30. Unrecognized Feeling

2.8K 348 7
                                    

Holaa, balik lagi nih hehe

Author udah liburann yeyy.. telat banget sih wkwkk

Udah pada kangen sama PTMH gak?

Terkejut gak, PTMH tiba-tiba aja double up, wkwkwkk

Anggap aja hadiah buat kalian yess

Btw tiap scene yang dipisahin sama foto ataupun bintang tiga itu artinya waktunya udah berbeda ygy..

Ok, sekian fyi dari author..


Happy baca yaaa

Vote dulu tapi wkwkwk




"Tinggallah di sini untuk sementara waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tinggallah di sini untuk sementara waktu."

Agatha terlalu terpaku memandang mansion yang begitu besar di hadapannya hingga tak menyadari ucapan pria di sampingnya. Oh, ya Tuhan, mansion ini besar sekali. Jika seseorang mengatakan bangunan ini adalah istana kerajaan, maka Agatha akan percaya.

"Kau yakin bangunan ini ... Bukan istana Edelsteen?" Agatha berbisik. Mereka masih berdiri di depan pintu gerbang setinggi enam meter itu sejak beberapa menit lalu.

"Ya, aku mengerti dengan reaksimu ini. Aku juga sepertimu saat pertama kali ke mansion ini."

Agatha melipat bibir. "Kau tidak bercanda rupanya," gumamnya kemudian.

"Ayo." Abercio melangkah lebih dulu. Sedang Agatha, seolah telah menjadi kebiasaan, lantas menarik lengan pria itu untuk digenggam. Semacam tindakan defensif saat ia merasa tak aman.

"Ehm. Apa yang kau takutkan?"

Agatha melirik Abercio yang menggaruk belakang telinganya dengan tangan yang bebas dari genggaman gadis itu.

"Kau yakin kita tidak akan diusir atau lebih parahnya lagi diculik dan dijual sebagai budak oleh pemilik... Mansion ini?"

Mengernyit, Abercio menatap wajah serius gadis itu yang menandakan ia tak bercanda dengan pertanyaan konyolnya.

"Apa berada di udara dingin terlalu lama membuat otakmu beku?" sarkas pria itu yang kemudian menggeleng dan melanjutkan langkahnya.

"Aku serius, Abercio!" Agatha menekan suara agar penjaga yang membuka pintu gerbang untuk mereka tak turut mendengar kerisauannya yang tak main-main.

Please, Take Me Home!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang