16. Lemon

9.6K 1.2K 95
                                    


Holaaa!

Ketemu lagi nih..

Akhirnya bisa double up, ya, kawan²

Mungkin kemampuan Author cuma sampe double up aja, kalau triple up sih, ga bisa sehari doang ngetiknya..

Tapi diusahain deh:)

Soalnya pembaca PTMH makin banyak, hehe.. jadi semangatt:)

Jangan lupa vote, komen, dan share cerita ini, biar Author makin rajin nge-publish chapter baru yaa😌😌

Happy reading❤️






***

Agatha punya kenangan yang kurang
baik dengan buah lemon. Terakhir kali saat ia tak sengaja meminum air lemon yang dilengkapi dengan seiris buah lemon pula saat perutnya tak terisi apapun sejak pagi, Agatha harus berakhir di rumah sakit akibat asam lambung yang naik, membuat kerongkongannya terasa terbakar. Alhasil, ia yang mempunyai riwayat penyakit maag cukup parah itu harus menghabiskan waktu tiga hari rawat inap di rumah sakit. Terpaksa mengeluarkan banyak uang demi biaya rumah sakit dan perawat pribadi, karena ia yang tidak memiliki siapapun--baik teman maupun keluarga--tak bisa merawat dirinya sendiri jika ia memilih pulang ke kosan dalam kondisi sakit.

Dan, satu lagi hal yang membuat Agatha sedikit tak bersahabat dengan buah lemon. Yaitu ... Warna topi si supir truk yang menabraknya hari itu juga sewarna dengan kuning lemon. Agatha sempat melihatnya saat ia sedang terlempar di udara kala itu. Sebelum kemudian mendarat keras di aspal hangat, dan ... belakang kepalanya pecah, lalu darah ... di mana - mana, kemudian ... gelap.

Agatha merinding mengingat rasa sakit yang ia alami hari itu. Ugh, mati bukanlah hal yang menyenangkan, dan Agatha tak ingin merasakannya lagi di dunia ini. Tapi ... Apakah hari itu Agatha benar - benar mati? Atau mungkin tubuhnya hanya koma, dan jiwanya lah yang tanpa sengaja meninggalkan raga yang sakit lalu menjelajah di dunia asing?

Tuk.

Bunyi pertemuan piring keramik dan meja kayu berhasil mengembalikan atensi Agatha yang tanpa sengaja kembali melamun. Hanya karena mengetahui bahwa teh yang sedang disajikan di atas meja adalah teh lemon, Agatha dengan sangat mudah terbawa pada kenangan di kehidupan lamanya yang terkait dengan buah--sangat--asam berwarna cerah itu.

"Kau tidak suka teh lemon?" Pertanyaan dengan nada dingin mengalun jelas di telinga Agatha.

"Kenapa tidak diminum?" tanya wanita yang--mungkin--seumuran dengan ibu panti tempat tinggal Agatha dulu. Pertanyaan kedua dengan nada dingin yang sama dengan sebelumnya.

"Saya tidak begitu suka dengan rasa lemon, y-your grace," jawab Agatha kaku. Ia tak berani memanggil wanita di depannya itu dengan 'Ibu' karena menurut cerita novel, Duchess melarang Eleanor untuk memanggilnya Ibu sejak insiden keguguran kala itu.

"Oh, begitu." Duchess mengangguk. Kemudian meminum teh beraroma lemon itu dengan gerakan anggun.

Ya, Agatha sedang tea time berdua dengan ibu Eleanor, Duchess of Rossemarry, di rumah kaca yang sudah menjadi miliknya lagi sejak siang tadi. Sekarang hari sudah memasuki waktu sore, dan beberapa menit yang lalu, Agatha tiba - tiba saja bertemu dengan Duchess di depan perpustakaan, saat ia memutuskan untuk kembali ke kamar setelah menemukan 'sesuatu' yang dicarinya selama berjam - jam di perpustakaan manor.

Mereka--Agatha dan Duchess of Rossemarry--hanya saling bertukar tatap untuk beberapa detik kala itu. Lalu setelah Agatha tersadar, menunduk hormat, lalu hendak pergi ke kamarnya, Duchess tiba - tiba memanggil, dan mengajaknya ke rumah kaca untuk minum teh.

Please, Take Me Home!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang