(22)

1.3K 174 4
                                    

Pada intinya, kamu tidak benar-benar paham
Apa yang dirasakan oleh orang-orang yang ada di sampingmu. Termasuk, hubungan orang tua dan anak.

~Carramel~

HAPPY READING
*
*
*
~Komen komen ngapa cahh
Ramein setiap kalimat nya, oke??~

Bruggg

Ezra menjatuhkan tubuh kekarnya di kasur hello kitty milik Carra. Tetangga yang kini sedang menumpang itu memejamkan mata dengan tenang. Sampai akhirnya mata yang baru beberapa detik terpejam terbuka begitu sama tanpa hitungan detik, Ezra kaget.

Kepalanya Ezra tolehkan ke arah Carra yang berdiri di depan gorden. "Woy babi! Ngapa di tutup?"

Sebelum Carra menjawab, dirinya sudah lebih dulu histeris. Bangkit dan langsung mengurungkan niatnya untuk tidur.

"Carra! Inget lo dan gue cuma sebatas sahabat, nggak usah ngadi-ngadi deh pake gelap-gelapan segala."

"Nggak mau gue, sama Adhisa aja belum pernah," tambahnya.

"Idih pidi imit! Gue juga ogah kali ama lo."

"Yaudah buka gordennya, gue pengen angin yang geber-geber nih," Ezra maju, membuka gorden itu dengan paksa.

Carra yang tidak menyiapkan aba-aba akhirnya jatuh oleh dorongan kecil Ezra. "Tai lo Za," umpat Carra.

Ezra sudah duduk santai didepan balkon kamar Carra. Pandangan didepan yang bisa ia lihat tentu rumahnya sendiri, lebih tepatnya kamar Nando dan Heera yang ada di atas.

"Woy kirik sini lo, enak banget anginnya. Jangan lupa bawa lolinya."

"Keparat si Ezra." Saat hendak bangkit, Carra melihat lipatan kertas di samping tubuhnya. Gadis tomboy penyuka warna pink itu mencoba mengingat sesuatu. Ia yakin, kertas ini bukan miliknya. Carra selalu menjaga kebersihan dan kerapihan kamarnya, meskipun Ezra sudah lama berteman dengannya ia sama sekali tidak diperbolehkan menyentuh barang-barang koleksi Carra tanpa izin.

Dengan penasaran Carra membuka kecil lipatan kertas itu, samar-samar yang Carra lihat adalah nama Elza.

Ezra menoleh, memanggil Carra sekali lagi.

"Iya iya ih bawel amat, kaya rumah lo aja," Carra mengutuk perkataan Ezra.

Sambil menerima lolipop yang diberikan Carra, Ezra berkata sambil tersenyum, "tamu adalah raja!"

"Ya kalo rajanya kaya lo mah yang ada bangsat anying!!"

"Gimana terornya? Udah selesai?" celetuk Carra tiba-tiba. Mengubah suasana ringan menjadi serius.

Ezra meraung kecil, "Huhh bajingan itu emang pantes mati!! Gue pastiin sih kalo dia harus mati ditangan gue sendiri."

Carra mengangguk-angguk, "Tadi lo ngelabrak adik kelas lagi? Di kamar mandi cewe lagi,  keren banget sih emang sohib gue! Nggak ada lawan coy kan maen."

"Yah, nggak ada yang salah buat gue. Si kunyuk itu juga brengsek, beraninya dia nuduh bokap gue selingkuh! Yang ada tuh lonte yang kegatelan."

Mendengar perkataan Ezra yang penuh emosi membuat Carra refleks melihat ke arah kamar Nando. Kedua kamar itu masih menyala, Carra punya firasat buruk tentang itu. Tapi, bagaimana cara dia menyampaikan semua ini ke Ezra?.

"Kenapa diem?" Ezra menepuk pipi Carra.

"Za," panggil Carra.

"Gue mau tanya, tapi lo nggak usah nabok, mukul atau ancem-ancem tebas leher gue. Gue nggak takut, denger lo!" canda Carra.

O7X Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang