8. Is It That Easy?

12.4K 1.7K 42
                                    

Halooo semuaa

Maaf yaa karena baru balik.. huhuhu
Btw ada yang kangen sama cerita ini nggak, sih:((

Aku hiatusnya sampe sebulan loh ini :(( maafin yaa

Cuss, langsung baca aja yuk! ^^


***

Scene sebelumnya ...

"Ck, ceroboh," ujar pria berambut coklat gelap itu. Kelereng emasnya menatap kaki polos Eleanor yang mengeluarkan darah.

"Yang Mulia, bisa lepaskan saya?" pinta Agatha yang usaha melepaskan dirinya tak berhasil akibat rengkuhan Elios yang erat.

Namun alih - alih menjawab, Elios malah menaruh lengannya di belakang lutut Eleanor, dan lengan satunya lagi dipakai untuk menahan punggung gadis bersurai hitam itu dalam gendongannya.

"Hey!" teriak Agatha refleks, yang mengundang tatapan bertanya dari pria gila yang tiba - tiba saja menggendongnya tanpa alasan.

"Hey?" ulang lelaki itu. Menatap Eleanor dengan sebelah alis yang terangkat.

"M-maksud saya ... Kenapa, tiba - tiba ..." Agatha tak punya nyali untuk menatap netra emas Elios yang menatapnya kala ia berucap. Gadis itu hanya memfokuskan pandangannya pada dada atas pria itu yang sempat mendapat ciuman darinya saat terjatuh tadi.

Ah! Lupakan hal itu, Agatha, lupakan!

"Diamlah, kau tidak lihat kakimu berdarah? Gadis ceroboh," maki Elios yang mulai menaiki tiap anak tangga dengan Eleanor dalam gendongannya.

Ngomong - ngomong soal kakinya, Agatha baru sadar kalau kaki kananya terluka. Apakah akibat ranting yang diinjaknya tadi? Ah, entahlah, intinya ia mulai merasa kesakitan.

Perih, pikirnya

***

Para pekerja di manor keluarga Rossemarry masih disibukkan dengan pekerjaan mereka masing - masing. Ada yang mencuci pakaian, membersihkan setiap sudut ruangan, hingga memotong rumput - rumput yang mulai memanjang di taman mansion megah itu.

Di area foyer hingga ruang tamu utama, para pelayan yang tengah membersihkan ruangan tersebut sontak dikejutkan oleh kedatangan putra sulung penguasa Vallesmeer bersama seorang wanita berambut kelam. Dua orang maid yang tengah mengganti gorden, bahkan hampir terjatuh dari kursi yang menjadi pijakan mereka untuk menggapai rollet di kusen atas jendela besar tersebut.

Sesuai tata krama, setiap pelayan yang tengah bekerja di ruangan tersebut pun langsung menundukkan kepala mereka kala Elios berjalan melewati mereka dengan Eleanor di gendongannya.

"T-tolong turunkan saya, Yang mulia, saya bisa jalan sendiri," bisik Agatha yang merasa malu walau tidak ada yang berani menatap mereka terang - terangan.

Alih - alih menuruti permintaannya, Elios malah menghentikan langkahnya, dan menatap Eleanor dengan datar.

"K-kenapa?" tanya Eleanor yang tak tahan ditatap seperti itu oleh sang tokoh utama. Bagaimanapun, Elios memiliki visual diatas rata - rata. Maka tidak heran jika Agatha menjadi gugup jika ditatap sedemikian rupa oleh pria tampan seperti Elios ini.

Elios tidak menjawab. Ia hanya berpaling ke depan lalu mempererat pelukannya di tubuh Eleanor, kemudian kembali berjalan menuju kamar gadis itu.

Agatha pasrah. Tidak ada gunanya meminta pada pria gila yang menggendongnya ini untuk menurunkan dirinya. Toh, Agatha juga tidak rugi jika lelaki itu kelelahan sendiri nantinya. Mengingat jarak antara pintu utama mansion dengan kamarnya yang berada di lantai dua itu cukup jauh, Agatha pun memilih untuk menyilangkan tangan di depan dada, lalu menyandarkan kepala--yang sedari tadi mendongak menatap wajah Elios--di bahu depan pria tersebut.

Please, Take Me Home!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang