Akhirnya baru bisa up hari ini bestiee 😩 sorry lagi yaa karna ga nepatin janji buat triple up🤧
Semoga part 16 dan 17 bisa kelar malam ini, dan aku bisa menuhin janji buat triple up😔
Jangan bosen2 buat nungguin PTMH, yess😭
Yaudah,
Yuk langsung baca aja❤️
Happy reading...
***
"Ayah dengar, kau sering berjalan santai saat subuh, Eleanor. Apa itu benar?"Pertanyaan itu sukses membuat Agatha tertahan untuk menyuap puding kejunya ke mulut. Ya, tak terasa, mereka telah sampai pada hidangan penutup setelah kecanggungan akibat ultimatum putra mahkota sebelumnya, melanda meja makan itu.
"Ya--" Agatha menelan ludah gugup, menimbang apakah harus menyertakan kata 'itu' atau tidak.
"--Ayah," lanjut Agatha pada akhirnya. Ugh, benar - benar kata yang asing baginya. Tapi ia harus membiasakan diri dengan kata itu mulai sekarang.
"Kenapa subuh?" tanya Duke lagi.
"Tidak ada alasan khusus," Agatha mengedikkan bahu. "saya hanya selalu terbangun lebih awal akhir - akhir ini, dan tak bisa tertidur lagi."
"Jadi, kakak memilih berjalan santai karena tidak tahu harus melakukan apa di waktu sepagi itu?" timpal Isabelle.
Agatha mengangguk, "Ya, kurang lebih begitu." Lalu kembali memakan pudingnya.
Duke berdeham, sepertinya basa - basinya sudah cukup. Ia melirik pada Duchess seolah sedang meminta persetujuan atas sesuatu. Duchess hanya mengangguk sekali, membuat Duke Rossemarry beralih melirik Ein yang masih mempertahankan wajah kerasnya.
Ein melirik singkat sang ayah, tak mengubah rautnya. Alih - alih memberi respon atas tatapan ayahnya, ia malah mengambil gelas berisi air putih di depannya untuk diteguk hingga tandas. "Katakan saja, ayah. Lagipula jika saya menolak, pun, ayah akan tetap mempertahankan keputusan itu, kan?" tukas Ein, yang berhasil memancing atensi semua orang di meja makan itu--termasuk putra mahkota.
Duke Rossemarry kembali berdeham. Ia menatap Eleanor yang juga sedang melihat padanya.
"Mengenai keinginanmu untuk memiliki dapur pribadi ... apa kau masih menginginkannya?" tanya Duke.
"...ya, ayah," jawab Agatha, meskipun ia tidak tahu pasti mengapa keinginan lamanya itu kembali diungkit.
Sebenarnya ia tidak lagi membutuhkan dapur pribadi itu. Ia tinggal meminta pada Vera untuk diberi makanan apapun yang ia mau, dan semua akan tersedia dalam beberapa menit saja. Namun, mengingat cita - citanya di kehidupan sebelumnya, Agatha jadi berharap keinginannya untuk memiliki dapur pribadi yang lengkap dengan berbagai alat dan bahan masak, bisa dikabulkan oleh ayah Eleanor yang kaya raya.
"Ayah ... akan mengabulkannya untukmu," ucap Duke. "Tak hanya itu," lanjutnya.
"Ayah juga akan mengembalikan rumah kaca, tanah, kereta kuda, dan semua aset yang telah ayah tarik sebelumnya, ditambah dengan sebuah gedung di Zeits untukmu."
Agatha tercengang. Untuk apa semua itu diberikan padanya? Atas dasar apa? Ia tahu, Duke Rossemarry memang sangat kaya, namun ia tak menyangka ayah Eleanor akan semudah itu memberikannya sebuah ... Gedung? Dan, gedungnya terdapat di kota Zeits pula? Bukankah gedung - gedung di pusat kota Vallesmeer itu sangatlah mahal? Agatha tahu itu karena si penulis menambahkan informasi tentang Zeits dengan cukup detail.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Take Me Home!
FantasiaAgatha adalah seorang gadis 21 tahun yang baru saja menyelesaikan studinya di sebuah Universitas ternama sebagai lulusan terbaik. Namun, menjadi lulusan terbaik dengan IPK sempurna nyatanya tak dapat membuat hidupnya yang adalah seorang yatim piatu...