Hari ini adalah hati terakhir Yoshi sebelum operasi pendonoran matanya untuk Nathan di lakukan, sekarang Yoshi telah selesai bersiap-siap ia akan ke suatu tempat.
''Bu, Yoshi pamit keluar dulu ya?''
''Kamu mau ke mana nak?''
''Emm, Yoshi ada urusan sebentar di luar bu''
''Ohh, yaudah kamu hati-hati ya, jangan malam-malam pulangnya''
''Iya bu, Assalamualaikum''
''Waalaikumsalam''
Yoshi berjalan keluar dari rumahnya sambil menenteng skateboardnya, tujuan utamanya sekarang adalah rumah ayahnya, ia ingin menemui pria itu sekali lagi disaat ia masih bisa melihat. Yoshi menaiki skateboardnya di pinggir jalan yang menuju ke rumah ayahnya.
Sesampainya di rumah ayahnya Yoshi kembali menenteng skateboardnya kemudian menekan bel rumah mewah ayahnya. Ia tau bahwa sekarang istri ayahnya sedang menjaga Nathan di rumah sakit, Yoshi tadi memang sempat bertanya kepada dokter Wira.
''Pak! bisa tolong buka pagarnya?'' tanya Yoshi kepada satpam yang berjaga di sana.
''Maaf mau ketemu siapa?'' tanya balik satpam itu kepada Yoshi di balik pagar.
''Saya mau ketemu pak Rian pak''
''Untuk apa ya dek?''
''Emm-'' Yoshi tidak tau harus mengatakan apa, tidak mungkin jugakan ia mengatakan bahwa ia adalah anak dari pak Rian.
''Tunggu sebentar ya biar saja telepon pak Rian dulu beliau mengizinkan kamu masuk atau tidak''
''I-iya pak''
Yoshi menghelah nafas lega saat satpam itu tidak mendesaknya mengatakan alasan ia ingin menemui ayahnya. Beberapa saat kemudian satpam itu kembali dan membukakan pagar untuk Yoshi.
''Silahkan masuk, pak Rian bilang kamu bisa langsung masuk menemui beliau di ruang kerjanya'' ucap satpam itu yang kemudian di angguki Yoshi.
Yoshi berjalan masuk ke rumah mewah itu setelah di bukakan pintu oleh pembantu yang ada di sana. ''Mari saya antarkan ke ruangan tuan Rian''
''Iya''
Yoshi mengikuti langkah pembantu itu hingga mereka tiba di sebuah ruangan dengan pintu bercat coklat yang terlihat sangat elegan. ''Ini adalah ruangan pak Rian kamu bisa masuk sekarang''
''Iya, Terimakasih''
Setelah pembantu itu pergi dengan pelan Yoshi membuka pintu bercat coklat itu dan masuk ke sana. Yoshi berjalan dengan pelan ketika sudah memasuki ruangn luas itu, ia mengamati ruangan elegan itu dengan saksama, sungguh ia sangat kagum melihat keindahan ruangan itu di setiap sisinya. Ketika sudah masuk cukup jauh Yoshi bisa melihat disana ayahnya sedang duduk dengan tangan yang menumpu dagunya dengan mata tertutup, wajah pria itu terlihat cukup pucat dan itu membuat Yoshi mempercepat langkahnya agar cepat sampai di depan ayahnya.
''Ayah?''
Rian membuka matanya yang terasa berat saat mendengar suara seseorang. ''Ada apa kamu ingin menemui saya? ini adalah hari terakhir kamu sebelum operasi tetapi kenapa kamu kesini? kenapa kamu tidak menggunakan hari terakhir bisa melihat ini dengan baik''
''Y-yoshi mau ngabisin hari ini sama ayah, b-bolehkan ayah?''
''Tidak! kamu pikir saya akan mau mengabulkan permintaan kamu meski ini adalah hari terakhir kamu di dunia ini?'' Rian tersenyum miring melihat anak di depannya yang sedang menundukakkan kepalanya.
''Tidak akan bodoh''
Yoshi mengangkat kepalanya kemudian kembali menatap ayahnya. ''Biari Yoshi ngelayanin ayah sekali ini aja, setidaknya Yoshi punya satu kesempatan itu dalam hidup Yoshi, Yoshi mohon ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion [End]
Fiksi Remaja"Aku mau kenal kamu lebih jauh, biarin aku masuk ke dunia kamu." -Alina Venus Anandita "Jangan, dunia aku terlalu gelap untuk kamu yang terbiasa dengan keterangan." -Yoshi Vattel Sebastian