Rian berjalan Bersama Nathan melewati Lorong rumah sakit dengan langkah cepat, selama perjalanan Rian tidak berhenti merapalkan kata Tidak, ia terus mengulang kata itu hingga akhirnya ia dan Nathan sampai di depan ruang UGD.
''Ayo masuk pah'' ajak Nathan saat merasa papanya hanya diam di belakangnya.
''Pah!'' Rian tersentak saat Nathan memegang tangannya. Ia mengikut saat Nathan menariknya masuk ke dalam ruang UGD.
Orang-orang yang ada di dalam ruangan itu sontak menoleh ke arah pintu saat mendengar pintu terbuka, Rian dan Nathan menatap mereka bingung saat melihat mereka semua seperti orang yang habis menangis, apalagi Alin dan Sora mata kedua gadis itu masih sembab bahkan mata mereka masih berair sampai sekarang. Nathan berjalan ke arah Sora untuk menanyakan apa sebenarnya yang terjadi di sini, sementara Rian ia masih terpaku di tempatnya berdiri, pandangannya mengarah pada Yoshi yang terbaring di atas ranjang rumah sakit, wajah anak itu sangat aneh wajahnya terlihat sangat tenang dan bahagia, anak itu sepertinya sangat nyaman di posisinya sekarang.
''Ra, ini ada apa?'' tanya Nathan kepada Sora saat sudah sampai di depan gadis itu. ''Y-Yoshi gapapa kan?''
Sora menoleh dan menatap Nathan yang berdiri di sampingnya, ia menatap cowok itu nanar kemudian beralih menatap Yoshi kembali.
''Hmm, dia gapapa, bahkan dia udah tenang sekarang dia udah gak ngerasain sakit lagi Nat''
''Dia udah sembuh?'' tanya Nathan dengan wajah kagetnya.
Sora mengangguk mendengar ucapan Nathan. ''Hmm, dia kelihatan tenang banget kan? kayaknya emang ini yang dari dulu di pinginin''
''Ra, bicara yang jelas dong! omongan lo itu bertele-tele tau gak!''
Sora kembali menatap Nathan dengan air mata yang kembali terjatuh. ''Y-yoshi udah gak ada Nat, dia udah pergi hiks'' Kini Nathan hanya terdiam Setelah mendengar ucapan Sora.
Nathan terkekeh dengan mata berkaca-kaca, entah kenapa hatinya begitu sakit mendengar ucapan Sora. ''Becanda lo gak lucu Ra'' ucap Nathan kemudian menghapus setitik air mata yang jatuh dari matanya.
''Sial, ngapain gue nangis!'' Nathan semakin menghapus dengan kasar air mata yang turun dari matanya.
Sementara dari kejauhan Rian berjalan mendekati Yoshi, ia masih terus memandang anak itu dengan tatapan kosong. Ada apa dengan dirinya? rasanya kakinya seperti jelly yang susah untuk di pertahankan. Sesampainya di dekat Yoshi Rian kemudian menatap Maya yang ada di samping anak itu sambil mengusap rambut anak itu sayang, wanita itu terus menatap Yoshi dengan tatapan lembut dan senyum kecil yang mampu membuat siapapun yang melihatnya tersayat, tatapan tulus wanita itu terlihat penuh luka.
''M-maya?'' Maya mengalihkan pandangannya dari Yoshi ke sumber suara yang memanggilnya. Ia tersenyum melihat Rian di hadapannya.
''Kamu disini? ayo mendekat ke sini, Yoshi pasti senang melihat kamu ada disini'' ucap Maya memberi ruang untuk Rian di dekat Yoshi.
''Ayo Rian kesini, P-pegang anak aku untuk yang terakhir kalinya, peluk dia aku mohon, kabulin keinginan terakhir dia sebelum dia benar-benar pergi'' Maya bahkan menarik tangan Rian untuk menyentuh Yoshi.
Rian merasakan dingin menjalari tangannya saat menyentuh tangan anak itu, air matanya jatuh bersamaan dengan tangan satunya lagi yang ikut memegang tangan Yoshi Bersama tangannya yang sebelumnya di tarik oleh Maya. Rian menggenggam tangan anak itu erat menggunakan kedua tangannya.
''Kok tangan kamu dingin? kamu kedinginan? ada apa? kenapa kulit kamu pucat?'' Rian terus melontarkan pertanyaan-pertanyaan kepada Yoshi meski tidak di respon dari anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion [End]
Teen Fiction"Aku mau kenal kamu lebih jauh, biarin aku masuk ke dunia kamu." -Alina Venus Anandita "Jangan, dunia aku terlalu gelap untuk kamu yang terbiasa dengan keterangan." -Yoshi Vattel Sebastian