21-Pain

225 43 2
                                    

"Saya mohon Dok saya boleh pulang sekarang ya?" pinta Yoshi kepada dokter Wira yang baru saja selesai memeriksa keadaanya.

"Kondisi kamu belum pulih sepenuhnya Yoshi, kamu masih harus mendapatkan perawatan agar kondisi kamu cepat pulih"

"Saya gapapa kok dok, saya juga bakal jaga kesehatan, saya mohon Dok, saya boleh pulang sekarang ya"

Karena Yoshi yang terus memohon akhirnya dengan berat hati dokter Wira mengiyakan keinginan anak itu.

Huufftt

Dokter Wira menghelah nafas panjang kemudian menatap Yoshi dengan pandangan serius.

"Baiklah, tapi kamu harus janji kepada saya supaya kamu berobat, setidaknya kamu harus cuci darah agar ginjal kamu bisa bertahan Yoshi"

"Iya Dok"

"Kamu boleh pulang tapi ingat jika ada keluhan pada pinggang bagian belakang kamu atau sakitnya sering datang, kamu harus segera memeriksakannya ke sini"

"Saya mengerti dok"

Setelah mendapat izin dari dokter Wira Yoshi segera turun dari ranjangnya setelah tadi dokter Wira melepaskan infus yang ada di tangannya.

"Terimakasih dok, kalau begitu saya permisi, Assalamualaikum"

"Iya, waalaikumsalam"

Yoshi pergi meninggalkan ruangan itu setelah dokter Wira menjawab salamnya. Sedangkan dokter Wira yang masih menatap kepergian Yoshi kembali menghelah nafasnya, entah kenapa ia merasa bahwa anak itu tidak memiliki semangat untuk sembuh, dan entah kenapa juga ia sangat memperdulikan anak itu di pertemuan pertama mereka ini. Yoshi seperti mengingatkannya dengan seseorang tetapi ia lupa siapa, dan juga ia bisa merasakan ketulusan serta kerapuhan anak laki-laki yang selalu tersenyum kepadanya itu.

"Semoga dia bisa sembuh" monolog dokter Wira saat Yoshi sudah menghilang dari pandangannya.

******

Yoshi berjalan ke arah rumahnya dengan langkah pelan, luka di badannya belum sembuh total bahkan ia masih bisa merasakan sakit yang ada di perutnya bekas tendangan Nathan waktu itu.

Yoshi terdiam saat memasuki rumahnya saat melihat siapa yang sedang terduduk di sofa ruang tamunya.

"Ayah?"

Rian menoleh saat mendengar suara seseorang di dekatnya. Ia berdiri dari duduknya saat melihat Yoshi yang sedang menatapnya dengan wajah terkejut yang sangat kentara. Rian memang menyewa seseorang untuk mencari Yoshi dan orang suruhannya mengatakan jika anak itu masuk rumah sakit dan telah meninggalkan rumah sakit hari ini, makanya ia segera menuju rumah anak itu karena ia tau pasti anak itu akan pulang ke rumahnya.

"K-kenapa ayah ada disini?"

"Tentu saja untuk memberi kamu pelajaran karena sudah membuat Nathan mengetahui tentang keberadaan kamu anak sialan!" Ucap Rian dengan kata-kata yang ia tekankan.

"Y-yoshi gak ngasih tau Nathan ayah"

"Heh anak sialan! Sudah berapa kali saya bilang jangan panggil saya ayah! SAYA BUKAN AYAH KAMU!!" Teriak Rian di akhir kalimat sambil mencengkram kerah baju Yoshi.

Sedangkan Yoshi ia hanya menunduk takut menatap ayahnya yang ia tebak sudah menatapnya dengan tatapan membunuh andalannya.

"KEBERADAAN KAMU ITU TIDAK DIINGINKAN ANAK SIALAN! KENAPA NATHAN TIDAK LANGSUNG MEMBUNUH KAMU SAJA! KENAPA DIA HARUS MEMBIARKAN ANAK SIALAN SEPERTI KAMU HIDUP?!!"

"KAMU ITU HANYA MEMBAWA SIAL BAGI ORANG-ORANG YANG ADA DI DEKAT KAMU!"

Yoshi semakin mengeratkan pejaman matanya saat ia merasa rasa sakit yang menyeruak masuk ke dalam hatinya, sungguh kata-kata ayahnya seperti mengirisnya sedikit demi sedikit. Yoshi bisa merasakan deru nafas ayahnya yang memburu, dengan keberanian yang ia kumpulkan ia mengangkat kepalanya untuk menatap mata tajam ayahnya.

Dandelion [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang