Kepingan yang Tertinggal

3 0 0
                                    

Kak Rangga : "And every people has their own business."

Dadaku kelewat sakit ketika membaca kalimat barusan. Mataku memanas saat itu juga. Dan sebelum air mata itu jatuh kembali, Aku buru-buru memesan ojek online, aku ingin segera pulang.

Dinginnya malam ini ternyata tetap saja tidak mampu meredakan mataku yang memanas menahan tangis.

Aku tidak bertemu dengan Kak Rangga di kota istimewa itu. Dia benar-benar tak tergapai. Kota ini tidak lagi istimewa bagiku.

Jogja, sekian dariku.

Aku memasuki kamar kos dengan perasaan kacau. Hari ini sudah akan berakhir dan Kak Rangga sama sekali tidak ingin bertemu denganku. Lagi-lagi, harapanku tidak dikabulkan di kota Istimewa ini.

Aku sampai di kos pukul 11 malam. Tanpa basa-basi, aku masuk ke dalam kamar mandi. Menyalakan shower lalu mendiamkan tubuhku dibawah pancuran air panas.

Air panas yang menyentuh tubuhku sedikit mengusir pusing di ubun-ubun kepala. Aku melakukan ritual mandi beberapa saat kemudian. Air panas ini sungguh membuatku jauh lebih baik.

Televisi yang menempel sempurna pada salah satu sisi dinding kamar kosan itu juga turut menghiburku. Aku menyalakan channel Spongebob Squarepants sembari menuangkan air panas pada gelas yang berisi bubuk kopi. Segelas kopi, sepotong roti yang kubeli sebelum kembali ke kosan, dan Spongebob Squarepants kuharap mampu membuatku menjadi lebih baik.

Aku meraih smartphone-ku yang tergeletak di atas kasur. Aku kemudian mengunggah story di aplikasi Instagram. Story yang kuunggah itu menampakkan seorang penarik becak yang duduk di sebelahku ketika aku berada di Malioboro. Aku memang sempat mengambil gambar disana.

Gambar itu berhasil kuunggah beberapa saat kemudian. Aku melanjutkan untuk melihat story Instagram milik mutualku. Melihat story milik orang lain terkadang menjadi suatu keharusan setelah kita mengunggah story pada akun sendiri.

Waktu terus berjalan sedangkan aku masih saja sibuk melihat story orang lain. Hingga akhirnya aku menahan layar smarphone-ku di salah satu story yang menarik perhatianku. Latar story itu ada di kota ini, di kota Jogja. Siapa?

Aku mengamati story itu berkali kali. Aku terus meyakinkan diriku sendiri bahwa gambar itu diambil di kota Jogja, lebih tepatnya di Jalan Malioboro. Tak kusangka, pemilik akun story itu adalah Bung Fiersa Besari.

Syuting di jalan paling semarak di kota paling menyenangkan

Mohon maaf untuk kawan-kawan yang tadi minta foto dan tidak semuanya dikabulkan

Masih dalam rangka bertugas

Tiga baris kalimat di atas merupakan caption yang tertera pada story milik Fiersa Besari pada tanggal 4 Mei 2019. Ya, bertepatan dengan hari dimana aku melaksanakan ujian SBMPTN. Tepat dimana aku merasa kosong di kota paling menyenangkan menurut Bung Fiersa itu.

Seandainya kala itu aku tidak buru-buru ingin pulang. Seandainya kala itu aku menambah beberapa menit lagi untuk menjenguk lokasi syuting Bung Fiersa. Seandainya kala itu aku tidak terus-terusan hanyut memikirkan Kak Rangga yang tak kunjung datang. Seandainya aku sedikit kuat kala itu, mungkin aku akan melihat secara dekat lokasi syuting Bung Fiersa itu. Ahh!

Kali ini aku benar-benar merutuki diriku sendiri. Bisa-bisanya aku memandang dunia sesempit itu. Padahal ada banyak sekali tempat di dunia ini yang menawarkan pelipur lara. Sungguh malang.

Obsesi VirtualTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang