(3)

6.3K 705 19
                                    

Cinta bisa dipupuk dan tumbuh dengan subur, yang harus digaris bawahi di sini adalah kesucian yang seharusnya dijaga tidak boleh dikotori.

~Zidane Amroellah Malik~

Happy Reading

*
*
*

~Ya kali gak share😝 Rekomendasiin cerita ini ke temen Wp kalian dong~

Dhisa memegang lengan kekar Ezra dengan erat,"Katanya mau anter Dhisa pulang."

"Nggak papa kok, cuma sebentar kan Ezra mau ganti baju dulu, masa mau ketemu camer pake tengtop." Ezra tersenyum sambil mengelus rambut lembut milik Adhisa.

"Mau ke makam Ayah Bunda Dhisa?" tanya Dhisa polos, "Eh, maksudnya pulang ketemu tante Zanna sama om Alton," jawab Ezra sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Aduh, salah ngomong nih gue," ceplosnya.

Adhisa mengerucut, "lain kali jangan gitu, Dhisa gak suka."

"Ezra kamu bawa siapa sayang?" sambut perempuan berumur 35 an dengan nada manis. Heera, maminya Ezra.

Keluarga Ezra cukup harmonis, sayang ada yang tidak ia suka dari Heera, sifat cerewetnya. Ezra sendiri lebih dekat dengan Nando, papinya.

Walaupun keduanya sama-sama mementingkan karier, mereka selalu menyempatkan waktunya untuk berkumpul dengan keluarga. Tentu, karena Ezra satu-satunya pewaris tunggal keluarga "Hernandez" Dialah yang akan melanjutkan bisnis Nando. Meskipun garis takdir demikian, Heera bersikeras melarang Ezra melanjutkan bisnis papinya.

"Dhisa ayo ikut Ezra ke kamar aja," ajaknya sambil menggengam tangan Adhisa. Ezra berjalan seolah Heera tak pernah ada di depannya. Yah, niatnya hanya menghindari obrolan sosialita Heera.

Tentu ada tanda tanya dikepala Adhisa. Tapi saat matanya berkeliling menjelajahi seisi ruangan, matanya langsung refleks terpejam, tangganya semakin erat menggenggam. Banyak warna hitam di rumah Ezra.

"Nggak papa sayang, kan ada Ezra di sini."

"Mami cerewet, Ezra nggak mau tuan putri diambil gitu aja," bisiknya.

Heera protes, "Sayang kok kamu cuekin mami sih."

Sampai dikamar, Ezra mengambil baju dan masuk kekamar mandi. Adhisa duduk diranjang sambil mengamati ruangan sekitar.

Aroma parfum musk menyebar, bau yang sudah sangat lama berkenalan diindera penciuman Adhisa. Rincinya, bau itu maskulin manis. Bernuansa kayu hutan yang sejuk, dan Adhisa amat suka dengan aroma itu.

Pintu kamar Ezra sedikit terbuka, di depannya tampak seorang laki-laki yang sudah berumur sedang melihat kearah Adhisa.

Dengan perlahan, langkahnya masuk juga ke kamar Ezra. Adhisa yang bisa dimasukkan ke kategori gadis yang kuat pendengarannya langsung menoleh.

Tiga detik berlalu, matanya melebar karena kaget. Entah mengapa, rasa takut tiba-tiba menyeluruh ketubuh gadis OCD itu. Dengan refleks pula, Adhisa bangkit.

"Teriak ayo teriak panggil Ezra!"

"Dia bahaya, dia jahat, ayo teriak! Teriak!!"

O7X Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang