34. Miss Me, Eleanor?

3.5K 297 56
                                    

Hola semua...

Maaf banget baru balik lagi...

Author abis kena writers block huhu.. semoga part kali ini bisa ngobatin rindu kalian sama cerita ini yess..

Eh ada yang rindu ga sii:')

Anyway skali lagi maapin author yaa:)))

Happy Reading




Quentin masih setia berdiri di depan pintu kamar Eleanor kala seseorang dari dalam sana membukanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Quentin masih setia berdiri di depan pintu kamar Eleanor kala seseorang dari dalam sana membukanya. Spontan, punggungnya yang disandarkan pada dinding kembali tegap. Menjatuhkan kedua tangan yang sebelumnya menyilang di depan dada, Quentin menghampiri pintu terbuka itu.

"Kau masih di sini?" Sosok yang membuka pintu bertanya tak suka.

"Eleanor sudah tidur? Aku harus--"

Sing..

Suara bilah pedang yang mengayun terdengar. Dalam sekejap, pedang yang tersarung di sabuk Elios telah terangkat--nyaris menyentuh leher dokter muda itu.

"Panggil dia dengan nama itu sekali lagi, dan kau akan kehilangan kepalamu, Dokter," ancam Elios yang terdengar lebih dari serius.

Tuk!

Elios menutup pintu kamar Eleanor dengan sebelah tangan yang bebas--tak ingin Eleanor terbangun dan melihat perlakuannya saat ini. Netra emasnya memicing pada Quentin yang sama sekali tak terlihat takut pada ancamannya. Terbukti dengan wajah dokter itu yang masih datar tanpa ekspresi.

"Her lady," ucap Quentin kemudian. "Apa her lady sudah tidur, Yang Mulia?"

Tak menjawab, Elios lantas menurunkan pedang peraknya dan menyarungkan benda itu kembali tanpa melepas tatapan sengitnya dari si dokter muda.

"Bukan urusanmu," jawabnya kemudian.

"Dengan segala hormat, Yang Mulia, saya dokter yang menangani her Lady."

"Dan kau sudah melakukannya tadi. Tugasmu sudah selesai, Dokter."

"Saya perlu memeriksa kondisi her lady untuk memastikannya baik-baik saja, Yang Mulia. Serangan jantung bukanlah hal sepele yang bisa diabaikan setelah gejalanya berhenti." Quentin nyaris memaki pangeran di depannya ini karena begitu keras kepala. Demi Tuhan, serangan jantung Eleanor bisa kembali kapan saja!

"Dia sudah tidur," ujar Elios kemudian. "Kau bisa memeriksa tunanganku lagi, besok."

Seketika, Quentin mengeraskan rahang. Tangannya mengepal, tak tahan untuk segera melayangkan pukulan di wajah pangeran sialan ini.

Tersenyum miring, Elios lantas berlalu dari sana. Ia paham betul dengan reaksi dokter itu yang tengah menahan amarah mati-matian saat mendengarnya memanggil Eleanor sebagai tunangan. Elios tahu bahwa dokter Lawrence telah menjalin hubungan dengan Eleanornya. Namun, pria itu bisa apa jika Elios mau mengambil Eleanor kembali?

Please, Take Me Home!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang