Satu yang Terpilih

5 0 0
                                    

Sesuai perjanjian dengan Pak Asep kemarin, aku, Wigan, dan Bagas mengambil kunci aula di dapur sekolah.

"Kunci aulanya kami pinjam dulu ya, Pak. Besok kami kasih lagi. Terima kasih," ucap Wigan kepada Pak Asep.

"Iya monggoh."

Selepas itu, kami berjalan menuju ke aula. Mempersiapkan semuanya dengan baik. Setelah dirasa cukup, kami memberi tahu Tristan.

"Tan, udah aman," kataku lewat panggilan telepon.

Beberapa saat kemudian, terdengar bunyi pengumuman yang sukses menggelegar di berbagai penjuru ruangan SMA 1 Garuda.

Pengumuman ditujukan kepada teman-teman kelas 12 SMA 1 Garuda. Diberitahukan kepada teman-teman kelas 12 bahwa akan diadakan kumpul angkatan pada siang hari ini dengan bahasan buku tahunan sekolah. Dimohon kepada teman-teman kelas 12 untuk hadir di aula sekolah paling lambat pukul 1 siang. Terima Kasih.

Dan setelah bel pulang berbunyi, banyak teman-teman kami yang mulai berdatangan ke aula sekolah. Kami yang sudah stand by sedari awal ikut membantu merapikan barisan agar mereka dapat duduk dengan rapi.

"Sebelumnya terima kasih kepada teman-teman SMA 1 Garuda yang sudah menyempatkan waktunya untuk diskusi BTS di siang bolong ini. Kurang lebih lima menit lagi kita mulai ya diskusinya. Terima kasih." Tristan mengambil alih suasana di aula ini.

"Power point udah siap? Proyektor aman?" tanya Tristan kepada kami memastikan. Kami mengangkat jempol sebagai tanda semuanya aman terkendali.

"Baik. Mohon perhatiannya, ya teman-teman sekalian." Semua murid SMA 1 Garuda bersikap tenang menyimak apa yang dikatakan Tristan itu.

"Jadi, yang akan kita bahas hari ini diantaranya adalah pemilihan tema sekaligus harga buku tahunan. Dua hal itu nantinya akan dipandu oleh Audrey."

Kami yang ada di ruangan itu reflek menganggukan kepala. Semua mata tertuju kepada powerpoint yang disajikan oleh Anwar di layar proyektor aula.

"Oke teman-teman, kalian bisa lihat ya disini ada beberapa pilihan tema dan harga buku tahunan sekolah untuk angkatan kita. Silahkan disimak sejenak." Kami menyimak beberapa pilihan tema dan harga buku tahunan yang tertera disana.

Beberapa dari kami ada yang memotret pilihan tema dan harga buku tahunan itu. Beberapa dari kami juga ada yang menulisnya di notes ponsel masing-masing.

"Seperti yang kita lihat di layar, ini ada 3 pilihan tema dengan 3 harga buku tahunan yang sebelumnya sudah dipilah dari panitia. Nah, dari kami selaku panitia ingin meminta tolong kepada teman-teman semua untuk memberikan pendapatnya mengenai 3 pilihan tema dan harga buku tahunan ini." Audrey memberikan pengantar. "Tema yang pertama adalah 'Our Vintage' dengan harga 105 ribu, tema kedua 'Memory at School' dengan harga 110 ribu, dan tema ketiga 'Modern Theme' dengan harga 115 ribu," lanjut Audrey.

Semua murid kelas 12 yang memenuhi aula terlihat gaduh. Mereka berdiskusi dengan teman yang duduk di sebelahnya.

"Mohon perhatiannya sebentar, temen-temen. Kami akan memberi waktu kepada kalian selama 10 menit untuk berdiskusi mengenai buku tahunan angkatan ini ya. Bagi yang ingin bertanya, boleh langsung angkat tangan ya."

"Audrey, izin bertanya." Terlihat seorang murid IPS yang kukenal namanya Hisyam mengangkat tangan kanannya.

"Iya silahkan Hisyam."

"Izin bertanya kepada panitia buku tahunan. Ini kenapa kita cuma dikasih 3 tema buku tahunan, ya? Sedangkan yang kita tahu sendiri, tema buku tahunan kan pilihannya banyak tuh. Itu aja si pertanyaan dari saya." Hisyam mengakhiri pertanyaannya.

"Oh iya, makasih Hisyam atas pertanyaannya. Jadi, kita dari panitia sudah mengusahakan untuk memberikan banyak pilihan tema untuk kalian. Tapi, kemarin kami sudah berkonsultasi dengan pihak kesiswaan untuk memilih 3 tema saja yang bisa dipertimbangkan. Beberapa tema lainnya yang kemarin kami sempat pilih juga ternyata tidak diizinkan oleh pihak kesiswaan dengan beberapa alasan seperti kostum yang ribet dan tentunya perihal harga yang mencapai 200 ribu itu." Tristan mencoba menjelaskan panjang lebar.

"Dan pada akhirnya kami memilih 3 tema ini untuk didiskusikan dengan kalian. Lagipula, harapan kami, buku tahunan ini bisa dibeli oleh kalian tanpa terkecuali. Kasian juga kan mereka yang kesusahan dalam biaya. Jadi, kami memilih tema sekaligus harga yang terjangkau. Bagaimana Hisyam dan teman-teman lainnya? Sudah jelas kah?" kata Audrey menambahkan.

"Oh iya. Paham. Terima kasih panitia." Hisyam menjawab dari sudut kanan aula paling belakang sambil mengangkat jempolnya.

Para murid di ruangan aula ini terlihat sibuk berdiskusi dengan circle-nya masing-masing. Sambil menunggu 10 menit berlalu, aku yang sudah menentukan pilihan tema, membuka smartphone-ku. Kak Rangga ternyata mengirimkan pesan kepadaku beberapa menit yang lalu.

Kak Rangga : "Lagi ngapain? Masih di sekolah kah?"

Ilana : "Iya, masih."

Aku membalas pesan yang dikirimkan oleh Kak Rangga. Siang ini, Kak Rangga lebih intens menghubungiku. Aku kelewat senang hanya dengan notifikasi dari Kak Rangga.

Ketika aku membalas pesan dari Kak Rangga dengan senyum-senyum sendiri, aku merasa ada yang melihatku. Akhirnya aku mengalihkan perhatian dari smartphone-ku.

CATCH!! Bagas ternyata sedang mengamatiku dari tempat duduknya. Mata kami bertemu beberapa saat dan kemudian Bagas mengalihkan pandangan terlebih dahulu.

"Lan." Audrey menyenggol lenganku.

"Hah? Kenapa Drey?"

"Kamu yang kenapa. Daritadi senyum-senyum terus perasaan. Lagi chat sama siapa sih?"

"Ohh engga."

Audrey kembali mengambil mic dan berjalan mendekati proyektor di depan aula. Sedangkan aku masih mencuri-curi waktu untuk membalas pesan dari Kak Rangga.

"Teman-teman semuanya, ini udah menit ke-11 ya. Bagi temen-temen yang ingin berpendapat, boleh langsung mengangkat tangannya ya."

Diskusi itu berlangsung beberapa jam. Dan Nindi mengangkat tangan untuk memberikan suara yang terakhir.

"Audrey, izin berpendapat. Kalo dari aku vote Modern Theme. Soalnya untuk tema ini kostumnya lebih gampang dan hanya butuh pakaian terbaik atau kekinian yang sebagian besar dari kita udah punya di rumah. Nah, untuk kekompakan warna atau tone, nanti bisa didiskusikan di kelasnya masing-masing. Untuk masalah harga, nggak papa kita pilih yang lebih mahal beberapa ribu rupiah daripada harus nyewa kostum yang nggak cukup dengan beberapa ribu rupiah itu. Itu aja kalo dari aku, Drey. Makasih."

"Terima kasih Nindi atas pendapatnya. Nah, pendapat Nindi tadi merupakan pendapat yang terakhir ya teman-teman. Rasanya kita juga sudah tau tema apa yang akan kita pilih sesuai musyawarah tadi. Jadi, kita akan memilih tema 'Modern Theme' dari vendor Buana Mitra." Seketika terdengar bunyi gemuruh tepuk tangan dari murid yang berada di ruangan ini.

"Untuk pemilihan kelompok, warna atau tone, dan persiapan lainnya silahkan didiskusikan dengan ketua kelas masing-masing ya. Sekali lagi terima kasih kepada teman-teman semuanya yang sudah memberikan pendapatnya." Audrey kemudian mengakhiri presentasi pada powerpoint yang ditampilkan di depan kami.

"Terima kasih kepada teman-teman yang sudah menyempatkan waktunya. Nah, berhubung jam sudah menunjukkan pukul dua siang, kumpul angkatan hari ini dicukupkan terlebih dahulu ya. Kalian juga boleh langsung meninggalkan aula ini untuk beraktivitas yang lain. Sekali lagi terima kasih." Tristan mengambil alih mic yang tadinya dipegang oleh Soya.

Murid-murid yang berada di ruangan ini langsung berhamburan keluar setelah dipersilahkan oleh Tristan. Sedangkan aku masih saja sibuk senyum-senyum sendiri. 

Obsesi VirtualTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang