Semburat awan di langit yang cerah di kota Jogja mampu membuat perasaanku lebih baik. Setidaknya jauh lebih baik daripada sebelumnya. Ujian SBMPTN memang membuat perasaan menjadi campur aduk antara lega dan ragu dengan hasil sendiri.
Tapi tak apa. Kurasa semua efek samping setelah mengerjakan ujian memang seperti itu. Lega karena telah melewati semuanya dengan baik dan ragu dengan hasil yang akan keluar nanti. Setelah usaha, sisanya adalah berdoa, begitu kata ustadz.
Jalan-jalan mungkin bisa dijadikan alternatif untuk melepas penat. Aku, Putri, dan Naya berjalan menuju pinggir jalan depan sekolah vokasi. Nampaknya, jalan di daerah istimewa ini sangat padat tatkala senja. Oleh karena itu, kami memutuskan memesan ojek online untuk menuju ke Malioboro agar tidak terkena macet.
Langit merah di kota Jogja memang tidak pernah gagal menarik perhatianku. Aku melihat langit itu sembari memotretnya menggunakan smartphone yang sedang ku genggam. Langit ini kelewat indah.
Aku melihat hasil potret itu, menatapnya berulang-ulang kali. Langitnya berwarna merah, sama seperti hatiku saat ini. Bedanya, hatiku penuh luka. Aku kemudian teringat dengan penolakan halus yang dikirimkan pagi itu oleh Kak Rangga.
Kak Rangga bahkan tidak mengirimkan pesan apapun kepadaku hingga ujian pada hari ini selesai. Tidak ada kata semangat dan harapan yang dikirimkan oleh Kak Rangga. Aku heran. Padahal saat ini kita berada di kota yang sama.
Apa engkau sengaja membuat kejutan kepadaku hari ini? Apa engkau sedang menunggu di jalan Malioboro? Tidakkah engkau diberi tahu oleh Kak Boni mengenai hal ini? Tidakkah engkau ingin bertemu denganku lewat kesempatan ini?
Lamunanku buyar seketika saat ada ojek online yang datang menghampiri ku. Supir ojek online yang berusia sekitar 35 tahun itu memberikan sebuah helm untuk ku kenakan. Aku melesat pergi setelah aku naik di jok belakang motornya.
Perjalanan dari sekolah vokasi UGM menuju Malioboro membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit dengan toleransi kemacetan sekitar tujuh menit. Sesampainya di pinggir jalan depan Maliboro Mall, aku memberikan uang sebagai ongkos kepada supir ojek online itu.
Aku, Naya, dan Putri duduk di kursi panjang berwarna coklat muda yang ada di Malioboro. Kursi panjang ini cukup untuk tiga orang berbadan ideal seperti kami. Duduk sembari melihat pemandangan senja kota Jogja merupakan paket lengkap tidak tertulis yang seringkali disajikan oleh kota Jogja.
Ya, semua ini akan terasa sangat lengkap jika aku bisa bertemu dengan Kak Rangga. Semua akan terasa lebih istimewa jika Kak Rangga datang menghampiriku di Malioboro.
Kedua bola mataku terus tertuju pada layar smartphone. Aku masih mengharapkan pesan dari Kak Rangga. Aku masih mengharapkan bahwa Kak Rangga datang menghampiriku. Dengan demikian, hubungan ini tidak lagi sebatas virtual.
Senja yang beberapa menit lalu kunikmati, kini sudah berganti menjadi malam. Kami ingin segera menikmati suguhan kota Jogja selanjutnya. Ya, suguhan malam hari di kota Jogja.
Kami berjalan menuju Malioboro Mall. Mencari makanan sebagai pengisi perut kami setelah setengah harian bergelut dengan ujian SBMPTN. Kami mengelilingi Malioboro Mall beberapa saat sebelum akhirnya menemukan restoran sushi.
Restoran sushi yang berada di lantai paling atas Malioboro Mall ini nampaknya sedang ramai didatangi pengunjung. Dan kami akhirnya memesan sushi beserta dengan minuman. Tiga porsi sushi berhasil kami pilih sebagai menu makan malam kali ini. Salmon Oyako Spicy Roll untukku, Kaki Mentai Mayo Roll untuk Naya, dan Lobster Salad Roll untuk Putri. Minumannya tentu, air mineral.
![](https://img.wattpad.com/cover/286088048-288-k378109.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi Virtual
Teen Fiction🚧Wajib Follow Sebelum Baca🚧 Ilana, seorang cewe perfeksionis yang selalu berpikiran idealis, merubah pola pikirnya setelah diputuskan oleh Bagas (mantan kekasihnya sewaktu kelas 12). Lalu, kemudian ia bertemu dengan Kak Rangga di layar smartphone...