'Prangg prangg'
"AKKHH! BRENGSEK! Bisa-bisanya Alin lebih milih anak haram itu dari pada gue!!" Amuk Nathan saat sampai di dalam kamarnya.
Tadi saat Alin meninggalkannya, Nathan tiba-tiba masuk dan mengajak orang tuanya untuk pulang. Ia sudah tidak tahan untuk melampiaskan kekesalannya jadilah saat tiba di rumahnya Nathan langsung ke kamarnya dan melampiaskan amarahnya dengan melempar semua barang yang bisa di lempar yang ada di kamarnya.
Nafas Nathan terengah-engah saat ini ia terduduk di depan ranjang dengan rambut yang acak-acakan, Nathan kemudian tersenyum miring saat sebuah ide muncul di otaknya.
Ia mengambil ponselnya dan menekan nomor seseorang. Beberapa saat kemudian terdengar suara dari seberang sana.
"Halo?"
"Halo bang Raki"
"Nathan?"
"Iya bang ini gue, Emm gue bisa minta tolong gak bang?"
"Apaan dulu nih? Kalau Lo mau minjem duit gue gak ada Nat, kan biasanya gue yang minjem ke Lo"
"Bukan duit bang, kita ketemu aja deh gue mau bicara secara langsung sama Lo"
"Hilihh gaya Lo bicara secara langsung, ngomong sekarang aja Napa"
"Ini gak bisa di omongin di telepon bang, udah deh kita ketemu aja di cafe depan sekolah gue besok, oke?"
"Serah Lo deh"
"Oke gue tunggu ya bang?"
"Hmm"
Nathan memutuskan sambungan teleponnya kemudian menarik sudut bibirnya.
"Abis Lo sama gue" ucapnya dengan pandangan yang lurus ke depan.
******
Maya terus mengusap kepala Yoshi yang sedang berbaring dengan kepala yang ia letakkan di atas paha Maya.
"Ibu tau, ini adalah hari paling bahagia dalam hidup Yoshi" ucap Yoshi sambil mendongak menatap ibunya.
Maya tersenyum mendengar ucapan Yoshi. "Harusnya ibu memperlakukan kamu seperti ini dari dulu Yoshi, maafin ibu ya?"
"Berhenti minta maaf Bu, Yoshi gak pernah nyalahin ibu jadi berhenti merasa bersalah"
"Hmm, Yoshi kamu berhenti bekerja ya"
"Enggak Bu, Yoshi bakal terus kerja"
"Gak boleh, kamu harus fokus sama kesembuhan kamu, biar ibu yang kerja. Biarin ibu penuhin kewajiban ibu sebagai ibu kamu Yoshi"
"Yoshi gapapa Bu, Yoshi bisa terus kerja sambil berobat kok"
"Dengerin ibu Yoshi, jangan membantah, mulai sekarang kamu cuman boleh sekolah dan berobat, sisanya biar ibu yang urus"
"Tapi bu-"
"Gak ada tapi-tapian"
Yoshi tidak bersuara lagi ketika mendengar ucapan terakhir ibunya.
"Izinin ibu jadi ibu yang baik buat kamu Yoshi" ucap Maya lagi sambil mengusap rambut Yoshi lembut.
"Ibu adalah ibu terbaik buat Yoshi, Yoshi seneng akhirnya bisa kayak gini sama ibu. Dulu Yoshi kira Yoshi gak akan rasain momen kayak gini sampai Yoshi pergi tapi kayaknya tuhan masih ngizinin Yoshi rasain semua ini sebelum dia manggil Yoshi"
"Jangan ngomong kayak gitu nak, mulai sekarang kita cuman bakal punya momen kayak gini, momen bahagia kita, cuman kita berdua"
Yoshi tersenyum sambil menutup matanya dan kemudian mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion [End]
Teen Fiction"Aku mau kenal kamu lebih jauh, biarin aku masuk ke dunia kamu." -Alina Venus Anandita "Jangan, dunia aku terlalu gelap untuk kamu yang terbiasa dengan keterangan." -Yoshi Vattel Sebastian