Ucapan Bagas di malam itu membuat pikiranku melayang tidak karuan. Aku masih belum mengerti apa maksud kata obsesi itu. Maksudku, apakah benar jika kita mengejar cinta seseorang dikatakan juga sebagai sebuah obsesi?
Entahlah.
Sekarang yang terpenting adalah hubunganku dengan Kak Rangga baik-baik saja. Komunikasi di antara kami berdua masih lancar. Ya kalaupun tidak lancar, aku usahakan untuk tetap lancar.
Seperti beberapa waktu belakangan ini, Kak Rangga seringkali mengomentari unggahan yang memang sengaja ku unggah untuk memancing dirinya agar selalu berkomunikasi denganku.
Kak Rangga : "Gimana nilai UTBK nya? Denger-denger nilainya udah keluar beberapa hari yang lalu,ya?" Tanya Kak Rangga melalui pesan WhatsApp, mengomentari unggahanku.
Ilana : "Iya, nilaiku udah keluar kok. Alhamdulillah memuaskan."
Kak Rangga : "Alhamdulillah. Niatnya mau daftar di kampus mana?"
Ilana : "Kampus biru si kayaknya."
Kak Rangga : "Kampus biru mana? Kan banyak kampus biru tuh."
Ilana : "Ada deh, rahasia wkwkw."
Kak Rangga : "Yah ngga asik banget mainnya rahasia-rahasiaan."
Ilana : "Ya ngga papa dong? Emang ada yang ngelarang?"
Kak Rangga : "Ngga ada si."
Ilana : "Nah kan. Daripada mainin perasaan orang, mending main rahasia-rahasiaan?"
Kak Rangga : "Hm."
Lagi-lagi aku sangat kesal dengan Kak Rangga. Bisa-bisanya ia hanya mengirimkan dua huruf saja? Lancang sekali orang itu.
Ilana : "Ngga salah nih cuma dua huruf aja balesnya?"
Kak Rangga : "Iya iya. Maaf deh."
Sebenarnya tidak hanya kesal saja, aku juga kerapkali merasa tidak bisa menyeimbangi pikiran laki-laki dengan umur empat tahun lebih tua dibandingkan umurku itu.
Kadang datang kadang pergi. Kadang bersikap halus, kadang juga bersikap kasar. Kadang mau menyapa duluan, kadang harus dipancing terlebih dahulu hingga mau menyapa. Kadang meremehkan, kadang juga menghargai.
Apakah itu semua ciri-ciri orang dewasa yang hanya merasa kesepian saja?
Aku kemudian mulai menyambungkan ini semua dengan apa yang permah Audrey dan Bagas sampaikan kepadaku.
Dan kegelisahanku sampai pada puncaknya. Malam itu juga, aku merasa harus menjelaskan langsung kepada yang bersangkutan.
Ilana : "Kak Rangga. Ada yang mau aku sampein."
Kak Rangga : "Mau nyampein apa? Kok kayanya serius banget?"
Ilana : "Memang serius. Jadi, ada beberapa hal yang belakangan ini bikin aku gelisah. Entah perasaan aku aja apa gimana. Aku baru nyadar kalau kayaknya selama ini cuma aku yang menginginkan komunikasi ini terjadi dan cuma aku yang ngebet banget nyari topik sana-sini sampe unggah postingan sana-sini pula. Kalau ada apa-apa, setidaknya bisa ngabarin dulu, jangan bikin orang lain nunggu. Tapi mungkin itu terlalu berlebihan ya."
Kak Rangga : "Kata siapa cuma kamu yang menginginkan ini semua?"
Ilana : "Ya kataku. Setelah merasa selalu digampangin. Padahal aku juga udah effort buat itu semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi Virtual
Fiksi Remaja🚧Wajib Follow Sebelum Baca🚧 Ilana, seorang cewe perfeksionis yang selalu berpikiran idealis, merubah pola pikirnya setelah diputuskan oleh Bagas (mantan kekasihnya sewaktu kelas 12). Lalu, kemudian ia bertemu dengan Kak Rangga di layar smartphone...