Hari ini adalah hari yang mungkin ditunggu-tunggu atau bahkan ditakuti oleh para peserta ujian SBMPTN. Aku menganggap hari ini adalah hari penentuan. Penentuan apakah aku bisa mengerjakan semua soal dengan tuntas atau hanya melamun melihat satu soal yang ada di hadapanku.
Kali ini aku bangun pukul 10 kurang 15 menit. Nampaknya, tidurku tidak terlalu nyenyak saat itu. Aku bangun dengan tubuh yang agak lemas. Tentu tidak boleh seperti ini. Aku harus mensugesti diriku sendiri agar lebih bugar dan semangat menghadapi ujian nanti.
Aku mengambil handuk dan berjalan menuju kamar mandi. Aku melakukan ritual pagi itu selama 15 menit. Sengaja lebih cepat agar aku dapat tiba di lokasi ujian sebelum ujian SBMPTN dimulai.
Untungnya, pakaian yang akan aku kenakan hari ini sudah ku persiapkan dari semalam. Aku mengecek ulang berkas pendaftaran yang harus dibawa ketika ujian nanti. Check dan re-check. Aku sangat menghindari keteledoran pada hari ini.
Kemeja putih dengan celana berwarna krem sudah terpakai sempurna di tubuhku. Aku melihat ke arah cermin untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa aku dapat melewati semuanya dengan baik pada hari ini. Lagi-lagi, aku harus mensugesti diri sendiri.
Sesi melihat pantulan diri pada cermin sudah cukup. Aku mengambil sepatuku yang tergeletak di atas rak sepatu. Aku mengikat tali sepatuku itu sembari duduk di depan pintu kamar dengan bahu yang menggendong tas.
Aku memesan ojek online setelah kegiatan mengikat tali sepatu itu sudah selesai. Dapat. Ojek online di kota Jogja memang sudah banyak yang berkeliaran sepagi ini. Tentu saja karena Jogja adalah kota istimewa.
Aku menunggu ojek online di depan kosan Mlathi. Tujuh menit kemudian, ojek online yang ku pesan sudah tiba. Aku menaiki kendaraan beroda dua itu dan melesat pergi meninggalkan kosan.
Udara kota Jogja di pagi hari sangat sejuk. Toko dan gerai di sepanjang jalan yang aku lewati kebanyakan sudah mulai dibuka. Bahkan penjual daging ayam segar sudah mendapatkan antrian pelanggan. Pemandangan ini jarang ku saksikan sebelumnya.
Naya dan Putri sempat menghubungiku bahwa mereka sudah sampai duluan di depan sekolah vokasi. Kami memang memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu sebelum ujian dimulai. Setelah beberapa menit, aku sampai di depan sekolah vokasi dan langsung menghampiri mereka.
"Nay, Put, udah lama sampai disini?" tanyaku.
"Engga kok, kita baru 10 menitan disini"
"Oh oke. Ngomong-ngomong, kalian udah sarapan?"
"Udah kok."
Sekolah Vokasi UGM terlihat ramai dari kejauhan. Rupanya peserta ujian SBMPTN sudah hadir satu per satu. Aku melihat jam tangan di tangan kananku. Pantas saja sudah ramai, ternyata sudah jam setengah 1.
Sesampainya di lobi utama Sekolah Vokasi UGM, peserta ujian SBMPTN diarahkan untuk meletakkan tas beserta barang bawaannya ke dalam sebuah lemari yang ada di ruang penitipan barang. Kami bertiga mengikuti arahan tersebut dan berjalan menuju ruangan yang dimaksud. Ruang penitipan ini cukup luas seperti aula. Mungkin memang dikhususkan untuk penitipan barang peserta SBMPTN agar dapat diawasi secara terpusat.
Sistem penitipan barang peserta ujian SBMPTN cukup ketat. Kami diharuskan untuk mencantumkan informasi data diri dan barang bawaan di depan ruang penitipan. Setelah itu baru kami bisa mendapatkan nomor penitipan barang dan meletakannya di lemari yang sudah disediakan.
Kami berpencar setelah menitipkan barang bawaan masing-masing. Aku dan Putri menuju ke koridor yang sama. Naya menuju ke lantai 2, sendirian.
"Nay, semangat ya. Semoga ujiannya lancer. Kalo ada apa-apa, kabari kita aja." ucapku menyemangati Naya.
"Siap, makasih, Lan. Kalian juga semangat ya, semoga lancar." ucap Naya balas menyemangati kami.
Aku dan Putri mengangkat ibu jari lalu melambaikan tangan kepada Naya. Setelah itu, kami berjalan menuju gazebo yang berada di taman depan ruang ujian kami. Kami memutuskan untuk duduk di gazebo taman sembari menunggu pengawas ruang ujian datang.
Dan ketika kita melihat ada pengawas ujian yang mulai berdatangan, kami berdiri dari tempat duduk itu sembari mengecek ulang berkas pendaftaran.
"Udah ngga ada yang ketinggalan, kan?"
"Semoga engga ada, Put."
"Oke, aku masuk dulu, ya."
"Oke, Put. Nanti kalo dah beres, tungguin aku disini, ya."
"Iya, siap."
Kami akhirnya berpisah menuju ruang ujian masing-masing. Aku melangkah dengan gugup dan jantung yang berdebar. Rasanya ujian ini sangat menantang karena melibatkan masa depan. Aku harus yakin kepada diriku sendiri bahwa diriku mampu melewati ujian ini dengan baik.
Aku memasuki ruang ujian dan melangkah menuju meja dengan nomor yang sama di berkas pendaftaran. Kursi yang kududuki itu berada pada baris kedua. Aku duduk dengan seorang laki-laki yang tidak kuketahui namanya.
Peserta yang berada di ruang ujian ini sangat tenang. Kami tidak berbicara satu sama lain. Kami hanya berbicara sesuatu yang penting terkait dengan teknis ujian SBMPTN. Kami hanya memikirkan diri sendiri.
Ujian SBMPTN dimulai tepat pukul 10 pagi. Kami diberi waktu 2 jam untuk mengerjakan soal tengil ini. Seratus enam puluh soal SAINTEK harus dilahap habis selama serratus dua puluh menit.
Setelah dua jam berlalu, aku keluar dari ruang ujian itu dengan perasaan puas. Tentunya puas dapat menjawab soal sebanyak itu tanpa terlewat satu pun dengan waktu yang pas.
Otakku nampaknya membutuhkan asupan oksigen setelah mengerjakan soal SAINTEK SBMPTN. Aku melihat Putri yang sudah menungguku di gazebo seperti perjanjian kita sebelum masuk ke ruang ujian.
Kami berjalan menuju ruang penitipan barang. Aku dan Putri melihat Naya yang sedang berdiri sambil memegang smartphone-nya. Kami berjalan ke arah Naya.
"Eh, Nay. Dah lama disini?" tegurku.
"Lumayan si. Kalian baru keluar dari ruang ujian atau gimana?"
"Iya."
"Kalian gimana guys ujiannya? Aman ngga?"
"Hahaha Lan... Lan..."
"Kenapa, Nay? Kok malah ketawa?"
"Ya gitu, Lan. Aku pengn ngetawain diri sendiri aja. Aku ngerasa bego banget waktu ngerjain soal SAINTEK."
"Iya, Lan. Bener tuh apa yang diomongin sama Naya. Aku aja sampai bingung. Ini aku yang kelewat bodoh atau soalnya aja yang tengil," ucap Putri ikut kesal.
"Iya sih, bener. aku juga ngerasa agak susah buat ngerjainnya. Soalnya HOTS parah wkwkwk."
"Kamu pasti tadi bisa ngerjainnya. Iya kan, Lan?"
"Ya bisa si. Tapi ngga semua soal juga. Ada beberapa jawaban yang ngitung kancing."
"Yeuu enak kamu punya kancing. Kalo aku? Mau ngitung apa?" ucap Putri sembari melihat pakaian blouse-nya.
Aku dan Naya tertawa mendengar jawaban Putri.
"Lan, ambil tas di dalem yuk."
Aku mengangguk menerima ajakan Putri. Kami mengambil barang yang sempat dititipkan di ruang penitipan. Setelah beres, kami lalu meninggalkan sekolah vokasi melewati pintu depan.
Kami memang memutuskan untuk mengunjungi Malioboro seusai ujian SBMPTN. "Mumpung di Jogja, sekalian." ucap Naya beberapa hari yang lalu sebelum kami berangkat ke kota Jogja. Mungkin saja Malioboro dapat membantuku melupakan Kak Rangga bersama dengan gambar perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi Virtual
Roman pour Adolescents🚧Wajib Follow Sebelum Baca🚧 Ilana, seorang cewe perfeksionis yang selalu berpikiran idealis, merubah pola pikirnya setelah diputuskan oleh Bagas (mantan kekasihnya sewaktu kelas 12). Lalu, kemudian ia bertemu dengan Kak Rangga di layar smartphone...