"Kamu dari mana Yoshi?" Tanya Mba Nisa ketika Yoshi berjalan memasuki dapur.
"Dari tolilet mba"
"Kamu gapapa?" Ucap Mba Nisa bertanya kembali karena melihat Yoshi sedikit meringis tadi saat berbicara dengannya.
"Gapapa kok mba, aku cuman sakit perut bisa" Tampa menaruh curiga mba Nisa mengangguk, ia kira apa yang dikatakan Yoshi itu adalah kebenaran tetapi sebenarnya itu hanyalah sebuah alibi agar mba Nisa percaya dan tidak banyak tanya lagi, bukannya apa-apa Yoshi hanya tidak mau membuat mba Nisa khawatir apabila merepotkan perempuan baik itu.
"Kalau sakit banget kamu minum obat Yoshi, itu mba ada obat sakit perut di loker kamu bisa ambil"
"Makasih mba, nanti Yoshi ambil"
Mba Nisa kembali mengangguk kemudian berjalan meninggalkan Yoshi untuk kembali melayani pelanggan.
Setelah kepergian mba Nisa Yoshi kembali memegangi perutnya yang terasa kebas sekaligus perih. Beberapa saat sudah berlalu tetapi sakit yang ada di perut Yoshi kian bertambah dan sekarang rasa sakit itu juga sudah merambat ke pinggang bagian belakangnya.
"Akkhh, kenapa makin sakit?" Ringis Yoshi sambil meremas pinggangnya.
Yoshi mendudukkan dirinya ke lantai akibat rasa sakit yang teramat itu. Deru nafas Yoshi ikut tidak beraturan dengan keringat dingin yang mulai mengucur di pelipisnya.
Dengan sedikit kekuatan yang masih dimilikinya Yoshi bangkit dari duduknya kemudian berjalan tertatih menuju lokernya, ia berencana untuk pulang sekarang, memang jam kerjanya sudah habis dan sisanya diurus oleh mba Nisa.
Setelah mengambil barang-barangnya dan berpamitan kepada mba Nisa Yoshi keluar melalui pintu belakang cafe karena tidak mau membuat ayahnya kesal dengan menampakkan wajahnya lagi di hadapan pria itu.
Yoshi berjalan dengan pelan di pinggir jalan dengan skateboard yang ada di tangannya dan tas kecil yang ia selempang. Rasa sakit yang Yoshi rasakan masih ada sampai sekarang tetapi ia tahan karena tidak mau terlihat lemah.
Saat berjalan melewati taman kompleks Yoshi tidak sengaja melihat Alin yang terduduk di salah satu bangku taman yang ada di sana. Dengan senyum kecil yang mengambang di bibirnya Yoshi berjalan mendekati Alin yang sedang duduk membelakanginya.
"Alin"
Alin menoleh saat mendengar suara favoritnya masuk ke indra pendengarannya.
"Yoshi" panggil Alin senang kemudian mengode Yoshi untuk duduk di space kosong di sampingnya.
Yoshi menuruti Alin kemudian duduk di samping gadis itu.
"Kamu ngapain disini?"
"Nunggu kamu"
"Aku?"
"Iya"
"Kenapa nunggu aku?"
"Emang kenapa? Gak boleh?"
"Hmm"
"Aku gak boleh nunggu kamu?"
"Iya Alin"
"Kenapa?" Tanya Alin dengan wajah tidak terima.
"Aku gak pantas ditunggu Alin, dan kamu juga gak pantas menunggu" jawab Yoshi dengan tenang.
"Yoshi kenapa sih kamu itu selalu ngerasa diri kamu itu gak pantes? Kenapa kamu selalu ngerasa kecil Yoshi? Dengerin aku ya! Kamu pantes! Kamu pantes dalam segala hal, kamu itu istimewa Yoshi" ucap Alin serius, sungguh ia tidak suka saat Yoshi selalu berkecil hati dan menganggap dirinya itu tidak penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion [End]
Teen Fiction"Aku mau kenal kamu lebih jauh, biarin aku masuk ke dunia kamu." -Alina Venus Anandita "Jangan, dunia aku terlalu gelap untuk kamu yang terbiasa dengan keterangan." -Yoshi Vattel Sebastian