Gadis itu terus berlari sekuat tenaga. Tak menghiraukan kaki mulusnya yang telanjang menginjak ranting - ranting tajam pada rerumputan berembun yang ia pijak.
Di belakangnya, sosok tinggi dengan jubah hitam yang membalut tubuh sosok itu terus mengejar si Gadis malang. Memegang pisau dengan batu safir hijau indah yang menghiasi gagang emas pisau tersebut. Batu safir itu memancarkan sinar hijaunya di tengah kegelapan malam, sehingga si Gadis dapat melihatnya ketika menoleh sekilas ke belakang. Sudah jelas kalau si pemilik pisau bukanlah orang sembarangan. Hanya orang - orang tertentu yang dapat mempunyai pisau seindah yang sudah jelas sangat mahal itu.
Siapa dia?
Sayang, pikiran si Gadis yang tengah ketakutan tak dapat menebak siapa sosok yang tengah mengejarnya kini. Yang ia tahu hanya satu. Sosok itu berniat menghabisi nyawanya di bawah gerhana bulan yang tengah berlangsung. Dan ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Gadis berbalut baju tidur yang tipis itu melihat ke belakang. Tak ada tanda - tanda si sosok menyeramkan hendak menyusulnya. Namun itu tak akan lama. Kakinya yang terbiasa digunakan untuk berjalan dengan anggun itu rupanya mampu berlari begitu cepat hingga bisa meninggalkan si Pembunuh di belakang sana.
Tak membuang - buang waktu, Gadis dengan rambut hitam pekat yang terurai itu memilih bersembunyi di bawah akar pohon besar. Sangat besar hingga mampu menutupi eksistensinya di sana. Kini ia hanya bisa berdoa agar si Pembunuh tak akan menyadarinya dan memilih melepaskannya malam ini.
Napasnya yang tersengal - sengal segera ia kendalikan begitu mendengar langkah kaki yang berhenti di ... oh tidak. Pembunuh itu berhenti berlari tepat di samping pohon besar tempatnya bersembunyi.
Gadis itu menutup mulut agar suara napasnya tidak terdengar. Menutup mata seraya berdoa agar dirinya tidak tertangkap. Masih tercium aroma parfum buah persik di pergelangan tangan yang menutup mulutnya itu. Parfum langka yang diberikan oleh tunangannya, sang Putra Mahkota pagi tadi. Sebagai hadiah ulang tahun pertunangan mereka yang ke tiga.
Ia sangat senang ketika menerima hadiah itu. Ia pikir, Putra Mahkota mulai mencintainya dan akan segera menikahinya tak lama lagi. Setidaknya, setelah upacara untuk gerhana bulan selesai dilaksanakan esok hari.Namun, semua itu hanyalah khayalan semata. Alih - alih sebuah lamaran pernikahan, yang kini terasa sangat nyata adalah sebuah tangan yang menariknya keluar dari tempat persembunyian, diiringi sebuah sapaan dengan suara bariton yang amat sangat ia kenali.
"Di sini kau rupanya."
Gadis itu nyaris terkena serangan jantung ketika mendengar suara itu. Lagi, kini jantungnya terasa akan terlepas ketika ia melihat si pemilik suara yang menatapnya dengan senyum miring di bawah gerhana bulan.
Suasana hutan begitu gelap. Namun hanya dengan mendengar suaranya saja, Gadis itu tahu siapa sosok yang menatapnya kini. Kilat mata emas yang hanya dimiliki oleh keluarga kerajaan itu begitu indah di tengah kegelapan ini. Namun sebuah niat dibaliknya membuat segala keindahan itu lenyap di mata Gadis yang sadar kalau sebentar lagi, hidupnya akan segera berakhir.
Dengan mata yang berkaca - kaca, mencerminkan ketakutan, rasa sakit, dan tidak percaya, Gadis itu berkata, "Y-Yang Muli--ughh!"
"Selamat tinggal, Eleanor," ucap Pria itu dengan begitu dingin. Tepat setelah pisaunya menancap di jantung Eleanor yang berdetak begitu cepat.
"Rupanya kau sangat menyukai parfum yang kuberikan," ucap Pria itu sembari terkekeh. Ia menarik pisau indahnya yang menancap di jantung Gadis itu, dan membiarkan tubuh si gadis limbung tak berdaya di atas dedaunan kering yang dingin.
Eleanor yang telah bersimbah darah hanya menatap Tunangannya dengan air mata yang mengalir. Menyadari bahwa aroma parfumnya telah menjadi senjata bagi dirinya sendiri. Karena harum buah persik di musim semi itulah yang menunjukkan persembunyiannya yang nyaris sempurna.
Harusnya ... Ia tidak memakai parfum sialan itu sebelum tidur tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Take Me Home!
FantasyAgatha adalah seorang gadis 21 tahun yang baru saja menyelesaikan studinya di sebuah Universitas ternama sebagai lulusan terbaik. Namun, menjadi lulusan terbaik dengan IPK sempurna nyatanya tak dapat membuat hidupnya yang adalah seorang yatim piatu...