(11)

2K 247 3
                                    

Orang yang terlihat buruk dimatamu akan menjadi lemah selemah lemahnya ketika engkau memandangnya dari sisi yang lain. Ternyata benar, setiap tindakan pasti mempunyai alasan. Jadi bagaimana denganmu?

~Arcellio Pietro Marchiano~

HAPPY READING

*
*
*

~ gimana kabar? Doi aman? ~


PLAKK

"Bangsat lo! Gila kenapa nggak ngomong dari awal kalo tuh minuman udah lo campur sama obat perangsang bego!" Amuk Arcellio.

Suara amukan itu terdengar nyaring. Hampir bergema di lorong OLIVIER'S yang sudah sunyi.

Sambil memegangi pipi kanannya, Elza memandang Arcell dengan dada bergemuruh. Nafasnya terengah. Gadis dengan bando kuning di rambut itu marah.

"Gila? Lo yang udah janji dari kemaren. Tanpa tanya apa, gimana atau efeknya apa lo langsung iyain aja. Sekarang giliran gini lo marah ke gue? ANJING!! emang dasar kalian tuh."

Arcell memajukan langkahnya. Tubuhnya lebih dekat lagi dengan Elza. Gadis itu menunduk, dengan tangan kanan yang terpasang arloji diper gelangannya Arcell mendongakkan wajah Elza.

Bibirnya hampir saja menyentuh telinga Elza. "Kalo sampe Ezra marah ke gue siap-siap aja lo."

Dengan kekuatan penuh Elza mendorong tubuh Arcell yang lebih besar dari tubuhnya.

"Gue nggak takut! Mau lo Ezra sekalian aja bawa antek-antek kalian buat gebukin gue, gebukin aja! Gue capek."

"Dasar jalang nggak tau diri!" maki Arcell.

"Terserah kalian mau nyebut gue apa. Jalang, jablay, dedemit, murahan, nggak tau diri, nggak punya malu, lonte apalagi? Sebutin aja sesuka lo." Ezla ngos-ngosan. Nafas gadis itu tak teratur setelah mengeluarkan amarahnya.

Melihat ekpresi Elza yang benar-benar diluar ekspetasi membuat Arcell menaruh sedikit empati pada gadis di depannya.

"Za gue ngomong kaya gini sebenernya gue peduli sama lo, gue nggak mau lo ngelakuin hal-hal konyol dan gila lagi."

"Tai! Peduli dari segi mananya anjing? Kemarin-kemarin aja lo sok manis, peduli pura-pura peduli. Dengan rayuan dan kata manis andalan lo, lo bisa nenangin gue saat Ezra nggak dateng malam itu."

"Lo pikir lo siapa hah? Seenaknya masuk hidup gue, pake akting peduli sama gue. Gue nggak butuh belas kasihan lo!" lanjut Ezla.

Merasa belum puas dengan unek-unek nya Elza kembali ancang-ancang untuk berbicara. "Nggak usah tanya " Kenapa" buang kata "Tapi" sekalian hilangin aja kata "Ini demi kebaikan lo" gue muak! Gue muak Cell! you know?"

Arcell berusaha menenangkan Elza, tapi lengan laki-laki itu segera ditepis menjauh.

"Semua ini gara-gara Ezra! Dari dulu dia selalu memperlakukan orang-orang seperti mainannya. Gue dicampakkan keluarga gue sendiri lo pikir karena siapa? Karna dia! sebutan tadi apalah itu dia juga yang buat, sampe gue kabur dari rumah dan dengan polosnya gue mikir Tuhan masih mau nolongin gue-" Elza mengambil jeda nafas.

"Saat itu gue bersyukur ada orang yang mau terima gue apa adanya, ternyata salah. dunia ini emang kejam, dunia nggak adil buat gue. Dia malah jadiin gue ATM berjalannya, gue dijadiin PSK Cell! Bener kata lo gue itu menjijikkan."

Isak tangis itu muncul dari mata Elza. Gadis yang sering dibaku hantam oleh Ezra tak pernah menangis kali ini melepas topengnya.

"Salah gue mau balas perbuatan orang yang udah buat gue kaya gini? Kalo lo mau jiji sama gue ji-"

O7X Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang