Yoshi berjalan mengendap keluar dari ruangannya saat ibunya tidak ada, Maya saat ini sedang pulang ke rumahnya untuk mengambil beberapa keperluan untuknya dan Yoshi. Yoshi menatap was-was sekeliling lorong rumah sakit berharap tidak bertemu dokter Wira atau orang yang dikenalnya. Tadi ia sudah sempat bertanya kepada suster bagian resepsionis dimana ruangan Nathan dan sekarang ia sedang menuju ke sana.
Yoshi sangat mengkhawatirkan keadaan Nathan ia sengaja pergi disaat ibunya tidak ada karena jika ia meminta izin kepada ibunya pasti wanita itu tidak akan mengizinkannya.
"Ini kan?" Ucap Yoshi saat sampai di depan pintu bercat putih.
Yoshi mengintip dari balik pintu untuk memastikan tidak ada orang selain Nathan di dalam. Dan benar saja ia hanya melihat Nathan di dalam sana sedang terduduk di atas ranjang dan tidak melakukan apa-apa.
Dengan pelan Yoshi membuka pintu ruangan Nathan dan berjalan mendekati cowok itu. Sedangkan Nathan ia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang memasuki ruangannya. Nathan bergerak untuk menarik selimut yang hanya menyelimuti kakinya untuk menyelimuti dirinya tetapi karena posisinya sedang duduk dengan kaki yang lurus ke depan membuatnya kesusahan untuk menjangkau selimutnya.
Yoshi yang melihat itu segera mengambil selimut di kaki Nathan kemudian menariknya sampai ke pinggang cowok itu. Nathan yang merasa seseorang membantunya segera bertanya siapa itu.
"Bagas? Dika? Kalian balik?" Tanya Nathan mengira yang membantunya adalah Bagas atau Dika.
Yoshi tidak bersuara karena ia tau jika Nathan tau itu dirinya ia akan mengusir dan memakinya.
"Woi ogeb gue nanya! Lo bisu?"
Yoshi tidak merespon Nathan ia beralih menata bantal yang ada di belakang Nathan agar cowok itu lebih mudah jika ingin bersandar. Nathan yang jengah pun segera memegang tangan seseorang yang saat ini menata bantalnya.
"Lo siapa?" Tanya Nathan sambil mencengkram tangan orang itu.
"Ini gue Nat" Yoshi menoleh ke belakang saat mendengar suara seseorang.
"Ngapain Lo balik lagi" ucap Nathan sambil melepas tangan Yoshi.
"Hp gue ketinggalan, Lo butuh sesuatu Nat?" Tanya Bagas, ya orang yang tadi bersuara itu adalah Bagas.
"Gak, gue mau tidur"
"Oh"
"Pulang sana Lo, gue mau istirahat"
"Hmm"
Nathan membaringkan dirinya setelah itu, sedangkan Yoshi ia hanya diam sambil terus menatap Nathan. Bagas yang melihat Yoshi hanya menatap Nathan segera berdehem singkat untuk menarik perhatian cowok itu.
'Ekhmm'
Yoshi beralih menatap Bagas kemudian Bagas memberikan kode kepada Yoshi untuk keluar mengikutinya. Bagas mengambil hpnya yang ada di atas meja nakas kemudian bersiap untuk pergi tetapi ia mengurungkan niatnya melihat Yoshi yang sedang membenarkan tata letak selimut Nathan. Setelah selesai dengan kegiatannya Yoshi hendak berjalan keluar bersama Bagas tetapi langkah mereka kembali berhenti ketika mendengar suara Nathan.
"Lo kenapa sih Gas? Gak biasanya Lo kayak gini, pake segala ngebetulin selimut gue, kayak bukan Lo aja"
"Gue balik dulu" ucap Bagas kemudian benar-benar meninggalkan ruangan Nathan bersama Yoshi.
"Makasih"
Bagas berbalik dan menatap Yoshi yang tadi berterimakasih kepadanya.
"Untuk?"
"Yang tadi, makasih karena udah buat Nathan ngira aku itu kamu" Bagas mengangguk untuk menanggapi Yoshi.
Saat Yoshi hendak meninggalkan tempat itu dan kembali ke ruangannya suara Bagas membuatnya menghentikan langkahnya.
"Emm, gue mau ngomong sama Lo" ucap Bagas yang kemudian dia angguki oleh Yoshi.
******
Sekarang Yoshi dan Bagas sedang berada di taman rumah sakit, mereka duduk di bangku panjang yang sama tetapi jarak yang cukup jauh.
"Lo ngapain di ruangan Nathan?" Tanya Bagas memulai obrolan mereka.
"Aku cuman mau ngeliat keadaan dia aja"
Bagas terkekeh kecil mendengar ucapan Yoshi. "Lo itu lucu ya, padahal Nathan itu adalah orang yang udah hampir ngebunuh Lo tapi Lo tetap khawatir sama keadaan dia" ucap Bagas yang hanya dibalas senyum kecil oleh Yoshi.
"Bang Raki orang yang di suruh Nathan buat nyulik Lo itu sepupu gue. Setelah kejadian kalian di bawa ke rumah sakit, dia kabur dan sempet ketemu sama gue. Kita sempet ngobrol dan dia ngaku kalau dia niatnya mukul botol kaca itu ke Lo tapi malah gak sengaja kena Nathan. Dan yang bikin dia kaget disaat Lo udah setengah sadar karena tusukan pisaunya Nathan Lo malah manggil-manggil nama Nathan yang saat itu kesakitan karena pecahan kaca itu. Dia sempet nanya sama gue Lo ada hubungan apa sama Nathan sampai setelah Lo disiksa dan ditusuk sama dia Lo masih sempet ngekhawatirin dia, tapi gue jawab gak tau" ucap Bagas panjang lebar.
"Nathan kakak aku"
Bagas menoleh ke arah Yoshi dengan wajah kaget setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut cowok itu.
"K-kakak?"
"Iya, kami satu ayah tapi beda ibu"
"N-nathan tau kalau kalian saudara?"
"Hmm"
"Terus kenapa dia-" Bagas menghentikan ucapannya ketika mengerti apa yang terjadi kepada Nathan dan Yoshi.
"Seperti rumor tentang aku selama ini, aku cuman anak yang hadir karena kesalahan. Ayah dan Nathan benci aku karena itu"
"Terus Lo kenapa terima-terima aja digituin Nathan sama bokap Lo? Kenapa Lo gak nuntut keadilan? Meski gak dinginkan Lo tetep anak bokap Lo, penolakan atau apapun itu gak akan pernah bisa nyangkal kalau darah kalian itu sama"
Yoshi beralih menatap Bagas sambil tersenyum kecil. "Kalau Nathan denger kamu bilang kayak gitu aku yakin dia bakal marah besar"
Bagas menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kenapa setelah mendengar fakta yang dikatakan Yoshi ia langsung gatal ingin memakai Nathan dan papanya.
"Setiap hari dalam hidup aku, aku selalu berharap ayah atau Nathan akan berubah sering berjalanya waktu. Tapi sekarang aku ngerasa semua itu semakin mustahil, setiap harinya ayah semakin benci sama aku begitupun Nathan. Aku bertahan selama ini dengan harapan hari dimana mereka bisa nerima aku akan tiba tapi aku udah mulai putus asa, aku udah capek banget sekarang"
"L-lo jangan ngomong kayak gitu ah" ucap Bagas tiba-tiba, entah kenapa ia merasa cowok di sampingnya ini sudah sangat frustasi ia seperti orang yang sudah hampir menyerah.
"Aku berniat donorin mata aku buat Nathan" ucap Yoshi yang sekali lagi membuat Bagas menatapnya dengan mata melotot.
"Jangan!" Ucap Bagas spontan, Yoshi menatap Bagas bingung ketika mendengar ucapan cowok itu.
"Kenapa?"
Bagas gelagapan ditanyai seperti itu oleh Yoshi, ia mengalihkan pandangannya ke depan kemudian menatap sendu orang-orang yang berlalu lalang di taman itu.
"Dengan Lo donorin mata Lo buat Nathan, Lo bukan nolong dia tapi buat dia menderita" ucap Bagas menghentikan ucapannya kemudian beralih menatap Yoshi kembali. "Dia bakal hidup dengan penderitaan akibat rasa bersalah dia sama Lo. Dia akan tersiksa dengan rasa bersalah itu Yoshi" ucap Bagas menatap Yoshi serius.
Yoshi menunduk mendengar ucapan Bagas. "Tapi aku gak bisa liat kakak aku menderita dengan kondisi dia sekarang"
"Bodoh!" Ucap Bagas tiba-tiba yang membuat Yoshi kembali menatapnya.
"Gue gak tau Lo itu sebodoh ini, dan gue juga gak tau kalau Lo beneran sebaik ini" ucap Bagas kemudian memukul kepalanya sekali.
"Kalau gue minta maaf sama Lo, Lo bakal maafin gue gak?"
Yoshi tersenyum kemudian mengangguk.
"Wahh Lo beneran baik ternyata"
Yoshi dan Bagas sama-sama tertawa mendengar kalimat terakhir Bagas.
Jangan lupa Vote Teuv 💎
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion [End]
Teen Fiction"Aku mau kenal kamu lebih jauh, biarin aku masuk ke dunia kamu." -Alina Venus Anandita "Jangan, dunia aku terlalu gelap untuk kamu yang terbiasa dengan keterangan." -Yoshi Vattel Sebastian