Selikur

152 19 2
                                    

Malam di UGD masih terlihat ramai, dengan beberapa pasien yang datang dan pergi. Serta Deandra yang masih di lakukan observasi. Pernapasannya sudah mulai normal dan kini sudah bisa duduk di brankar dengan sandaran yang di naikkan. Tetapi napasnya masih di bantu dengan selang nasal kanul, juga mulutnya yang terbuka membantu mengambil napas.

Di sampingnya masih ada Wildan dan Nuraeni yang berdiri sedari tadi. Sementara Egi baru saja kembali dari luar, raut wajahnya kembali suram saat baru saja masuk ke UGD.

"Kenapa Mas?" Tanya sang istri peka,

Egi menggelengkan kepalanya dan memijat pelipisnya, "ada lelayu, Mbah Prawitowo sedo."

"Innalilahi," ucap dua orang itu bebarengan, sementara Deandra yang mendengar pun ikut membuka mata.

"Mbahnya Mbak Deas kan pak?" Tanya Wildan memastikan, Kakek dari Deas adalah kakak dari Kakung mereka.

Sementara Egi pun mengangguk dan menatap putrinya lalu memikirkan bagaimana caranya mereka bisa kembali ke tanah Surakarta dengan tepat waktu, "udah mendingan kan Ren?"

Deandra mengangguk, "pulang, ayo pulang nggak papa kalau ayah mau layat."

Egi mengangguk dan menatap Wildan, "kamu gimana Le? Layar mu masih lusa kan?"

"Nggih pak, kalau sekarang langsung berangkat aja. Besok pulang tak naik pesawat langsung ke Surabaya."

"Deandra bener udah mendingan ya? Kalau ndak kamu di sini aja dulu ndak papa, besok nyusul." Usul Nuraeni yang di balas dengan gelengan gadis itu.

Maka setelah mengurus semua administrasi dan memastikan Deandra benar-benar bisa rawat jalan segeralah keluarga itu bertolak ke Sukoharjo. Walaupun Deandra masih dalam keadaan lemas dan masih terbayang-bayang peristiwa mengerikan itu namun tetap di paksakan. Namun sampai di parkiran, kursi roda yang di dorong oleh Wildan berhenti berhenti bergerak setelah melihat Devandra yang kacau berdiri di samping kendaraan ayahnya.

"Minggir Dev," suruh Egi pada Devandra lalu melirik Deandra yang menunduk menggenggam jari-jarinya dan bertumpu di atas paha.

"Saya ijin bicara dengan Deandra boleh Om?" Pintanya dengan nada memohon,

Namun melihat respon Deandra yang hanya diam membuat Egi dan Nuraeni menyetujui itu. Sebenarnya memang salah jika mereka membiarkan kejadian lampau itu belum selesai. Ada baiknya di putus sampai di sini, semoga saja Deandra bisa berdamai dengan semua kejadian itu. Yah semoga,

Lalu kedua orang tua itu masuk ke dalam mobil, menyisakan Wildan yang masih memegang kursi roda Deandra. Sementara Devandra berlutut dan kedua tangannya mengengam handrest kursi roda yang di duduki Deandra.

"Ren, aku minta maaf ya Ren. Aku memang bodoh waktu kecil, aku terlalu egois dan aku, aku minta maaf Ren. Aku nggak tau kalau kelakuan ku itu sangat fatal buat kamu,"

Devandra masih menatap Deandra yang menunduk tak merespon apapun kalimat yang ia ucapkan, "aku nggak tau kalau kamu sampai trauma kaya gitu Ren, aku nyesel karena aku jahat sama kamu. Sama Gatra juga, kalian," mendengar nama Gatra, Deandra mengangkat kepalanya cepat dan meraih tangan Wildan di belakangnya,

"Kalau emang seharusnya kamu nggak dimaafkan Kak, aku mau pulang di sini nggak enak."

Hanya itu yang di ucapkan Deandra lalu Wildan mendorong kursi roda tadi menuju mobil ayahnya.

Devandra yang di tinggal begitu saja hanya diam dan mengepalkan tangannya erat-erat. Mungkin saja bukan waktunya,

Sementara itu Deandra hanya melihat seklias Devandra yang masih memandangi laju kendaraan yang ia tumpangi. Di sampingnya juga ada satu kantong plastik obat yang Deandra sangat kenali. Apalagi jika bukan salbutamol, obat yang selalu ada di kamarnya. Walaupun pada kenyataannya ia selalu di marahi Paklik nya jika mengkonsumsi obat keras itu tanpa sepengetahuan Paklik nya. Karena obat itu akan langsung bereaksi membuat jantung berdebar dan tangan gemetar. Apalagi Deandra pernah meminum dua pil sekaligus karena ia sudah tidak kuat dengan seragam asma yang tiba-tiba datang di saat ia memang sudah lelah mengerjakan tugas dan kuliah. Hal itu yang membuat kamarnya selalu di cek untuk memastikan tidak ada sembarang obat atau barang aneh yang bisa membahayakan nyawa gadis itu.

GambuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang