap mereka serentak.

Ditengah kebingungan Adhisa dan yang lainnya perdebatan kecil kembali muncul. Karena, pada dasarnya mereka bukannya satu sahabat yang memahami sesamanya. Mereka hanya disatukan oleh tujuan balas dendam yang sama.

"Kita mundur aja gimana? Lapor polisi aja," Sakya berpendapat.

"Sakya ngomong apa sih lo? Adik gue bakal mati kalo kita lapor polisi," Arcell tak setuju dengan pendapat Sakya.

Nasya yang awalnya diam juga ikut bersuara,"Gue setuju sih, mau gimana lagi ini terlalu bahaya buat anak seumuran kita."

"Lo!!" Carra bernacang-ancang menampar Nasya namun di urungkannya.

"Kalo lo berdua emang mau nyerah ya nyerah aja nggak papa, pulang sana!! Lo nggak khawatir karna orang yang lo cinta nggak ada ditahan para bajiangan itu!!" Carra membara mengeluarkan unek-unek di hatinya.

Semuanya terdiam, tampak berpikir apa yang akan mereka lakukan.

"Lo!! Emang punya dendam sama mereka tapi lo nggak taukan gimana rasanya cemas karena nggak ada orang yang lo cinta disana!! Jery, Machta dan tante Heera semuanya orang yang gue cinta, dan mereka disana butuh bantuan gue." Kali ini Carra terisak oleh kata-katanya sendiri.

"Vanila dan Elza juga ada disana butuh bantuan gue," Arcell ikut bicara.

Melihat satu sama lain, Adhisa yang awalnya diam ikut bicara juga. "Aku juga harus selamatin tante Zanna, dia nggak salah nggak ada hubungannya dengan masalah ini."

"Sorry, Nasy Sak tapi gue harus hentiin Oppah gue." ucap Galen.

Semua tatapan kini tertuju pada Ezra. Laki-laki itu mendongak dan menghembuskan nafas panjang. "Gue juga harus hukum Papi gue dengan tangan gue sendiri." Ezra kembali menghela nafas setelah mengucapkan kalimatnya.

"Lo liat?? Kalo kalian berdua mau pulang juga silakan aja." Carra mempersilakan Nasya dan Sakya berbalik arah dengan isyarat tangannya.

"Dari awal juga udah aku bilang, Kamu-" Adhisa melihat kearah Sakya, "Dan kak Jery tidak ada hubungannya dengan ini, dan lihatlah kak Jery yang nggak salah apa-apa bahkan harus mereka musnahkan-"

"Heyy!!" Carra menyela perkataan Adhisa. "Jaga ucapan lo, jangan sembarangan ngomong dimusnahin gitu aja." Protes Carra.

"Mereka bahkan nggak tega buat bunuh orang-orang yang nggak berdosa, bagaimana dengan kita yang menantang mereka dengan terang-terangan?"

O7X Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang