(24)

1.3K 223 38
                                    

Jadi, siapa pelakunya?


HAPPY READING
*
*
*
~DENGAN MEMOHON PARTISIPASI NYA, YUK VOTE KOMEN AND SHARE CERITA INI~

~sejauh ini nggak ada yang nyapa:( pengen dong disapa hah in 👋fighting ya nulisnya~

~pangil in aja jangan thor thor thor 🤭~


"The fuck!! Persahabatan kita cetek banget ya." ucap Carra sambil mendorong bahu Ezra.

Gadis itu melenggang pergi.

Jery yang bingung bahkan sampe celingukan beberapa kali. Melihat Ezra yang mematung dengan datar dan melihat punggung Carra yang semakin menjauh.

Jery melepas earphone yang dari tadi tidak berbunyi. Langkahnya sedikit ia majukan kearah Ezra. Sambil menunjuk dan bersuara lantang laki-laki itu mengeluarkan kekecewaannya. "Tega kali kau Za! Aku pahamlah dalam hati nurani mu itu pasti ragu kalau aku maupun Carra adalah si pelaku teror itu."

Jery mengusap wajahnya frustrasi, "Kau cakap orang tuamu genius, setidaknya gunakan otakmu sedikit saja untuk berpikir, tak perlu semuanya kau gunakan otot." Setelah mengucapkan kalimat itu, Jery keluar mengejar Carra.

Mereka yang masih tersisa hanya terdiam. Bukankah kesempatan langka bagi si pelaku untuk ikut kabur? Atau memang benar Carra pelakunya?.

"Sakya lo mau ikut gue pergi atau bareng sama orang-orang gabut disini?" tanya Nasya melirik kearah Ezra.

Gadis itu maju, berniat membawa Adhisa ikut bersamanya. Tapi nihil, tatapan maut dan halangan tangan Ezra tidak bisa ia tepis.

"Kalo ada apa-apa telpon gue aja, udah liat kan seberapa brengseknya pacar lo!"

"Anjing!! Diem lo bacot!!" maki Ezra.

Nasya semakin mendekat, kali ini jaraknya benar-benar bisa di jengkal. "Teror bukan kelas gue, inget itu! Jadi hapus nama gue di list lo."

Aaa

"Diam!!" Adhisa menjerit. Dimata laki-laki yang kini sedang ditinggalkan teman-temannya itu tampak khawatir. Galen mengangguk, memberi isyarat bahwa Adhisa baik-baik saja. Lelaki itu memeluk Adhisa dalam keadaan duduk.

"Ayo pergi Sak."

Sakya mematung sejenak. Bayangan first kiss dengan Ezra tiba-tiba muncul. Pemuda kaya yang jarang sekali menyeka poni, ini pertama kali dia lakukan didepan banyak orang.

Bibirnya bergetar melihat Ezra yang semakin diam. "Bokap gue kaya, nyokap gue juga. Kalo gue gabut mending bayar laki-laki cantik buat nyenengin gue Za. Gue kecewa, tapi kalo lo butuh apa-apa gue masih mau angkat telpon dari lo kok."

Pintu kembali terbuka, menampakkan sosok Nasya yang tadi sudah keluar. "Sakya ayo pergi!!" teriaknya.

Dengan terbirit, laki-laki kaya itu berlari sambil merapikan poninya seperti semula.

Ezra tidak bisa membantah perkataan teman-temannya. Setengah hatinya mengatakan kebenaran dari perkataan mereka. Tapi bagaimana dengan bukti yang sudah ia kumpulkan selama ini? Apa itu tidak berarti?.

"Ayo kita juga pergi dari sini." Elza menarik tangan Arcell. Namun sayang, lelaki berjaket blue yang selalu melekat dengan style nya tetap diam. Pandangannya menerawang kedepan. Sudah lama sejak inseden pulang sekolah Arcell tidak bicara dengan Ezra. Bukan, bukan hanya Ezra melainkan semuanya.

"Udah lama yah nggak saling ngebacot." Arcell maju, begitupun Ezra. Mereka beradu pandangan dengan tangan masing-masing yang saling mengepal disamping.

O7X Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang