Perempuan Itu

4 0 0
                                    

Ujian nasional sudah berlangsung tiga hari yang lalu. Tidak ada kejadian menyenangkan di saat itu. Yang ada hanyalah rasa kesal yang menyelimuti seusai ujian nasional.

Bagaimana tidak. Soal yang keluar pada ujian nasional itu sungguh diluar dugaan. Beberapa soal yang muncul pada ujian matematika tidak sesuai dengan kisi-kisi yang telah diberikan.

Aku mengunggah beberapa cuitan dari Twitter pada story WhatsApp. Cuitan itu berasal dari menfess yang sedang ramai dengan keluh kesah tentang materi yang seharusnya tidak masuk dalam kisi-kisi ujian matematika. Seluruh pelajar di Indonesia ternyata sama kesalnya.

Aku serasa jadi mafia yang harus nebak password-nya si Zaki.

Kak Rangga, yang sebelumnya tidak berkomunikasi denganku, akhirnya mengomentari unggahan story WhatsApp itu. Sejujurnya, aku juga sedang memancing perhatiannya setelah sekian lama tidak melakukan aktivitas bertukar pesan.

Kak Rangga : "Halo, gimana ujiannya?" sapa Kak Rangga kepadaku.

Ilana : "Hi, Kak. Ujiannya lumayan bikin emosi wkwkwk."

Kak Rangga : "Kenapa bisa gitu?"

Ilana : "Iya, soalnya ada beberapa soal yang bikin kesel gitu wkwkw."

Kak Rangga : "Bikin kesel gimana? Coba ceritain."

Ilana : "Iya, jadi tuh kita disuruh bikin password buat akunnya si Zaki. Nah itu memuat beberapa syarat gitu deh. Dan lebih keselnya lagi, itu masuk di soal essay. Huft."

Kak Rangga : "Zaki itu siapa?"

Ilana : "Nah makanya itu. Kita aja nggak kenal sama si Zaki. Hahahah."

Kak Rangga : "Soal UN nya aneh ya. Aku yang denger aja udah kesel."

Ilana : "Hahaha iya. Ya sudahlah lupain aja."

Kak Rangga : "Iya. Sekarang tinggal berdoa yang baik-baik. Sing penting yakin."

Ilana : "Iya haha."

Kak Rangga : "Eh iya. Gimana SBMPTN nya?"

Ilana : "SBMPTN masih beberapa hari lagi."

Kak Rangga : "Tanggal berapa?"

Ilana : "Tanggal 4 Mei."

Kak Rangga : "Ohh. SBMPTN nya dimana?"

Ilana : "Di Sekolah Vokasi UGM."

Kak Rangga : "Wah. Nanti berkabar ya."

Apa aku tidak salah lihat? Kak Rangga ingin dikabari saat aku ke Jogja nanti?! Sepertinya ia benar-benar ingin bertemu denganku! Padahal aku sudah hilang harapan untuk hal yang satu ini. Tapi ternyata bukan aku saja yang menginginkan hal itu.

Ilana : "Iya, siap."

Pesan terakhirku itu hanya dibaca. Aku yang kehabisan topik merasa bingung. Soalnya, aku masih ingin chat dengan Kak Rangga.

Dan setelah memutar otak, aku lantas mengambil pensil yang berada di meja belajar. Aku juga mengambil kertas binder polos tanpa garis lalu menorehkan coretan disana.

Menggambar adalah satu-satunya cara agar aku dapat membuka topik kembali dengan Kak Rangga. Menggambar dan mengunggahnya di story WhatsApp adalah salah satu usaha untuk memancing perhatian Kak Rangga. Kini aku sudah tau apa yang harus dilakukan tiap kali pembicaraan itu (segera) berakhir.

Obsesi VirtualTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang