"Caelum Pontem" is my aset, I'll kill you if you bother
~Kurios~
HAPPY READING
*
*
*
~Jangan bawa cerita lain di cerita In, oke? ~"Yes, Kurios." ucap Nando sembari berbisik.
"Ada sedikit problem, Oke siap meluncur."
Dengan raut yang buru-buru, Nando bergegas meninggalkan Ezra. Laki-laki itu sempat menepuk punggung sang anak.
"Pi mau kemana?"
"Papi ada urusan."
Ezra tampak duduk termenung. Beberapa kali melihat kearah jam tangan dan ruangan Heera bergantian.
Ezra mengacak rambutnya frustrasi, membuang tusuk gigi yang ada di mulutnya sembarang. Masa bodo ia berada di rumah sakit.
Pesan teror pagi tadi masih saja berkeliling di kepalanya. Pertanyaan hebat berkecamuk di otaknya. Ayahnya? Nando? Realy?.
Sekali lagi, Ezra melirik keruangan Heera. Setelahnya dengan mantap, laki-laki itu berdiri dan berjalan keluar. Kali ini, dia tak mau dibodohi lagi oleh peneror sialan itu.
Di koridor rumah sakit, Ezra berpapasan dengan Adhisa tanpa dia sadar. Adhisa yang berinisiatif melambai akhirnya diurungkan kala melihat langkah kekasihnya sangan cepat. Ditambah lagi, masalah kemarin. Mereka belum berbaikan.
"Sayang, itu Ezra kan?" tunjuk Zanna.
Sambil mengangguk Adhisa memeluk Zanna, melihat sekitarnya membuat gadis itu pusing. "Dhisa lagi berantem sama Ezra, Tan."
Zanna membalas rangkulan Adhisa, sambil berjalan perempuan yang ingin dianggap ibu oleh Adhisa mengelus rambutnya. "Dalam hubungan berantem itu bumbu bumbu cinta sayang, nanti juga Ezra lembut lagi kok."
"Dia kan pangeran berkuda putih yang Dhisa impikan," kata Zanna mendongakkan kepala Adhisa. Dengan menekankan suaranya, Zanna kembali berkata. "So, dia ganteng banget." ledek nya.
Adhisa memasuki ruang psikiater barunya ditemani Zanna. Jadwal kali ini harus berhubungan langsung dengan rumah sakit. Tidak seperti dulu saat berkonsultasi dengan Airin, Umma dokter yang merupakan ibu dari Zidane. Saat itu praktek bisa dilangsungkan di rumah Airin sendiri.
Beberapa obrolan ringan sudah ditanyakan oleh wanita berjubah putih yang duduk didepan Adhisa. Kondisi Adhisa dinyatakan membaik, ini semua support dari teman-teman dan diri Adhisa sendiri.
"Afternoon Miss," sapa seseorang dengan jubah putih juga.
"Airin?" ceplos Zanna.
"Wow, Zanna. Gimana kabar kamu? Adhisa?" Zana dan Airin saling menempelkan pipi kanan dan kiri. Dokter yang berada di ruangan itupun ikut mesem.
"Ohh, sudah saling kenal ternyata."
Berbeda dengan mereka yang saling melempar senyum, Adhisa dengan perlahan beringusut mundur. Dia mendekati pintu keluar.
Melihat Airin, membuat nya ingat bagaimana wanita yang dikenal dokter penyembuh anak-anak dengan gangguan jiwa itu menghina pasiennya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
O7X
Mystery / Thriller"KELUAR!!"teriak Ezra memasuki toilet perempuan. "Semuanya KELUAR bangsat!!" Satu persatu bilik kamar mandi ia dobrak. Memastikan tidak ada orang yang tersisa. Perempuan berkacamata itu berjalan mundur, mendapati mimik wajah Ezra yang begitu emos...