Pemain utama dari sekolah kami nampaknya sudah memasuki lapangan futsal. Rey, sebagai kapten futsal tim putra SMA 1 Garuda, tetap semangat dan berusaha menunjukkan bahwa tim mereka bisa memberikan yang terbaik. Sedangkan Pak Imam masih setia memberikan arahan dari pinggir lapangan.
"Fokus fokus fokus." Teriakan Pak Imam sukses mengambil perhatianku.
Nampaknya, bukan hanya aku saja yang cemas dengan cara bermain yang diperlihatkan oleh tim dari sekolah kami. Pasalnya, mereka seperti kehilangan kepercayaan diri, semangat, dan fokus sedari babak satu.
"Kenapa, Lan? Kok kayak ngga tenang gitu?" Bagas bertanya kepadaku setelah ia melihatku sedang mengelopek bagian kulit dekat kuku.
"Ngga papa, Gas. Aku cuma khawatir dengan mereka." Kataku sembari menatap nanar salah satu pemain tim futsal putra dari sekolah kami.
"Khawatir kenapa? Permainan mereka keren, kok."
"Entah. Mereka seperti kurang percaya diri aja disini."
Bagas hanya terdiam mendengar ucapanku. Mungkin ia sedang mencerna dan membuktikannya. Sekilas aku melihat wajahnya yang lebih serius daripada sebelumnya.
Semoga kekhawatiranku kali ini tidak benar.
Pertandingan babak kedua sudah menempuh setengah perjalanan. Aku yang tadinya sedang mencari keberadaan botol minum dikejutkan dengan suara riuh para insan yang berada di tempat ini.
"Ehhh itu kenapa?!"
"Parah nih sampai dibikin jatuh kaya gitu."
"Tadi kena kakinya, ya?"
"Kartu kuning tuh harusnya!"
Dan gerutuan lain yang belum kuketahui alasannya.
"Gas, ada apa, sih? Ngga keliatan deh dari sini. Orang-orang yang ada di depan nutup-nutupin aja nih."
"Itu, Lan. Si Rey tadi di sleding kakinya sama tim lawan. Sampai sekarang Rey masih terlentang di lapangan. Belum bisa berdiri kayaknya."
Apalagi ini? Apakah kekhawatiranku tepat sasaran lagi?
"Ya ampun."
"Tapi udah diganti kok sama pemain cadangan. Aman aman." Bagas tetap saja berusaha membuatku tidak khawatir.
Padahal, Rey adalah salah satu pemain harapan tim kita untuk mencetak gol di pertandingan kali ini.
Babak kedua hampir usai. Tujuh menit terakhir merupakan harapan bagi tim kami untuk mencetak gol.
Ku yakin kau bisa
Ku yakin kau bisa menang
Kami selalu ada disini
Kami selalu ada untukmu
Untuk yang kesekian kalinya Bala Garuda menyanyikan lagu tersebut sebagai dukungan.
Tujuh, enam, lima, dan empat menit terakhir pertandingan. Kedua tim belum berhasil mencetak gol juga. Kami benar-benar cemas.
Pras, salah satu pemain tim SMA 1 Garuda, mencoba untuk membawa bola dari tengah lapangan ke gawang lawan. Namun, apa daya. Bola yang ia bawa berhasil direbut oleh salah satu pemain lawan. Padahal sedikit lagi.
Bola yang berpindah kaki itu akhirnya dibawa dengan mulus oleh pemain lawan. Pemain tersebut membawa bola dengan cukup gesit. Hingga pada akhirnya...
"GOLLLLL!!!" Suara teriakan itu terdengar dari tribun di depan kami. Supporter tim lawan terlihat jingkrak jingkrak, bangga dengan tim yang mereka dukung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi Virtual
Dla nastolatków🚧Wajib Follow Sebelum Baca🚧 Ilana, seorang cewe perfeksionis yang selalu berpikiran idealis, merubah pola pikirnya setelah diputuskan oleh Bagas (mantan kekasihnya sewaktu kelas 12). Lalu, kemudian ia bertemu dengan Kak Rangga di layar smartphone...