21. Tragedy and Apology

8.1K 958 92
                                    

Ha-haloo hehe

Lama juga yaa, author ngilang🙃

Maafin yaa gess, author sebenarnya habis nyelesain kerangka PTMH dulu biar ceritanya gak jalan di tempat😭

Agak bimbang gitu mau nentuin endingnya kek gimana, tapi berkat hiatus selama seminggu, aku akhirnya bisa mutusin endingnya, dan nasib tokoh - tokoh PTMH kyak gimanaaa❤️

Dan.. part ini butuh riset2 gitu buat diselesein, so, please enjoy, and gimme a lot of vote and comment😍

Sesuai judulnya, part ini mengandung tragedi dan "permintaan maaf" xixixi  jangan kaget yaaa😆🙈🙈🙈

Happy reading❤️



Ps : tandain typonya yaa kalo ada

***



Sudah satu minggu ini Agatha--secara diam - diam--sibuk menyiapkan semua kebutuhannya untuk melarikan diri. Mulai dari transportasi, rute yang harus ia lalui, perbekalan, hingga membuat desain dan merajut pakaian untuk menilai apakah hasilnya patut dijual atau tidak.

Ya, Agatha berencana untuk membuka toko pakaian di kota yang akan ia datangi nanti. Ia tidak mungkin berleha - leha di lingkungan barunya dengan harapan uang dan makanan akan menghampirinya dengan sendiri, bukan? Tentu saja ia harus bekerja. Dan karena kota tujuannya adalah kota Mela De Russo, dimana kota itu hanya fokus mengembangkan bidang pertanian dan wisatanya--Agatha membaca soal ini di perpustakaan istana waktu itu--maka membuka toko pakaian di sana tentu akan sangat menguntungkan. Toko Agatha mungkin akan menjadi satu - satunya butik yang ada di kota kecil itu.

Ah, mengenai transportasi, satu - satunya cara untuk sampai ke pusat kekaisaran adalah dengan menaiki kapal. Menurut surat kabar yang selalu datang tiap pagi di mansion ini, Vallesmeer rupanya menjadi pengekspor buah dan kayu terbesar untuk kekaisaran selama beberapa tahun belakangan. Karena itu, Agatha yakin akan ada kapal pedagang dari Vallesmeer yang berlayar menuju kekaisaran entah itu untuk mengekspor kayu ataupun buah. Dan, Agatha akan menumpang di salah satu kapal itu.

Hanya saja ... Agatha sedikit takut dengan cuaca seminggu terakhir ini. Hujan deras selalu melanda sepanjang hari, dan baru berhenti saat malam tiba. Sudah ia katakan, bukan? Musim gugur selalu identik dengan hujan. Karena itu Agatha sedikit takut untuk melakukan perjalanan jalur laut disaat cuaca tidak mendukung seperti akhir - akhir ini. Hujan memang akan berhenti saat malam hari, namun melakukan perjalanan di waktu gelap? Lucu sekali, Agatha tak perlu repot - repot menunggu Elios membunuhnya karena ia akan mati dengan sendirinya di tangan para bandit atau diterkam hewan buas karena nekad menembus jalan di tengah hutan Rossemarry saat malam hari.

Maka untuk sekarang, Agatha hanya perlu meninjau cuaca dan menunggu saat yang tepat dimana ia bisa melarikan diri. Semakin cepat, maka akan semakin baik. Dan setelah dipikir - pikir ... Sepertinya Agatha perlu melatih dirinya sendiri sebagai perlindungan diri.

Agatha pandai bermain dart game* di dunianya dulu. Ia pernah mengalahkan dua orang pria yang lebih tua darinya saat memainkan permainan lempar panah itu di pasar malam. Ya, pasar malam. Jangan harap Agatha akan menghabiskan uangnya yang sedikit dengan bermain di timezon mal. Well, terserah ia main di mana, yang intinya ... Agatha pandai bermain lempar panah. Dan mungkin, berlatih panah cocok untuknya.

"Nona, bolunya sudah matang." Kalimat itu sukses menghentikan lamunan Agatha sekaligus jari - jarinya yang tengah merajut sebuah syal. Ya, Agatha memang tengah melamun sembari menggerak - gerakkan jarum kayu di tangannya. Keahlian tubuh Eleanor dalam merajut memang tak perlu diragukan, karena selama melamun pun, Agatha dapat menyelesaikan syal birunya dengan rapi dan tanpa salah menusuk tangannya sendiri apalagi salah membuat simpul.

Please, Take Me Home!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang