Songo

188 17 0
                                    

Pagi-pagi sekali Deandra sudah terbangun dan ikut menyiapkan barang-barang yang akan di bawa ayah dan bundanya kembali ke Surabaya. Jam tiga pagi rumah milik Ki Narto Hadikusumo sudah ramai aktifitas di dalamnya. Apalagi Paklik dan buliknya yang akan berangkat ke Tawangmangu untuk merias manten. Karena paes yang di miliki kelurganya itu sedang penuh dengan job Minggu ini,

"Nih buat kamu di pake baik baik, udah ada petunjuknya semua. Jangan males-males ngerawat diri, bunda pamit ya?" Menyerahkan sebuah paperbag yang berisi produk perawatan kulit di dalamnya,

"Iya hati-hati loh bund, nanti kalau pulang bawain aku makanan lagi Yo?"

Sebuah tangan mendarat di kepala gadis itu dengan keras, "panganan wae sing di pikir to ndhuk! Kuliah sing pener, ojo males, ojo kakean dolan. Ngko yen Mbah Kakung nganti laporan Kowe dolan terus, Kowe tak kirim ning pondok!"
[Makanan aja yang dipikir! Kuliah yang bener, jangan males, jangan kebanyakan main. Nanti kalau Mbah Kakung sampai laporan kamu main terus, kamu tak kirim ke pondok!]

Deandra menggelengkan kepalanya kencang, "mboten romo, mboten nakal."

"Ya wiss balik sik ndhuk, di iling-iling pokok e lho Yo?"

Lalu dua mobil hitam mulai pergi meninggalkan halaman rumah. Deandra kembali lagi ke tempat tidur karena ia tak sholat kali ini. Matanya masih berat karena tak bisa tidur dan terus mengoceh mumpung ayah dan bundanya ada di rumah.

Gadis itu kembali terbangun pukul setengah enam pagi. Gegas ia membersihkan rumah dan mandi untuk kuliah pagi. Buru-buru ia memasukan beberapa modul dan laptop di tas nya.

"Ren, Renoo!" Teriaknya agak kencang pada anak dari Paklik nya itu,

Lalu seorang remaja laki-laki yang memakai seragam merah putih keluar dari kamar. Meneteng tas dan sepatu di masing masing tangannya,

"Loh Mas mu di mana?" Tanyanya heran saat tak melihat laki-laki berseragam SMP yang biasanya keluar bersama Reno,

"Kan Mas Awan kemah mbak,"

Gadis itu menepuk dahinya pelan. Ia lupa bahwa ponakan itu sedang ada jambore di Semarang.

"Yo wiss ndang di pangan kuwi, wis di sangoni Pak mu to?"
[Ya udah cepet di makan itu, udah di kasih uang saku bapakmu kan?]

Reno mengangguk dan memulai sarapannya, pun dengan Deandra yang juga mulai sarapan. Sering ia menjadi ibu dadakan seperti ini jika Paklik dan buliknya sedang ada job. Tapi ia tak masalah toh mereka sudah besar dan tak terlalu riweuh seperti mengurus balita.

Selepas itu ia mereka berdua segera berangkat setelah mengunci semua pintu yang ada di rumah. Banyak sekali benda-benda berharga di rumah itu jika terjadi maling. Dan ia tak mau di panggang Kakung nya dan di jadikan wayang.

Tapi sebelum itu ia menyempatkan diri untuk mampir menemui abangnya. Dengan membawa rantang seperti biasa yang berisikan nasi, sayur dan lauk yang bisa untuk makan seharian------jika tidak di bagi dengan anggotanya.

Sampai di gerbang satuan ia mendengus pelan karena gerbang di tutup rapat. Lalu dengan muka masam ia memutar stang nya keluar lagi. Melewati jalan desa dan masuk lewat gerbang bagian Utara yang lebih kecil dari gerbang utama. Di pelankannya laju motor saat sudah sampai di jalan masuk yang lebih tinggi dari kesatuan. Ada pos penjagaan di belakang gerbang tepat di samping kanan menempel dengan tembok. Segera ia menghubungi abangnya agar keluar tetapi ia kembali mendengus saat abangnya tak ada sepeda dan menyuruhnya masuk ke dalam yang menurut estimasi nya ia akan terlambat masuk kelas pagi.

Segera setelah ia ijin ke penjaga dan masuk mengelilingi satuan karena tidak tau dimana barak bujang jika berangkat dari gerbang Utara. Ayolah kesatuan ini juga seperti sebuah desa kecil baginya bahkan inipun belum semua kompi, karena Kompi A terpisah dari batalyon utama dan terletak di jalan Solo-Tawangmangu. Dekat dengan IndoGrosir, 

GambuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang