Yoshi mengerjabkan matanya saat sebuah cahaya masuk ke retina matanya. Ia memegangi kepalanya saat dirasa kepalanya itu berdenyut sakit.
"Akkhhh" ringisnya sambil memegangi kepalanya.
Yoshi mengubah posisinya menjadi duduk kemudian beralih menatap sekeliling tempat dimana dia berada sekarang.
"Ini di rumah sakit ya" ucapnya setelah mengamati ruangan yang ia yakini adalah rumah sakit.
Yoshi menatap tangannya yang di infus sambil tersenyum miris. "Aku selamat" ucapnya kemudian setelah itu pandangannya beralih ke arah pintu yang terbuka.
Seorang pria dengan jas putih serta stetoskop yang menggantung di lehernya berjalan memasuki ruangan.
"Bagaimana perasaan kamu sekarang?" Tanya pria yang sepertinya seorang dokter itu ketika sudah sampai di dekat ranjang Yoshi.
"Kepala saya masih sedikit sakit dok"
"Baiklah, kamu minum obat ini setelah sarapan pagi sebentar ya, agar sakit yang ada di kepala kamu segera sembuh"
"Iya dok, Emm dok saya mau nanya, kenapa saya bisa ada di sini ya?"
"Semalam ada seorang wanita yang membawa kamu ke sini, katanya dia menemukan kamu pingsan di pinggir jalan, tetapi setelah membayar biaya rumah sakit kamu dia langsung pergi"
"Oh gitu ya dok, sayang saya belum sempat berterimakasih" ucap Yoshi sambil menunduk.
"Tidak apa-apa, siapa tau nanti kamu bisa bertemu lagi dengan orang itu kan, Sekarang gantian saya yang mau bertanya sama kamu, tapi saya harap kamu mau jawab jujur ya"
"Dokter mau tanya apa?"
"Kenalkan dulu nama saya Wirawan kamu bisa panggil saya dokter Wira" ucap dokter Wira memperkenalkan namanya.
"Saya Yoshi dok" jawab Yoshi juga mengenalkan namanya.
"Baiklah Yoshi, saya mau bertanya berapa umur kamu sekarang?"
"17 tahun dok"
"Apakah kamu sudah melakukan donor ginjal di umur kamu yang masih 17 tahun?"
Yoshi terdiam mendengar pertanyaan dokter Wira, ia hanya menunduk sambil meremas selimut yang di pakainya.
"Saat memeriksa kamu saya melakukan ronsen karena takut kamu mengalami luka dalam, dan yang saya temukan malah hal yang sangat mengejutkan, kamu hanya memiliki satu ginjal Yoshi dan itu pun sudah rusak" jelas dokter Wira panjang lebar, dan penjelasan dokter Wira itu mampu membuat Yoshi mendongak menatapnya dengan tatapan bertanya.
"Maksud dokter?"
"Saya melakukan beberapa pemeriksaan terhadap ginjal kamu dan saya menemukan kerusakan disana, itu adalah salah satu resiko donor ginjal di usia yang belum cukup Yoshi"
"S-saya gak tau dok"
"Donor ginjal yang kamu lakukan itu ilegal, dan resikonya bisa sangat berbahaya, ini bisa mempertaruhkan nyawa kamu"
"Tapi saya harus menolong orang yang berharga dalam hidup saya dok, dan satu-satunya cara untuk menolong dia saat itu hanya dengan mendonorkan ginjal saya" ucap Yoshi dengan suara yang seperti bisikan.
Sementara dokter Wira sebenarnya merasa iba sekaligus bangga dengan anak laki-laki di depannya ini di umurnya yang masih terbilang belia ini ia sudah berpikir sejauh itu bahkan rela mempertaruhkan dirinya demi orang yang ia anggap berharga. Tetapi selain itu hal ini juga sangat berbahaya untuknya, kerusakan ginjal bukan hal sepele yang bisa dibiarkan begitu saja.
"Yoshi kamu harus berobat" ucapan dokter Wira kembali membuat Yoshi menatap kearahnya.
"Kamu harus berusaha sembuh Yoshi, perjalanan kamu masih panjang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion [End]
Teen Fiction"Aku mau kenal kamu lebih jauh, biarin aku masuk ke dunia kamu." -Alina Venus Anandita "Jangan, dunia aku terlalu gelap untuk kamu yang terbiasa dengan keterangan." -Yoshi Vattel Sebastian