"Ilana?"
"Iya, ini Ilana, Kak."
Aku dan Kak Boni memang lumayan dekat. Ia mengenalku sebagai pemangku adat sedangkan aku mengenalnya sebagai kaka pramuka abadi di esktrakulikuler kami.
"Kak Boni kok di Purbalingga?"
"Iya, nih. Lagi pengin pulang."
Kak Boni berkuliah di salah satu kampus pariwisata di Yogyakarta. Tahun ini Kak Boni menjadi mahasiswa tingkat akhir yang disibukkan dengan skripsi dan drama dosen pembimbing. Kesibukan yang dijalaninya tidak membuat Kak Boni stress, ia justru mencari kesibukan lain di luar sana. Kak Boni memang orang yang memiliki pembawaan santai. Sayang, sifatnya agak tengil dan suka meledek kerapkali membuatku kesal.
"Ilana sama siapa?" Kak Boni bertanya kepadaku setelah menyadari keberadaan Audrey di sebelahku.
"Aku sama Audrey nih, Kak. Audrey juga tau Kak Boni gara-gara kakak pernah ngebantuin event basket nya dia katanya." Aku mengenalkan sekaligus mengingatkan Kak Boni dengan Audrey.
"Oh kamu yang dulu sempet minta daftar sponsor itu, kan?"
"Iya, betul, Kak." Audrey mengangguk cepat. Senang dirinya masih diingat oleh Kak Boni. "Kak Boni sendirian aja?"
"Iya nih, kebetulan niat jogging terus ada titipan juga. Jadi ya sekalian." Kak Boni menunjuk pukis yang ada di hadapannya itu. "Kalian kelas 12 kan, ya? Ada agenda apa aja di sekolah?"
"Iya. Agendanya macem-macem. Ada try out, ujian sekolah, ujian nasional, ujian masuk kampus, sama ada kompetisi futsal juga." Audrey menjawab pertanyaan Kak Boni sembari melirik ke arahku.
"Kompetisi futsal?"
"Iya, Kak. Sekolah kita ikut kompetisi futsal loh tahun ini. Kebetulan aku ikut di tim putri." Aku menambahkan.
"Wah keren. Sekolah kita ngirim berapa tim di kompetisi itu?"
"Dua tim, Kak. Tim putra dan tim putri."
Kak Boni mengangguk. "Kayaknya seru, ya."
"Iya, Kak! Kak Boni jangan lupa dateng ya jadi supporter SMA Garuda."
"Wah gampang itu mah. Kalo ngga ada acara, aku sempetin dateng, deh. Nanti kabarin lagi aja ya, Lan, Drey."
"Eh, tapi aku belum ada nomor WhatsaApp nya Kak Boni. Boleh aku minta dulu kali ya nomor WhatsApp nya, Kak?" Aku bertanya kepada Kak Boni.
"Boleh."
Aku menyimpan nomor WhatsApp milik Kak Boni setelah mendengar dua belas digit nomor yang dilontarkan oleh Kak Boni barusan.
"Oke udah aku simpan di kontak ya, Kak. Nanti aku kabarin lagi waktu tandingnya."
"Iya oke siap. Aku pulang dulu ya. Kebetulan pukisnya lagi ditungguin sama adik di rumah."
"Oh iya, Kak. Hati-hati di jalan, ya."
Kak Boni meninggalkan kami menuju parkiran motor yang masih saja sepi.
"Lan, kapan kita balik?"
"Bentar. Aku mau pesen pukis dulu deh. Jadi kepengin soalnya."
Kupikir Audrey akan marah saat aku berkata demikian, rupanya ia juga ikut-ikutan memesan pukis.
₰₰₰
"Lan, kira-kira ada yang ketinggalan lagi ngga ya?" Tanya Audrey yang sedari tadi sibuk mengemasi barang-barangnya yang berserakan itu.
"Engga... kayaknya." Mataku turut serta melihat setiap sudut kamar ini.
"Oke. Aku mau telepon supir dulu deh. Udah jam segini."
Jam menunjukkan pukul 4 sore. Dan di sebelah sana terdengar ada orang yang sedang meminta untuk dijemput.
Sementara aku memilih untuk duduk di sofa empuk ini.
"Lan, ke bawah yuk. Supir udah deket ternyata."
Aku hanya mengangguk dan mengikuti langkah Audrey.
"Besok Senin aku udah mulai latihan buat kompetisi. Jadi ya gitu, lumayan sibuk. Siap-siap duduk sendirian, ya hehe."
"Ish." Audrey terdengar kesal. "Tapi semangat ya latihannya. Jaga kesehatan tuh. Jangan begadang dulu biar badannya fit terus. Biar ngga ngecewain banyak orang haha."
"Iya, Mak." Aku masih saja geli dengan nasihat Audrey itu.
Tepat ketika kami sampai pada pijakan terakhir tangga ini, mama menghampiriku dan Audrey.
"Loh, Audrey mau pulang sekarang? Ngga mau nginep satu malam lagi?" Tanya mamaku yang melihat Audrey membawa guling ilernya dan ransel bak kura-kura.
"Iya tante. Aku mau pulang dulu, soalnya orang tua juga lagi dalam perjalanan pulang ke rumah."
"Oh gitu. Mau tante anter?"
"Eh ngga usah tante. Aku dijemput supir kok."
"Ya sudah. Hati-hati di jalan ya. Salam buat orang tua kamu."
"Iya, tante. Audrey pulang dulu ya. Makasih tante udah mau direpotin hehe."
"Iya ngga papa."
"Assalamualikum, tante."
"Waalaikumsalam."
Setelah berpamitan dengan mamaku, kami berjalan keluar menemui supir Audrey yang sudah stand by di depan rumahku.
"Aku pulang dulu ya, ANAK SIBUK."
"Hahah iya, hati-hati ya. Kabarin kalau udah sampai." Audrey mengangguk dan masuk ke dalam mobil.
"Dadahhh." Kataku sembari melambaikan tangan hingga mobil Audrey nampak semakin mengecil di mataku.
₰₰₰
Aku memutuskan untuk merebahkan diri di karpet depan televisi. Sesuai dengan perkembangan zaman, televisi hanya digunakan untuk "meramaikan suasana" dan sisanya adalah bermain aplikasi di smartphone.
Persis denganku di malam ini. Aku membiarkan televisi menyala begitu saja dan mengalihkan perhatianku pada smartphone di genggaman tangan. Aku membuka aplikasi WhatsApp dan mulai terlena di dalamnya.
Risda : "Malam guys. Jangan lupa besok kita ada latihan perdana. Siapin sepatu futsal, kaos, dan tentunya semangat kalian buat ikut latihan besok ya. Kalau ada yang belum lengkap atau masih butuh sesuatu, sampein aja disini ya. Terima kasih. Semangat Blackpink!"
Aku membaca pesan yang dikirimkan Risda di grup Blackpink in Your Area dan menanggapinnya dengan ketikan "Oke siap, makasih Risda. Semangat guys."
Risda sebagai kapten tim futsal putri SMA 1 Garuda tentunya memiliki tanggung jawab lebih dari yang lainnya. Ia harus memastikan tim nya itu memiliki kesiapan yang matang. Risda selalu mengerjakannya dengan baik.
Beberapa anggota dari tim lain mungkin sedang tidak memegang smartphone-nya. Sibuk dengan urusan masing-masing.
Iseng, aku membuka story WhatsApp dari kontak yang aku simpan. Dan aku menemukan salah satu story WhatsApp yang menarik perhatian di malam itu. Story WhatsApp yang dimaksud adalah milik Ka Boni. Teringat dengan jelas, story WhatsApp itu berupa foto Kak Boni dengan keenam temannya yang lain di dalam kereta.
Sepintas memang tidak ada yang spesial dengan foto yang diunggah oleh Kak Boni. Namun, siapa sangka. Semua justru berawal dari foto itu, foto Kak Boni dengan kelima temannya, dan satu lagi adalah dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi Virtual
Novela Juvenil🚧Wajib Follow Sebelum Baca🚧 Ilana, seorang cewe perfeksionis yang selalu berpikiran idealis, merubah pola pikirnya setelah diputuskan oleh Bagas (mantan kekasihnya sewaktu kelas 12). Lalu, kemudian ia bertemu dengan Kak Rangga di layar smartphone...