14-Kebahagiaan kecil

245 48 1
                                    

"Yoshi!!"

Yoshi yang baru ingin membuka pagarnya segera berhenti saat mendengar suara Alin yang memanggilnya, ia menoleh ke samping dan menemukan Alin yang berdiri di depan pagar rumahnya.

"Yoshi kamu darimana?" Tanya Alin sambil berjalan ke arah Yoshi.

"Aku dari nganterin koran"

"Ngapain?"

"Itu pekerjaan aku setiap Minggu pagi"

"Ohh, Emm Yoshi temenin aku makan bakso disana yuk" ucap Alin sambil menunjuk ujung jalan yang terletak tidak jauh dari rumah mereka.

Yoshi mengikuti arah yang ditunjuk Alin, sebenarnya ia cukup lelah sekarang tetapi ia tidak tega jika harus menolak Alin.

"Yaudah, yuk aku temenin"

"Yeyyy!! Makasih Yoshi" pekik Alin senang saat Yoshi menerima ajakannya.

Alin dan Yoshi berjalan bersama menuju penjual bakso, mereka sesekali bercanda sambil berjalan. Saat sudah tiba di tempat penjual bakso mereka mendudukan diri mereka di bangku yang ada di sana.

"Mas baksonya dua mangkuk ya"

"Oh iya mbak, di tunggu sebentar ya"

"Iya mas"

"Alin kok kamu pesan dua sih? Aku kan cuman mau nemenin kamu makan doang"

"Gapapa Yoshi aku mau teraktir kamu makananya aku pesen dua mangkuk"

"Aku gak mau ngerepotin kamu Alin"

"Kamu gak ngerepotin sama sekali Yoshi, malah aku yang sering ngerepotin kamu, kamu kan sering masak buat aku, anggap aja aku balas budi sama kamu, lagipula kan aku gak bisa masak jadi aku traktir kamu aja"

Yoshi tersenyum mendengar ucapan Alin.

"Yaudah deh"

"Huhhh, aku payah banget ya Yoshi, aku kan perempuan tapi aku gak bisa masak, gimana kalau gak ada cowok yang mau sama aku karena gak bisa masak" ucap Alin dengan lesu.

Yoshi yang mendengar itu menatap Alin tidak setuju, menurutnya apa yang diucapkan Alin itu tidak benar.

"Kamu gak boleh bilang kayak gitu Alin, semua orang itu punya kelemahan dan kelebihan masing-masing. Meskipun kamu perempuan tapi itu bukan berarti kamu harus pintar masak, banyak kok perempuan diluar sana yang gak pintar masak dan mereka baik-baik aja setelah menikah. Kamu gak boleh berkecil hati Alin"

Alin tersenyum mendengar ucapan Yoshi, sungguh rasanya sangat nyaman berbicara dengan cowok itu. Alin merasa ia bisa menceritakan semua masalah serta keluh kesahnya kepada Yoshi, cowok itu adalah teman bicara yang menyenangkan serta penasehat yang baik.

"Kalau aku nikah sama cowok yang pintar masak bagus kali ya, supaya dia bisa masakin buat aku tiap hari dan supaya aku juga bisa belajar masak sama dia" ucap Alin sambil menatap Yoshi dengan tatapan penuh arti.

"Emm itu bagus juga"

"Gimana kalau aku nikahin kamu aja, kamu kan pintar masak kamu bisa masakin aku sama anak-anak kita nanti" ucap Alin tanpa sadar, ya Alin tidak sadar saat mengatakan itu ia masih menatap Yoshi sambil tersenyum kecil seolah membayangkan kehidupannya kelak bersama cowok itu dan anak-anak mereka.

Yoshi tentu saja tersentak saat mendengar ucapan Alin. Alin yang menyadari keterdiaman Yoshi seketika tersadar.

"A-aku ngomong apa tadi?"

"Kamu-"

"Stop!! J-jangan dengerin atau masukin di hati apapun yang aku bilang tadi Yoshi" ucap Alin dengan nada gugup serta wajah yang sudah memerah.

Dandelion [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang