3-Pendekatan

464 80 5
                                    

Saat ini Alin sedang berdiri di depan gerbang sekolah ia sedang menunggu ojek online pesanannya. Manda tadi sempat menawarinya untuk pulang bersama tapi Alin menolaknya, ia tidak mau merepotkan teman barunya itu. Alin memainkan tali tasnya sambil sesekali bersenandung kecil. Beberapa saat kemudian pandangannya tidak sengaja menemukan cowok skateboardnya sedang berjalan keluar dari sekolah sambil menenteng skateboard ditangannya.

"Cowok skateboard!!" Teriak Alin sambil melambaikan tangannya. Yoshi yang melihat itu segera mempercepat langkahnya untuk menghindari Alin. Sedangkan Alin yang melihat itu tidak tinggal diam ia segera berlari untuk mengejar si cowok skateboard.

"Cowok skateboard tungguin!!" Teriak Alin yang masih setia mengejar Yoshi. Yoshi menghentikan langkahnya saat melihat gadis itu mengejarnya.

Hoshh hoshh

Alin ngos-ngosan saat berhenti di dekat Yoshi. "Kamu kenapa ngehindar waktu aku panggil sih? Dan kenapa lari? Aku capek tau ngejar kamu?" Ucap Alin sambil masih mengatur nafasnya.

"Emang siapa yang nyuruh kamu ngejar aku?"

"Aku-"

Drrttt

Ucapan Alin terhenti saat merasakan getaran di ponselnya. Alin segera mengambil ponselnya kemudian mengangkat panggilan dari nomor tidak dikenal itu.

"Halo"

"Halo, saya driver ojek online, posisi mbak di mana ya?"

"Posisi saya di sekarang 3 meter dari gerbang sekolah pak"

"Baik mbak, saya menuju ke sana sekarang".

"Iya".

Alin menutup panggilan teleponnya setelah mengiyakan ucapan supir objek online itu. Alin menoleh dan mencari keberadaan si Yoshi yang sudah menghilang dari posisinya berdiri tadi. Dari kejauhan dapat Alin liat Yoshi sudah menjauh sambil mengendarai skateboardnya.

"AKU BAKAL NGEJER KAMU TERUS COWOK SKATEBOARD!!" Teriak Alin berharap Yoshi mendengarnya.

Sedangkan di kejauhan Yoshi sebenarnya dapat mendengar teriakkan gadis yang merupakan tetangga barunya itu.

"Kamu gak seharusnya bilang kayak gitu, aku gak mau setelah dekat sama kamu, kamu bakal ninggalin aku kayak yang lainnya". Ucap Yoshi dalam hati sambil tersenyum miris. Bukan apa-apa Yoshi hanya belajar dari pengalaman, ia tidak mau dekat dengan seseorang lagi, karena cukup neneknya yang meninggalkannya, dan itu sudah membuatnya hancur. Yoshi berpikir jika ia dekat dengan gadis itu kemudian gadis itu akan meninggalkannya suatu saat nanti, ia hanya takut ia akan kehilangan dirinya ketika ia ditinggalkan lagi.

Setelah beberapa menit mengendari skateboardnya Yoshi akhirnya sampai di depan rumahnya. Saat akan membuka pagar rumahnya, Yoshi di hentikan oleh suara yang memanggilnya dari belakang.

"Kak Yoshi!"

Yoshi berbalik saat mendengar suara lembut itu.

"Mimi? Kamu ngapain disitu?"

"Hehehe Mimi disuruh beli minyak sama mama di toko"

"Oh, gimana sekolahnya hari ini Mi?"

"Seru sih kak, tapi biasalah anak laki-laki yang sering Mimi ceritain sama kak Yoshi, dia gangguin Mimi lagi". Ucap Mimi dengan wajah lesu. Gadis kecil berusia 10 tahun itu adalah satu-satunya warga kompleks Yoshi yang mau berbicara dengan. Mereka sangat akrab meski ibu Mimi kerap melarang serta memarahi Mimi jika dekat dengan Yoshi, tetapi Mimi tidak mempedulikannya, baginya kak Yoshi sudah seperti kakak laki-laki untuknya, dia sangat baik dan dia sering mendengar semua cerita Mimi meski gadis itu sering kali menceritakan cerita yang tidak masuk akal tetapi Yoshi dengan sabarnya selalu mendengarkan semua cerita gadis kecil itu.

Dandelion [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang