"Pasien yang di kamar no 11 sudah di beri obat sus?"
"Sudah dok, baru saja"
"Baiklah, jangan lupa untuk dosis malamnya diberikan juga ya"
"Baik dok"
Saat ini dokter Wira sudah selesai dengan sift nya, setelah mengontrol dan memeriksa semua pasiennya ia berniat untuk pulang karena hari memang sudah menjelang malam.
"Kalau begitu saya permisi pulang dulu sus" pamit dokter Wira kepada seorang suster yang tadi mengobrol dengannya.
"Iya dok, hati-hati"
Dokter Wira tersenyum kemudian pergi meninggalkan tempat itu, dokter Wira itu adalah salah satu dokter yang disegani di rumah sakit itu, karena memang dia orang yang ramah dan senang berbaur dengan pegawai rumah sakit lainnya. Selain kemampuannya yang handal dia juga mempunyai wajah yang tampan meski usianya yang sudah hampir kepala empat, dan jangan lupakan bahwa dia masih lajang, dimana itu menjadi kesempatan bagi para pegawai wanita untuk mendapatkannya.
Dokter Wira mengendari mobilnya di jalanan yang cukup padat karena ini memang jam pulang kerja, jadilah jalan cukup macet sekarang. Setelah hampir setengah jam terjebak macet akhirnya dokter Wira bisa menjalankan mobilnya dengan bebas lagi.
Mobil yang dikendarai dokter Wira kembali berhenti ketika pandangan dokter itu tidak sengaja menangkap sosok yang dicarinya selama kurang lebih 18 tahun ini.
"M-maya?"
Ya itu adalah tunangannya yang menghilan dulu, dengan sedikit tergesa dokter Wira memarkirkan mobilnya di pinggir jalan kemudian bergegas menghampiri wanita yang ia yakini adalah wanita yang masih dicintainya sampai saat ini.
"May?" Panggil dokter Wira sambil memegang tangan wanita yang ia panggil Maya itu saat wanita itu hendak beranjak pergi.
Maya menoleh saat merasa ada seseorang yang memegang tangannya dari belakang, matanya membulat sempurna saat pandangnya beradu dengan pandangan seseorang. Tubuh Maya membeku saat mendapati mantan tunangannya yang ia tinggalkan belasan tahun lalu kini berada tepat di depan matanya.
"Maya" panggil dokter Wira lagi dengan tatapan yang tidak lepas memandang lekat wanita di hadapannya.
"Maaf anda salah orang" ucap Maya sambil menghentakkan tangannya yang di pegang Wira kemudian hendak pergi dari tempat itu tetapi langkahnya kembali terhenti saat Wira kembali memegang tangannya dan memaksa wanita itu untuk menghadap dirinya.
"Kamu pikir meski sudah menghilang belasan tahun itu bisa membuat aku lupa sama kamu?" Tanya dokter Wira dengan tatapan sendu.
"Kamu salah May, aku bakal ngenalin kamu dengan mudah meski kamu menghilang puluhan tahun pun"
Maya tetap diam dengan wajah menunduk, sungguh selain merasa bersalah ia juga merasa malu dengan pria di depannya ini. Dulu Maya dan Wira adalah pasangan yang saling mencintai, tetapi sejak kejadian itu Maya berusaha mengubur semuanya dan pergi bersama rasa bersalahnya terhadap lelaki baik hati itu.
"May" Maya mendongak dengan pelan saat mendengar suara lirih Wira yang memanggil namanya.
"Aku mau bicara sebentar sama kamu" Maya mengangguk pelan saat melihat sorot penuh permohonan dari kedua bola mata Wira.
Wira dan Maya berjalan bersama menuju sebuah cafe yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri tadi. Mereka berdua memilih duduk di tempat yang jauh dari pengunjung yang lainnya. Setelah Wira memesan minuman untuk mereka berdua, ia kemudian menatap lekat wanita yang ada di hadapannya.
Maya terus menundukkan wajahnya selama ia duduk di kursi itu, sungguh ia tidak sanggup menatap wajah Wira setelah sekian lama tidak bertemu.
"Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion [End]
Teen Fiction"Aku mau kenal kamu lebih jauh, biarin aku masuk ke dunia kamu." -Alina Venus Anandita "Jangan, dunia aku terlalu gelap untuk kamu yang terbiasa dengan keterangan." -Yoshi Vattel Sebastian