''Terimakasih atas kerja samanya pak''
''Tentu saja pak Rian senang bekerja sama dengan anda''
Rian berjabak tangan dengan kolega bisnisnya Setelah mereka menyepakati kerjasama yang telah mereka rapatkan sebelumnya. Setelah merasa tidak ada lagi yang perlu di bicarakan kolega Rian itu segera minta izin untuk pergi dari sana dan Rian mengizinkannya. Setelah kepergian koleganya Rian masih duduk di sana sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi, ia rasanya sangat Lelah Setelah sedari tadi melayani koleganya yang banyak mau itu.
Sekertrisnya hanya diam di sampingnya saat ini, ia tidak mau menggangu atasannya karena ia tahu atasannya itu sangat Lelah.
''Pak Rian?''
''Dokter Rasya?''
''Saya tidak menyangka bisa bertemu anda di sini pak''
''Ah tentu saja kita harus bertemu lagi, silahkan duduk dokter Rasya''
Dia adalah dokter Rasya, ia adalah orang yang membantu operasi pencangkokan ginjal Rian dulu.
''Bagaimana dengan kondisi anda sekarang pak?''
''Sudah lebih baik dok, saya juga sudah tidak pernah lagi merasakan sakit seperti dulu''
''Bagus lah kalau begitu, pak Rian harus banyak-banyak bersyukur kepada Tuhan, dan beruntung sekali anak itu cepat datang dulu. Tapi saya menyayangkan usianya yang belum cukup saat itu, tetapi mungkin karena rasa sayangnya kepada bapak dia merelakan gainjalnya''
Rian menyerit heran mendengar ucapan dokter Rasya, anak? anak siapa yang dokter itu maksud?
''Maaf dokter, maksud dokter apa ya? anak? anak siapa?'' Dokter Rasya ikut menatap Rian bingung saat mendengar pertanyaan pria itu.
''Anak pak Rian, dia yang mendonorkan satu ginjalnya untuk bapak, saya dulu sempat menolak usulannya karena umurnya yang masih 17 tahun tetapi dia memaksa dan mengatakan hanya ini yang bisa dia lakukan sebagai anak bapak, dia juga melarang saya untuk memberitahu bapak bahwa dia yang mendonorkan ginjalnya untuk bapak dia bilang dia sendiri yang akan memberitahukannya kepada bapak'' jelas dokter Rasya Panjang lebar, sedangkan Rian ia sudah terdiam sejak dokter itu mulai berbicara.
''Nathan gak mungkin ngelakuin semua itu dok'' ucap Rian dengan wajah tidak percaya.
''Memang bukan Nathan pak, saya tau Nathan dan itu bukan dia, mungkin dia anak bapak yang lain?''
''Anak saya hanya Nathan dok'' ucap Rian dengan pandangan datar.
''Tapi anak yang mengaku anak bapak itu punya DNA yang 99% sama dengan DNA bapak, kami sudah melakukan beberapa pemeriksaan sebelum memulai operasi itu dan data-data yang kami dapat selalu akurat dan kecil kemungkinan terjadi kesalahan, karena yang menangani operasi bapak waktu itu saya dan dokter Jhon dokter terpercaya dari Amerika''
Rian hanya diam medengarkan semua yang di katakana oleh dokter Rasya, di kepalanya sudah ada pikiran-pikiran yang ia harapkan bukan kenyataan yang sebenarnya, ia berharap apa yang ada di pikirannya itu adalah pikirannya semata dan bukan itu yang terjadi.
''Saya pikir anak itu sudah memberitahukannya kepada bapak, dia anak yang sangat tulus pak, bahkan Setelah saya menjelaskan resiko-resiko yang akan dia dapatkan Setelah mendonorkan ginjalnya di umurnya yang belum cukup itu dia masih tetap bersikeras untuk melakukan operasi''
''Yoshi?''ucap Rian tiba-tiba, dokter Rasya menatap Rian dengan pandangan bertanya saat mendengar apa yang di ucapkan oleh Rian itu.
''A-apa namanya Yoshi?''
''Ah iya pak! namanya kalau tidak salah Yoshi, saya sempat menanyakan namanya dulu tetapi saya sudah lupa-lupa ingat'' ucap Dokter Rasya yang mana ucapannya itu membuat hati Rian seperti di timpa oleh bongkahan besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion [End]
Fiksi Remaja"Aku mau kenal kamu lebih jauh, biarin aku masuk ke dunia kamu." -Alina Venus Anandita "Jangan, dunia aku terlalu gelap untuk kamu yang terbiasa dengan keterangan." -Yoshi Vattel Sebastian