Memang selepas kelas kemarin Deandra menghubungi Cahyo untuk menjemput dirinya di kampus. Dengan memakai Astrea kebanggaan laki-laki itu tentunya. Kadang ia berpikir mungkin saja salah satu alasan kenapa Sukma enggan bersama Cahyo lagi juga karena si Astro ini. Astro itu nama motor butut milik Cahyo, nama yang lumayan keren untuk barang klasik.
Beda dengan hari ini, ia memilih memakai motor Supra milik Dipta. Motor yang ia ambil dari rumah Dipta karena sejak Dipta pendidikan tak pernah di sentuh oleh orang rumah. Maklum saja putra kedua dari anggota DPRD, maka kemarin saat di hubungi Bu Diah untuk memakai motor Dipta ia langsung mengiyakan. Kasian sekali motor berjuta kenangan itu,
"Nggak di anter Cahyo ndhuk? Ben nduwe gawean bocah kae," suara Mbah Kakung membuat Deandra melirik sebentar saat mengenakan sepatu.
[Jw : Biar punya pekerjaan anak itu]"Nggak Mbah, sendiri aja sekalian mau main. Boleh ya habis kuliah nanti main dulu?"
"Ameh nyandi to?" Tanya lelaki Jawa tadi yang sekarang duduk di kursi rotan sambil menyesap wedang uwuh di pagi hari.
[Jw : Mau kemana to?]"Jajan ning geprek Mbah, kalih kancaku." Bahasa ngoko lugu keluar dari mulutnya, ia jarang menggunakan bahasa Krama Alus atau bahkan Krama Inggil. Selain karena entah kemana hilangnya sebagain sopan santun anak ini juga karena sedari dia di sini Cahyo banyak mengajari ngoko daripada Krama. Tetapi bukan berarti dia tidak bisa, dia hanya akan berbicara memakai bahasa Krama Alus jika ada maunya saja. Seperti merayu jika ingin sesuatu, dasar anak sekarang.
"Halah, gur abrakan pitik digoreng terus di geprek nggawe dewe iso ndadak tuku."
"Mbah kuakung ku sing paling nguanteng dewe, tak betakne sate purun Mbah?" Jurus nya mulai keluar sering dengan penolakan dari kakungnya,
[Jw : Mbah Kakung ku yang paling guanteng sendiri, aku bawain sate mau Mbah?]"Halah,"
"Mbah"
"Hmm," Hanya suara dehemen sang Mbah Kakung yang kembali meminum wedang nya kembali. Deandra tersenyum kemenangan, kalau sudah diam begini artinya usahanya berhasil. Lalu ia meringis kecil dan menangkup kedua pipi Kakung nya yang sudah mulai berkerut itu, satu kecupan kecil mendarat di dahi kakungnya.
Sedetik kemudian saat tangannya sudah terlepas, Kakung dengan cepat menggosok dahi yang di kecup cucunya itu, " jan anak e Endro,"
[Jw : Dasr anaknya Endro]Deandra tertawa lagi mendengar Mbah Kakung nya mengerutu, "pamit riyen mbuah, assalamualaikum. Nderek langkung, " lalu berjalan dengan membungkuk kan badannya melewati sesepuh itu,
[Jw : pamit dulu mbuah, assalamualaikum. Permisiii]Gadis itu melangkah riang ke arah sepeda motor yang telah ia panasi pagi tadi. Lalu memakai helm nya, matanya menangkap sesuatu di samping rumah. Ada Cahyo yang memakai kolor dan kaos rumahan dan sedang mengepel lantai. Semenjak di rumah dan memilih gapyear laki-laki itu merangkak menjadi pembantu rumah tangga di rumahnya sendiri. Mulai dari membeli gas, memasang gas, pajak listrik, meyapu, pel kadang kadang dia melihat Cahyo sendiri yang mencuci mobil ayahnya. Tak jarang ia juga melihat Cahyo mengantar ibu nya ke pasar. Bahkan kadang laki-laki itu juga menyuapi adik-adiknya. Sungguh totalitas sekali sepupunya jika di rumah. Itu berlangsung sejak dua bulan lamanya. Jika pagi dan siang maka akan seperti itu beda lagi jika sore. Kadang laki-laki itu binsik sampai Maghrib dan setelah itu ikut membantu di HIK milik Kakung nya dengan dalih mencari uang saku. Ya memang di bayar dan lumayan sekali untuk jajan,
"Yo Cahyo!" Panggilnya agak keras agar laki-laki yang sedang mengepel lantai itu mendengarnya.
"Po," Jawab Cahyo tanpa mengalihkan pandangan dari lantai dan pel di tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gambuh
Любовные романы"Lalu apa, jangan buat aku benci diriku sendiri karena kamu pergi dari ku Ra." "Aku cuma ngerasa kalau aku nggak guna kali ini. Kamu curhat sama aku tapi aku sendiri nggak tau harus kasih saran apa ke kamu. Karena kalaupun aku kasih saran ke kamu...