(2)

11.4K 989 53
                                    

Aku tidak akan menutup mataku ketika malam, tapi aku akan terpejam ketika melihat warna hitam.

~Adhisa Leola Indradjati~

Happy Reading

*
*
*
~Follow akun ini dong!~

Satu Minggu kemudian

"Mamah pulang dulu yah, kamu baik-baik disini sayang."

"Nanti kalo ada apa-apa langsung telpon mamah aja," lanjut Zanna sambil membelai rambut Adhisa.

Sebenarnya Zanna sendiri tidak tega untuk meninggalkan Adhisa. Jika diberi pilihan, wanita berambut gold itu akan menyekolahkan ponakannya secara online atau ikut paket C saja. Semester kemarin tak ada ketakutan yang Zanna rasakan untuk ponakannya. Ia tahu akan ada saatnya pembelajaran dilakukan secara tatap muka, dan itulah yang selama ini Zanna hindari, memberi tahu pada dunia bahwa anak bungsu dari musisi keturunan Tionghoa yang sempat menggemparkan dunia entertainment ternyata masih hidup.

"Dah tante hati-hati di jalan."

Dhisa tersenyum, tangannya melambai ke arah Zanna yang berjalan mundur.

Mamah, adalah panggilan yang ingin Zanna dengar dari mulut Adhisa. Satu kata yang sampai waktunya tiba bisa mengalahkan rasa yang tak bisa diucapkan.

Wanita 35 tahun itu tentunya tak pernah memaksakan kehendak tersebut. Ia juga tahu, sejatinya tidak ada ibu pengganti bagi seorang anak. Dan Adhisa masih belum rela kehilangan Imelda dan Guan Li sebagai orang tua kandungnya.

Ada hasrat dalam dirinya untuk mencari Jianying, karena pada saat itu jasad dialah yang tidak ada di tempat. Bukankah 50℅ kemungkinannya antara hidup dan mati masih ada?.

Adhisa diam dalam kelas. Gadis bermata sipit itu duduk dibangku kedua barisan tengah. Adhisa hanya hapal nama-nama temanya tanpa tahu orangnya. Hasil dari setengah tahun sekolah online.

Pandangannya menyapu kedepan, fokus ke kepala teman laki-laki yang ada di depannya. Tidak, sebenarnya bukan kepala melainkan rambut.

Yah, rambut itu hitam. Banyak makna yang bisa Adhisa artikan tentang "Hitam".

Adhisa semakin menyapu pandangannya. Kali ini kesemua orang yang rambutnya bisa ia lihat dengan mata telanjang.

Ini tentang Hitam. Bagi Adhisa hitam itu sunyi, gelap, kelam, menyeramkan, kotor, dosa, dan yang terpenting warna hitam selalu mengingatkan Adhisa pada mereka.

"AAAA... PERGI KALIAN!! JANGAN GANGGU BUNDA SAMA AYAH LAGI!! PERGI!!" teriak Adhisa.

Semua mata langsung tertuju padanya. Semakin mereka mendekat, semakin kencang pula Adhisa menjerat rambutnya. Bayangan mereka menjadi semakin banyak.

Adhisa membenturkan dahinya ke meja sebanyak tujuh kali. Membuat guru semakin bingung. Niat dan usahanya menghentikan gadis OCD itu sia-sia, "Nak, udah yah dahi kamu bisa berdarah nanti, yuk ikut ibu ke UKS aja," ucapnya.

"Pergi!!" Adhisa mengibaskan tangan guru perempuan yang belum ia tahu namanya dengan keras. Menjadikan badan guru itu limbung. Untung saja murid yang ada di belakangnya sudah sigap menopang.

O7X Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang