(42) End

4.6K 261 54
                                    

Dan Akhirnya aku bisa berpamitan denganmu.

~Zidane Amroellah Malik~

HAPPY READING
*
*
*
~ini akhir!!~


Lima orang tersisa, setelah kemarin malam Arcell dibawa diam-diam oleh komplotan mereka. Galen yang melihat entah mengapa tidak menahan atau membangunkan teman lainya.

"Ganti shif."

Galen mendengar intruksi itu.

"Eh berhenti bentar dong, gue kebelet banget nih." ucapnya sambil meletakkan tas yang dia gendong ketanah.

"Gue ikut," susul Carra.

"Sial, kenapa harus ikut sih? Lo dimana Dan?" Galen berbicara dengan suara pelan.

"Dasar mesum!!" teriaknya pada Carra.

Setelah menemukan tempat yang dimaksud patner bicaranya, Galen pergi terlebih dahulu meninggalkan Carra yang terus mengomel.

"Cepet ganti," seru Galen setelah menemui Zidane.

"Gila sih ini topeng bener-bener mirip gue banget anjir," Galen masih kagum dengan topeng setengah bada yang Zidane bawa.

"Astaghfirullah, mulutnya."

"Pesennya jauh, aku juga harus nahan nafas karena badan kamu lebih berisi," Zidane menggerutu.

"Jangan lupa pasang ini ke mereka berdua, dan lo supaya gue bisa lacak kemana pun kalian pergi."

Mendengar ucapan Galen, Zidane mengacungkan jempol kanannya.

"Galen!! Lo lama banget sih!" teriak Carra dengan suara bak toa masjid.

"Nggak usah ngintip lo," seru Galen.

"Nggak sudi juga gue liat punya lo."

Zidane geleng-geleng kepala sambil mengelus dada beristighfar mendengar ucapan Carra.

"Dia nonis, nonis." Kata Galen berbisik.

Sebelum pergi, Zidane memberitahu supaya Galen juga menemui Alton yang berada di rumah. Sepeninggalan Adhisa yang sempat menyuntikkan obat tidur kepada om nya itu, Alton sempat linglung.

"Galen!!" Carra menyibak semak-semak tempat Galen atau yang sekarang Zidane berada.

"Bentar nih, lagi nutup sleting." Lagi-lagi Zidane beristighfar. Kali ini dia geli dengan ucapannya sendiri.

🎻🎻🎻


"Tulus itu Bodoh!!" ucap Galen yang berjalan mendekat ditemani Alton disampingnya.

"Galen??"

Teman-teman lainya melebarkan mata masing-masing. Bagaimana ceritanya Zidane bisa menggantikan Galen?. Mereka bahkan tidak tahu kalau anak jenius itu berteman cukup lama dengan Zidane.

Orang yang diam-diam Galen kabari adalah Zidane. Tentang penyamaran Adhisa juga sebenarnya laki-laki itu sudah mengetahuinya.

Di balik kerumunan orang-orang yang tangannya diborgol, ada kakek tua berambut dia yang menghela nafas lega. Setidaknya bukan cucunya yang sedang terkapar lemas.

"Maafkan oppah, Nak." katanya menunduk malu.

"Cepat bawa dia ke ambulance."

Adhisa berlari, ingin ikut masuk kedalam ambulance tempat Zidane berbaring.

Kenapa? Kenapa mereka kembali dipertemukan dengan cara yang tragis?.

Di depannya, Zanna tersenyum sambil meneteskan air mata. Semua orang yang ada disitu kini sudah bisa bernafas lega.

"Mah, Zidane mah. Dhisa pengen ikut Zidane."

Zanna terdiam. Dia memeluk, tubuh Dhisa kencang. "Mamah?" ucapnya menyakinkan panggilan yang Dhisa lontarkan kepadanya.

"Mamah," ulang Adhisa.

Ezra berlari dan mendekap Heera yang satu tangannya masih terinfus. Dia tidak pantas di sebut manusia, bahkan pada istrinya sendiri bisa melakukan hal sekeji ini.

Sementara Nasya dan Sakya saling berbicara begitupun Carra yang menghampiri Matcha bersama Jery di sampingnya. Arcell dan Elza pun menjemput Vanila yang masih terbaring, seperti hati baru laki-laki itu terhadap ayah dari adik tirinya akan menyusut setelah kejadian ini.

Di airport, Kurios terus saja memegang ponselnya. Panggilan masuk dari Nando, terkejutnya dia saat suara yang menyapa di seberang ternyata polisi. Dan tentunya Kurios tahu kalau sekarang keberadaannya sedang di lacak oleh mereka.

"Sial, bocil jahannam kamu Dhisa!!" umpat nya.

Dengan cepat, dia menaikan kacamata hitamnya. Dengan tudung biru wardah di kepala, dia masih berjalan dengan santai menggunakan sepatu hak tinggi berwarna hitam.

Sambil menarik koper, Diam-diam ponsel yang sudah di lacak oleh polisi diletakkan ke dalam tas milik penumpang lain yang sedang menunggu.

Polisi mulai berdatangan, Rata-rata dari penumpang terkejut melihat mereka.

"Tangkap aku, kalau kalian bisa." ucapnya sambil tersenyum picik.

"Kurios tidak pernah mempunyai akhir."

Beberapa menit dari toilet, penampilan Kurios sudah berganti. Dia memakai setelan gamis berwarna hitam lengkap dengan cadarnnya.

Seseorang polisi menghampiri nya, "Maaf, lihat orang ini?"

Dia menggeleng. Dibalik kain yang menutupi setengah wajahnya ada tawa tanpa suara yang tidak terdengar oleh orang-orang.

Baginya polisi itu ikan yang mencari pintu didasar laut. Mustahil bisa ditemukan.




End
Makasih yang sudah baca dari awal sampe akhir

Ini end, tamat, selesai, cukup yah manteman
Ngga usah protes!! Tebak aja Kurios tuh sape😅

Btw, baca juga QWERTY yah
Baru aku publish juga hari ini

Thanks😍😍

O7X Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang