"Lan? Drey?" panggil Tristan yang tiba-tiba berada di sampingku. Entah datang darimana orang itu. "Kebetulan banget nih ketemu kalian disini. Maaf ya jadi ganggu waktu kalian."
"Iya ngga papa. Ada apa, Tan?" tanyaku kepada dirinya yang terlihat ingin menyampaikan sesuatu.
"Jadi gini. Nanti sepulang sekolah aku mau minta tolong panitia BTS buat nyiapin beberapa hal. Dan ada beberapa hal juga yang harus kita obrolin."
"Oh gitu. Dimana?"
"Di rumah Bagas, Drey. Dan kemungkinan bahasan kita bakal sampai malam. Jadi kalau kalian mau pulang dulu ke rumah ngga papa. Maksimal jam lima sore udah kumpul disana ya."
"Oh oke kalau gitu. Makasih infonya, Tan."
"Yaudah aku ke kantin dulu ya." Ucap Tristan sembari menunjuk ke arah kantin.
Sementara aku dan Audrey bertukar pandang dan melanjutkan langkah kami kembali ke kelas.
Hari berlalu berganti sore. Kami mengunjungi rumah Bagas itu pukul setengah lima sore. Aku di jemput oleh Audrey persis di depan rumah.
Dan ketika tepat di depan rumah Bagas, aku mengetuk pintu yang berukuran besar dan berwarna coklat tua dengan ukiran khas Jepara itu.
"Assalamualaikum. Bagas," ucapku dengan suara yang sedikit keras.
Audrey, yang berdiri di sampingku dengan membawa minuman, ikut mengetuk pintu dan mengulangi kata-kataku barusan.
Beberapa lama kemudian, seorang wanita berumur 30an membukakan pintu kepada kami. Wanita itu ternyata Bi Asih, pembantu rumah tangga yang bekerja di rumah Bagas. Aku pernah dikenalkan oleh Bagas sebelumnya.
"Waalaikumsalam. Oalah Lana, Yaya. Sini masuk," ucap Bi Asih sembari menatap kami satu per satu.
"Bagasnya ada, Bi?" tanyaku kepada Bi Asih.
"Ada. Si Anwar sama Tristan juga udah di dalem kok."
"Ohh gitu."
"Nanti tak panggilkan ya. Kalian mau minum apa?"
"Ngga usah repot-repot, Bi. Kita dah bawa minum sendiri hehe," jawab Audrey sembari mengangkat minuman yang daritadi dibawanya.
"Yowes. Tak panggilkan dulu ya anaknya. Kalian duduk dulu sebentar." Bi Asih meninggalkan kami setelah mempersilahkan kami duduk di sofa berwarna hitam yang berdiam di ruang keluarga rumah Bagas
"Lan, Drey," sapa Bagas kepada kami setelah menapakkan kakinya di tangga terakhir.
"Bibi ke dapur dulu ya, Nduk," pamit Bi Asih kepada kami. Kami mengangguk mengiyakan.
"Wuihhh tepat waktu banget nih," ucap Tristan kepada kami dengan mata yang jelalatan melihat makanan yang kami bawa.
"Buka aja bolunya, nih," perintahku kepada mereka bertiga.
"Asiikkkk makasih Lan, Drey."
"Iya sama-sama." Ucapku.
"Ngomong-ngomong, kita mau bahas apa lagi, Tan?"
"Ini, Drey. Kita harus bahas tentang jadwal pemotretan BTS. Kita harus bahas jadwal pemotretan buat dua hari ke depan. Satu hari untuk pemotretan pakai seragam sekolah dan satu harinya lagi untuk pemotretan pakai tema yang kemarin sudah kita pilih."

KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi Virtual
Novela Juvenil🚧Wajib Follow Sebelum Baca🚧 Ilana, seorang cewe perfeksionis yang selalu berpikiran idealis, merubah pola pikirnya setelah diputuskan oleh Bagas (mantan kekasihnya sewaktu kelas 12). Lalu, kemudian ia bertemu dengan Kak Rangga di layar smartphone...