Yoshi semakin menunduk saat Alin menatapnya seperti ingin mengintrogasinya. Saat ini Alin sedang berdiri sedangkan Yoshi tengah terduduk di depannya, mereka ada di dalam kelas saat ini, memang sekarang sedang jam istirahat. Di kelas itu hanya ada Alin dan Yoshi sebab siswa yang lainnya sedang ke kantin untuk mengisi perut mereka.
"Ngedongak! Aku mau obatin muka kamu!"
Yoshi menurut saat mendengar nada suara Alin yang tidak seperti biasanya. Alin mulai duduk di meja depan Yoshi dan mulai mengobati wajah cowok itu dengan obat merah yang selalu di bawanya di dalam tas. Dengan pelan Alin mengoleskan obat merah ke wajah Yoshi menggunakan kapas, Yoshi sendiri sesekali meringis saat merasakan obat merah itu bercampur dengan lukanya.
"Kamu di bully Nathan lagi ya?"
"Enggak kok Lin, aku tadi gak sengaja nabrak orang, terus orang itu marah dan balik mukul aku"
"Kamu itu gak bisa bohong Yoshi, meskipun kita belum kenal lama tapi aku tau kalau kamu lagi bohong sekarang"
Yoshi hanya diam saat Alin mengetahui kebohongannya, dia sungguh tidak tau lagi mau berbicara apa di kepada Alin.
"Kenapa gak ngelawan sih Yoshi? Atau seenggaknya kamu lari atau ngelapor sama guru kalau kamu sering di bully Nathan sama teman-temannya"
"Itu gak akan nyelesaiin masalah Alin, dengan aku ngelakuin itu sama aja aku nambah panjang masalah. Mending mereka ngebully aku daripada masalahnya tambah panjang. Aku gak mau tambah dibenci sama mereka"
Alin hanya menghembuskan nafas panjang saat mendengar ucapan Yoshi. Yoshi ini terlalu baik anaknya, dia terlalu memikirkan mereka yang sebenarnya tidak pantas untuk mendapat kepedulian Yoshi.
"Terus kamu bakal ngebiarin mereka buat terus ngebully kamu?"
Yoshi tersenyum kecil mendengar pertanyaan Alin. "Kalau itu bisa bikin mereka puas dan bikin masalah gak panjang, aku rela Lin"
Sungguh rasanya Alin ingin menangis sekarang, apa sebenarnya yang ada di pikiran cowok di depannya ini. Alin menghentikan kegiatannya mengobati Yoshi dan berganti memegang pinggiran lebam di wajah cowok itu, Alin mengusap pelan pinggiran lebam Yoshi sambil menatap lembut cowok itu.
"Tapi kalau kamu biarin mereka, kamu bakal sakit Yoshi" lirih Alin dengan suara bergetar.
Yoshi memegang tangan Alin yang sekarang ada di pipinya. "Aku pasti bisa Alin, aku mau jadi orang yang kuat, aku gak mau buat susah orang-orang yang ada di dekat aku"
Rasanya Alin ingin sekali membawa Yoshi ke pelukannya, sungguh tatapan cowok itu sangat tulus, dia seolah ingin melihat semua orang bahagia bahkan orang yang sering menyakitinya sekalipun. Alin menarik tangannya dari wajah Yoshi kemudian berdiri dari duduknya.
"Aku ke toilet dulu ya"
Yoshi hanya mengangguk, melihat itu Alin segera berjalan keluar dari kelas dan meninggalkan Yoshi sendiri di sana.
Alin berjalan dengan tergesa-gesa menuju kantin, ia memang berbohong kepada Yoshi saat mengatakan akan ke toilet karena nyatanya ia akan menghampiri Nathan dan dia tau kalau sekarang cowok itu pasti ada di kantin. Alin memasuki kantin dan mengedarkan pandangannya untuk mencari seseorang yang dicarinya. Pandangan Alin terhenti saat ia berhasil menemukan seseorang yang dicarinya.
Alin berjalan menuju meja Nathan dan teman-temannya, saat ini cowok itu sedang makan sambil bercanda bersama teman-temannya. Lihatnya cowok itu betapa tidak punya perasaannya dia, bisa-bisanya dia tertawa lepas setelah membuat Yoshi babak belur.
"Nathan!"
Nathan dan teman-temannya menoleh saat mendengar seseorang memanggilnya. Mereka menemukan Alin yang berdiri disamping meja mereka sambil menatap mereka tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion [End]
Teen Fiction"Aku mau kenal kamu lebih jauh, biarin aku masuk ke dunia kamu." -Alina Venus Anandita "Jangan, dunia aku terlalu gelap untuk kamu yang terbiasa dengan keterangan." -Yoshi Vattel Sebastian