Hari pertama masuk kuliah ini akan menjadi titik awal dari beberapa masa perjuangan ke depan. Aku berusaha untuk tampil menarik walaupun tidak memakai make up, paling mentok hanya memakai bedak dan liptint.
Entahlah menurut orang penampilan seperti itu menarik atau tidak, yang jelas, aku sudah mengusahakannya.
"Cakep kok. Simple," jawab Kenzia ketika aku bertanya kepadanya.
"Ya ini sih artinya kamu percaya diri, Lan. Percaya diri kalau memang sedikit tomboy," kata Maria menambahkan.
"Aku justru suka dengan penampilan seperti itu, lebih apa adanya dan ngga ribet. Tapi bukan berarti yang pakai make up itu ribet dan ngga apa adanya loh, ya. Ya kalian tau lah maksud aku. Jarang-jarang ada orang yang percaya diri tanpa make up," ucap Fatin ikut menimbrung.
"Ya udah deh gini aja. Soalnya aku sempet insecure ngeliat kalian dandannya cantik cantik banget," kataku menimpali.
"Kamu juga cantik kok. Cantik dengan caranya sendiri," kata Fatin.
Setelah mendengar pendapat mereka, aku bersiap berangkat ke kampus.
Di tahun pertama masuk kampus, mahasiswa baru memang ditempatkan di satu gedung utama yang sama. Kebetulan pagi ini, kami berempat ada jadwal kuliah pagi.
"Yah tapi nanti kita pisah arah dong," gusar Fatin.
"Pisah arah doang, Tin. Ngga sampe pisah kampus," sahut Kenzia sembari terkekeh.
"Kalian udah ada temen buat jalan bareng ke kelas belum?" tanya Maria membuka topik baru.
"Belum," sahut Fatin.
"Belum, Mar. Paling nanti masih jalan sendiri dulu," jawab Kenzia dengan percaya diri.
"Kalau aku udah nemu temen si ini. Cuma belum tau orangnya dimana," jawabku.
"Cepet banget udah dapet temen aja," komentar Maria atas jawabanku.
"Iya, soalnya tadi sempet nyari," kataku sembari menunduk melihat layar smartphone. Menghubungi teman yang ku maksud itu.
Ilana : "Kamu dimana? Aku udah sampai di gerbang asrama nih."
Ghea : "Aku lagi berdiri di samping gerbang asrama persis nih. Pakai baju orange."
Dan ketika membaca pesan tersebut, aku mengarahkan mataku ke segala penjuru dekat gerbang asrama. Saat itu juga, aku melihat perempuan berbaju orange sedang celingak-celinguk sambil memegang ponselnya.
"Hai? Ghea bukan ya?" tanyaku ketika berada di depan dirinya.
"Eh iya aku Ghea. Kamu Ilana?" tanya Ghea balik.
"Iya. Kita satu kelas kan di P02?
"Betul banget."
"Yaudah yuk. Mau langsung ke kelas aja kan?"
"Tunggu sebentar. Aku nungguin yang lain dulu."
"Oke deh."
"Eh, Lan. Kita jalan duluan ya. Lu sama Ghea, kan?" tanya Kenzia yang masih berdiri di sebelahku.
"Iya ngga papa kalian duluan aja," jawabku.
Kenzia, Maria, dan Fatin berjalan ke arah gedung CCR, satu gedung untuk semua mahasiswa baru itu. Sedangkan aku dan Ghea masih setia berdiri disini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi Virtual
Teen Fiction🚧Wajib Follow Sebelum Baca🚧 Ilana, seorang cewe perfeksionis yang selalu berpikiran idealis, merubah pola pikirnya setelah diputuskan oleh Bagas (mantan kekasihnya sewaktu kelas 12). Lalu, kemudian ia bertemu dengan Kak Rangga di layar smartphone...