Epilog

47 1 4
                                    

Urusan sosok perempuan yang ia gambar, urusan gift yang belum ku terima, urusan tak jumpa saat di kota Jogja, urusan dia menganggapku "irreplaceable", dan urusan dia tak membalas pesanku hingga sekarang membuatku benar-benar ingin pergi darinya.

Mungkin memang benar, selama ini aku hanya terobsesi dengan dirinya. Tak ada alasan lain selain "memaksa" dia agar selalu dekat denganku. Tak terima alasan lain meskipun aku tahu ia punya kesibukannya sendiri -seperti yang pernah ia bilang.

Entahlah. Kurasa aku hanya memberi makan ego ku sendiri. Tak lebih dari itu.

Di satu sisi aku bersyukur karena pernah berbagi rasa sayang sedemikian besarnya terhadap seseorang. Namun, di sisi lain aku seringkali merutuki diriku sendiri karena (pernah) mencintai seseorang dengan sebegitunya. Aku hampir merasa gila, jujur.

Setelah dipikir beberapa kali, yang ku dapat justru rasa lelah. Lelah karena bukannya tambah merasa dicintai dan dihargai, ini malah benar-benar dijauhi.

Apa semua cowo cenderung bersikap seenaknya seperti itu apabila dirinya sedang dicintai oleh orang lain?

Sepertinya aku tidak perlu ambil pusing tentang hal demikian lagi.

Dijauhi secara perlahan tanpa ada alasan yang kuat sebelumnya adalah penjabaran secara halus dari kata "ghosting". Kini aku paham itu.

Bingung bukan kepalang.

Setelah ditinggal olehnya, kerapkali aku mengutuki diriku sendiri. Meng-klaim bahwa aku sungguh tidak pantas untuk banyak orang. Dan baru saja kau baca, ada sisi baiknya ternyata. Aku jadi memahami bahwa manusia tidak ada yang sempurna.

Awalnya aku mengira bahwa dia adalah tipe idamanku. Juga manusia paling sempurna yang pernah ku tatap lewat layar sentuh itu.

Ujungnya kita semua mengerti, ia menghilang dari kehidupanku dengan masalah yang dibuatnya sendiri.

Untuk Kak Rangga, terima kasih atas ulahmu yang membuatku paham bahwa mencintai orang lain, kita tidak perlu mengeluarkan effort yang berlebih. Cukup sekadarnya saja.

Dan untuk Kak Pier, terima kasih telah menyadarkanku untuk berhemat dalam hal mencintai. Sekali lagi untuk Kak Pier, kau tenang saja, aku sudah memutuskan untuk menerimamu masuk ke dalam hidupku.

Dan terima kasih semuanya, berkat kalian aku jadi tumbuh dewasa dalam urusan tengil yang satu ini, yakni urusan mencintai.

Teruntuk Kak Rangga yang hingga saat ini tidak kuketahui kabarnya −namun kau masih kuketahui menyimak semua ceritaku di sosial media−aku tahu kau juga pasti akan membaca ceritaku ini. Dan aku juga yakin, kau tidak sepenuhnya lepas dari jangkauanku.  

Obsesi VirtualTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang