Waktu terus menerus berputar sesuai dengan tugasnya. Kehidupan menjadi mahasiswa tentu bukan hal yang mudah. Setiap hari aku selalu menemukan hal baru yang harus ku taklukan.
Seperti satu minggu ke depan, aku harus mengikuti ujian tengah semester. Seperti yang sudah kubilang, waktu akan tetap berjalan. Begitu cepat.
Tujuh minggu sudah kulewati dengan banyak kegiatan. Mulai dari ospek, kuliah, acara kumpul gedung, acara kumpul lorong, sidang terbuka, dan kegiatan lain yang tidak bisa kusebutkan satu-per-satu.
Namun, yang jelas, di setiap kegiatan itu aku selalu menunggu pesan dari Kak Rangga. Setiap jeda kegiatan aku selalu menyempatkan diri memberi kabar kepada Kak Rangga. Ya meskipun dia tidak meminta hal tersebut, aku tetap saja mengabarinya.
Sama sekali tidak bermaksud membuat dirinya risih, tapi ketika dia menjauh, aku justru ingin mengejarnya lebih. Ibarat kata lomba lari, mungkin aku masih bersedia menunggu di depan garis finish meskipun dia masih berlari. Ya, benar, aku akan selalu menunggunya hingga ia benar-benar berada di dekatku.
Selama tujuh minggu kuliah, aku selalu mengusahakan agar bertukar pesan dengan Kak Rangga. Untungnya, Kak Rangga masih mau membalas pesanku itu. Walaupun singkat.
Ilana : "Hari ini aku ada kuliah pagi, loh."
Kak Rangga : "Wah masih mahasiswa baru, keliatan masih semangat ya."
Ilana : "Iya dong. Waktu masih sekolah kepenginnya kuliah."
Kak Rangga : "Dunia terbalik ya. Yang sekolah mau kuliah, yang kuliah mau sekolah."
Ilana : "Hehe. Ya begitulah."
Sebelumnya adalah percakapanku dengan Kak Rangga tujuh minggu yang lalu, ketika aku baru masuk kuliah di hari pertama. Masih hangat, bukan?
Sangat jauh berbeda dengan belakangan ini. Ia benar-benar menarik ulur perasaanku. Aku bahkan sampai takut sendiri melihat tampilan WhatsApp karena yang selalu tampil adalah centang biru dari roomchat Kak Rangga.
Tapi tetap saja, aku selalu mengirimkan pesan terlebih dahulu. Jika tidak demikian, mentok-mentoknya hanya fishing dengan mengunggah beberapa konten agar Kak Rangga mengomentari unggahanku itu.
Sedikit berhasil banyak tidaknya.
Hal itu benar-benar membuatku pening. Aku bahkan seringkali ingin menyerah. Namun, aku tidak semudah itu untuk menyerah.
Ilana : "Hallo, Kak?"
Ilana : "Lagi ngapain, Kak?"
Ilana : "Sibuk banget nih kayaknya, ya."
Pesan tersebut selalu kukirimkan kepada Kak Rangga ketika aku sudah tidak bisa menahan rindu. Pesan itu juga selalu kukirimkan ketika aku sudah tidak mampu menahan gemas karena seringkali dibalas singkat.
Kak Rangga : "Bentar ya."
Dan balasan-balasan lain yang tentunya singkat, padat, dan tidak memuaskan.
Sedikit cerita bahwa di minggu ini adalah hari tenangku sebelum ujian berlangsung. Namun, ulah Kak Rangga justru tidak membuatku tenang sama sekali.
Ilana : "Kak Rangga kemana aja? Kalau udah baca chat ini, tolong dibales ya."
Pesan yang kukirimkan itu berakhir dengan centang biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi Virtual
Fiksi Remaja🚧Wajib Follow Sebelum Baca🚧 Ilana, seorang cewe perfeksionis yang selalu berpikiran idealis, merubah pola pikirnya setelah diputuskan oleh Bagas (mantan kekasihnya sewaktu kelas 12). Lalu, kemudian ia bertemu dengan Kak Rangga di layar smartphone...